-
-

Wednesday, April 13, 2011

Kurang Zat Besi Sering Tak Terdeteksi

img
foto: ThinkstockJakarta, Anemia atau kurang darah merupakan akibat terburuk dari kekurangan zat besi yang bisa memicu gangguan jantung dan kecerdasan. Kondisi ini bisa dicegah, namun tidak mudah karena tahap awal kekurangan zat besi tidak menimbulkan gejala.

Dalam tubuh manusia, distribusi zat besi paling banyak terdapat di darah yakni 66 persen karena merupakan komponen penyusun hemoglobin (Hb) atau zat merah darah. Sisanya 18 persen di hati, limpa, sumsum tulang dan otak, 13 persen di otot dan 3 persen dalam cairan tubuh.

Zat besi yang terdapat di bagian tubuh selain darah merupakan cadangan besi dalam bentuk ferritin dan hemosiderin. Ketika terjadi kekurangan zat besi, maka cadangan itu akan digunakan sehingga zat besi di ada di darah tidak langsung berkurang.

Pada tahap ini, kadar zat besi dalam plasma darah akan tampak normal saat diperiksa di laboratorium. Tanda-tanda tubuh mulai kekurangan zat besi hanya kelihatan jika dlakukan pemeriksaan feritin yang rumit dan membutuhkan biaya yang sangat mahal.

Tahap berikutnya ditandai dengan berkurangnya zat besi dalam plasma darah, yang menunjukkan bahwa cadangan zat besi di organ-organ tubuh sudah habis. Meski begitu, kadar hemoglobin (Hb) masih normal sehingga belum dikategorikan sebagai anemia.

Kriteria anemia menurut organisasi kesehatan dunia WHO adalah sebagai berikut:

Usia Kadar Hb (g/dl) Hematokrit (vol%) 6 bulan -5 tahun kurang dari 11 kurang dari 33 6-11 tahun kurang dari 11,5 kurang dari 34 12-18 tahun kurang dari 12 kurang dari 36

Anemia terjadi ketika kekurangan zat besi itu sudah menyebabkan penurunan angka hemoglobin (Hb). Kondisi ini menunjukkan, asupan zat besi kurang mencukupi sementara cadangan zat besi di organ-organ tubuh sudah habis dipakai untuk mensintesis Hb.

"Fungsi Hb adalah mendistribusikan oksigen, salah satunya ke otak. Kalau Hb sedikit, metabolisme otak terhambat dan memicu berbagai dampak termasuk gangguan perilaku," ungkap Ketua Satgas Anemia Defisiensi Besi (Adebe) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Dr Djajadiman Gatot, SpA(K) dalam jumpa pers Anemia Defisiensi Besi pada Anak di laboratorium klinik Prodia, Kramat, Rabu (13/4/2011).

Karena untuk mendeteksi kekurangan zat besi pada tahap awal sulit dilakukan, maka langkah yang paling mungkin dilakukan adalah upaya pencegahan. Caranya bermacam-macam, mulai dari penganekaragaman menu makan yang sehat hingga suplementasi atau pemberian suplemen zat besi.

Bahan makanan yang merupakan sumber utama zat besi antara lain sayurah hijau, daging merah dan hati ayam. Beberapa merek tepung terigu juga sudah diperkaya dengan zat besi melalui program fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam bahan makanan.

Penurunan Hb yang dipicu oleh kekurangan zat besi disebut Anemia Defisiensi Besi (ADB) dan merupakan jenis anemia paling banyak diderita, terutama oleh perempuan dan anak-anak. Jenis anemia lainnya antara lain anemia aplasti (sumsum tulang tidak mampu memproduksi Hb) dan anemia karena kerusakan sel pada penderit
(up/ir)

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons