-
-

Wednesday, November 30, 2011

Tumor Raksasa di Mulut Alfiah Bukan Karena Tusuk Gigi



Alfiah (Foto: Uyung-detikHealth)Semarang, Gadis asal Tegal Jawa Tengah terbaring lemas di RSUP Dr Kariyadi, Semarang akibat tumor sebesar semangka di wajahnya. Ayahnya yakin ini gara-gara tusuk gigi, namun dugaan ini dibantah oleh dokter.

Alfiah (19 tahun), gadis belia asal Desa Kedungkelor, Tegal, Jawa Tengah tidak menyangka kondisinya akan berakhir seperti ini. Bermula sejak 5 tahun yang lalu, ia menemukan bintitan kecil mirip jerawat di wajahnya persis di samping bibir sebelah kiri.

Lama kelamaan, bintitan itu terasa gatal dan rasanya ingin digaruk sampai ke dalam. Karena tidak tertahankan, suatu ketika Alfiah nekat menggaruk bagian bibirnya dari dalam dengan tusuk gigi sehingga akhirnya berdarah.

"Gara-garanya itu memang tusuk gigi mas. Sejak kena tusuk gigi lalu berdarah, bintitannya makin membesar," ungkap Samlawi (56 tahun), ayah Alfiah yang sepertinya yakin betul bahwa kanker di mulut anak ke-9 dari 10 bersaudara itu dipicu oleh tusuk gigi.

Karena terus membesar hingga sebesar semangka muda, Alfiah akhirnya diperiksakan di RS Ashari Pemalang, lalu dirujuk ke RS Kardina Slawi. Karena peralatannya tetap belum memadahi, Alfiah dirujuk lagi ke RS Soesilo Slawi dan akhirnya sejak Rabu (9/11/2011) dirujuk ke RSUP Dr Kariyadi Semarang.

"Ini sudah keempat kalinya pindah rumah sakit. Yah, mudah-mudahan di sini bisa sembuh," ungkap Warsinah (50 tahun), ibu Alfiah yang tidak bisa berjualan rujak sejak merawat Alfiah, saat ditemui detikHealth di RSUP Dr Kariyadi, Rabu (16/11/2011).

Karena pengobatan secara medis terkesan lambat memberikan kemajuan, keluarga sempat membawa Alfiah ke tabib dan pengobatan alternatif. Kakaknya yang nomor 7, Samsudin bahkan pernah membawanya berobat ke seorang tabib di Banten tanpa sepengetahuan orangtuanya.

Akibat tumor tersebut, Alfiah tidak bisa beraktivitas normal seperti gadis belia yang lain seusianya. Ia bahkan tidak menamatkan sekolahnya di sebuah Sekolah Dasar di Tegal, karena tak kuat menanggung malu sejak dagunya makin membesar.

"Sakit mas, hanya bisa makan bubur. Agak lemes juga, tapi lainnya nggak apa-apa, nafsu makan juga tetep ada kok," kata Alfiah sambil berusaha untuk tersenyum, meski sesekali harus meringis menahan sakit.

Tumor yang menggerogoti Alfiah juga menjadi beban tersendiri bagi Samlawi, mantan nelayan yang karena faktor usia sudah harus berhenti melaut dan kini tidak punya pekerjaan tetap. Untuk biaya pengobatan Alfiah, ia 100 persen mengandalkan fasilitas Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Bukan Karena Tusuk Gigi

Dugaan bahwa tumor atau lebih tepatnya ameloblastoma jinak yang diderita Alfiah dipicu oleh tusuk gigi dibantah oleh Dr Darwito, SpB(K)Onk, SH yang menanganinya. Menurutnya, tusuk gigi paling-paling hanya akan memicu infeksi tapi tidak mungkin berlanjut menjadi tumor seperti ini.

"Penyebab pasti tidak diketahui, tapi dalam kasus ini ameloblastoma berasal dari sel email gigi yang tumbuh tak terkendali. Yang membesar itu tulang yang keropos sebenarnya," kata Dr Darwito saat ditemui detikHealth di ruang kerjanya.

Jaringan email yang keropos lalu membesar ini menurut Dr Darwito memicu 'fenomena ping-pong'. Benjolan sebesar semangka di wajah Alfiah jika dipijat akan mengeluarkan bunyi seperti bola ping-pong diremas dan rasanya akan sangat sakit.

Tindakan yang akan dilakukan adalah operasi pengangkatan hingga batas tumbuh jaringan yang sehat, sehingga kemungkinan besar Alfiah akan kehilangan 2/3 rahangnya karena harus dipotong. Sebagai gantinya, rahang Alfiah akan diganti plate atau lempengan logam sebagai rahang buatan.

"Rencananya operasinya besok Jumat, nanti kita akan undang media juga. Kalau tidak ada komplikasi, Alfiah hanya butuh masa pemulihan sekitar 2 minggu saja. Soal rahang, memang nantinya dia jadi tidak punya gigi tapi itu nanti saja dipikirkan, bisa dipasang gigi buatan," pungkas Dr Darwito.

up/ir)
detikhealth.com

Makanan yang Harus Dihindari Jika Sedang Beser



(Foto: thinkstock)Jakarta, Jika memiliki kandung kemih yang terlalu aktif akan membuat orang terganggu jika tiba-tiba merasa ingin buang air kecil, apalagi saat malam hari. Makan atau minum hal-hal tertentu dapat memicu gejala tersebut menjadi lebih buruk.

Terutama karena kandung kemih sensitif terhadap iritasi yang dapat memicu keinginan untuk buang air kecil. Memperhatikan hal-hal yang dapat menjadi pemicu dan menghindarinya dapat mengurangi gejala tersebut.

Berikut adalah 10 jenis makanan dan minuman yang dapat memperburuk kandung kemih terlalu aktif seperti dikutip dari Health, Rabu (16/11/2011) antara lain:

1. Makanan pedas
Makanan pedas dapat membuat mulut terasa terbakar setelah memakannya. Beberapa ahli berpikir makanan pedas dapat mengiritasi lapisan kandung kemih dan memperburuk gejala sering buang air kecil.

"Jika ingin makan makanan dengan rasa pedas, seseorang dapat menggunakan beberapa bumbu yang merupakan rempah-rempah," kata Harvey Winkler, MD, wakil kepala dari Urogynecology di North Shore Long Island Jewish Health System, Manhasset, New York.

2. Jus cranberry
Jus cranberry dapat membantu melawan infeksi kandung kemih. Tetapi juga dapat menjadi penyebab memburuknya gejala kandung kemih terlalu aktif. Keasaman cranberry dapat mengiritasi kandung kemih.

Meskipun tindakan diuretik dapat membantu membersihkan kandung kemih dan uretra, tetapi juga akan membuat lebih sering buang air kecil.

3. Kopi
Terlalu banyak kafein dapat membuat seseorang menjadi lebih gelisah. Selain itu, juga dapat membuat kandung kemih menjadi terlalu aktif.

"Kopi memang merupakan diuretik dan dapat mengiritasi kandung kemih. Kopi dapat menyebabkan ginjal untuk memproduksi urin lebih banyak dan membuat kandung kemih lebih sensitif. Selain kopi, coklat juga mengandung kafein," kata Dr. Winkler.

4. Alkohol
Seperti kafein, alkohol merupakan diuretik dan dapat mengiritasi kandung kemih. Jadi minum bir dapat memperparah gejala kandung kemih yang terlalu aktif.

Karena mengonsumsi alkohol sama dengan mengkonsumsi cairan, sehingga dapat mempercepat tingkat ginjal untuk mengumpulkan cairan, dan memaksa untuk mengosongkan kandung kemih lebih sering.

5. Soda
Minuman berbuih dapat mengiritasi kandung kemih serta hidung. Terlebih lagi, seringkali minuman yang mengandung soda juga mengandung kafein, gula, atau pemanis buatan. Kesemua hal tersebut dapat menjadi pemicu kandung kemih yang terlalu aktif.

6. Jus jeruk
"Makanan dan minuman yang terlalu asam, seperti jus jeruk juga dapat mengiritasi kandung kemih," kata Dr. Winkler.

Tetapi menghindari buah-buahan lainnya, seperti apel, blueberry, dan pir, yang menyediakan nutrisi utama serta dosis serat yang sehat. Makan buah-buahan juga membantu mencegah sembelit, yang kadang-kadang dapat mengganggu orang dengan kandung kemih terlalu aktif.

7. Tomat
Tomat, seperti jeruk cukup asam, sehingga dapat mengiritasi kandung kemih. Jika menykai rasa asam dari tomat, dapat dengan menambahkan sedikit gula pada masakan dapat membuat masakan terasa lebih asam. Strategi lain termasuk menambahkan wortel yang diparut.

Atau dapat dengan hanya meninggalkan wortel atau kentang dalam panci untuk beberapa saat untuk menyerap asam. Selain itu juga dapat dengan mencampurkan beberapa krim berat, atau baking soda untuk menetralisir keasaman.

8. Gula tambahan dan pemanis buatan
"Gula tambahan dan pemanis buatan dapat memperburuk gejala kandung kemih yang terlalu aktif bagi sebagian orang," kata Dr. Winkler.

Bahkan madu juga dapat menyebabkan masalah. Bagi yang sering mengalami gejala kandung kemih yang terlalu aktif, sebaiknya mengurangi gula dan pemanis buatan.

9. MSG
Monosodium glutamat (MSG), paling terkenal sebagai penambah atau penguat rasa yang digunakan secara bebas, apalagi di restoran Cina. Pada beberapa orang, MSG dapat menjadi pemicu gejala kandung kemih terlalu aktif.

Jika sensitif terhadap MSG, hati-hati membaca label sup, saus salad, sayuran kaleng, makanan beku, dan makanan yang mengandung protein kedelai untuk memastikan mereka bebas dari MSG.

10. Terlalu banyak (atau terlalu sedikit) air
Anjuran mengenai minum delapan sampai 10 gelas air per hari ternyata tidak selalu benar. Memperbanyak minum tentunya dapat memperburuk gejala kandung kemih yang terlalu aktif.

Namun terlalu sedikit minum juga dapat menjadi masalah, karena dapat menyebabkan urin yang terlalu pekat, dan juga dapat merupakan iritan kandung kemih. "Minum sekitar 6-8 gelas cairan sehari adalah yang paling ideal. Hal tersebut juga tergantung pada tingkat aktivitas fisik dan rasa haus," kata Dr Winkl
(ir/ir)
detikhealth.com

Mencari Pasangan yang Tepat Bisa Melalui Tes DNA



(Foto: thinkstock)Jakarta, 'Cinta bukanlah suatu kebetulan'. Begitulah motto sebuah perusahaan Swiss bernama GenePartner yang berhasil menemukan cara baru dalam mencari pasangan dengan sistem pencocokan biologi menggunakan DNA dalam gen manusia.

DNA atau Deoxyribo Nucleic Acid merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia.

Perusahaan ini bekerja sama dengan beberapa situs kencan di seluruh dunia dan membujuk orang yang tertarik hanya dengan melalui surat. Caranya cukup mudah, kikis bagian dalam pipi atau bagian tubuh lainnya yang ingin diperiksa dan kirimkan ke perusahaan.

Kemudian, klien akan mendapat akses ke account tertutup pada website perusahaan di mana klien dapat membaca seberapa cocok klien dan pasangannya secara genetik.

GenePartner berkantor pusat di sebuah blok gedung perkantoran daerah Sood-Oberleimsbach, distrik industri di luar kota Zürich. Perusahaan ini dipimpin oleh dua orang wanita, Joelle Apter sebagai direktur dan Tamara Brown sebagai kepala divisi penelitian. Brown yang bertanggung jawab mengatur analisis kecocokan gen pasangan.

"Pola genetik dapat mengungkapkan tingginya keserasian biologis pasangan. Sebagian besar pasangan dalam proyek penelitian kami berkisar 60-80 persen kecocokannya. Contohnya tingkat keserasaian 70 persen artinya bisa dikatakan ketertarikan pasangan sebanyak 70 persen," kata Brown seperti dilansir AOL.com, Selasa (15/11/2011).

Kecocokan biologis terebut dinilai pada kecocokan suatu bagian dalam DNA yang disebut human leukocyte antigen atau HLA. Semakin berbeda HLA-nya, maka pasangan akan semakin serasi.

Jika semua gennya berbeda, maka pasangan akan saling tertarik secara romantis. Tapi jika terdapat kesamaan gen yang lebih banyak, bukan berarti pasangan tidak serasi. Pasangan masih bisa menjadi cocok dengan cara merasa aman satu sama lain.

Brown melihat hanya sedikit pasangan yang sangat berbeda HLA-nya. Menurutnya, daya tarik yang begitu kuatlah yang menyebabkan pasangan mengabaikan perbedaan sosial dan konflik kepentingan yang dapat merusak suatu hubungan.

"Ini adalah aspek biologis. Banyak wanita ingin punya anak dan tidak ingin dipusingkan menunggu mitra yang tepat untuk muncul," kata Anju Rupal, pendiri situs kencan sense2love.com.

Pada hewan, human leukocyte antigen (HLA) disebut dengan istilah major histocompatibility complex (MHC). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa spesies hewan seperti kelelawar, ikan, tikus dan lemur mengoptimalkan kesuburan dan kesehatan anak-anaknya dengan memilih pasangan melalui bau dan isyarat visual yeng merupakan pertanda MHC.

Penelitian juga telah menunjukkan bahwa kesuburan manusia juga dapat ditentukan dari derajat perbedaan HLA. Tingkat keguguran pada trimester pertama meningkat karena kesamaan dalam HLA pasangan.

"Pencocokan gen ini sebenarnya adalah masalah yang rumit, sebab gen ini bervariasi dari satu orang ke orang lain. Terlebih lagi ada banyak alasan yang menyebabkan mengapa seseorang tertarik pada pasangannya. Saya ragu apakah HLA merupakan faktor penentu pilihan pasangan pada manusia," Kata Philip Hedrick, PhD, ahli genetika dari Arizona State University yang telah menulis berbagai penelitian mengenai HLA.
ir/ir)
detikhealth.com

Tuesday, November 29, 2011

Kerongkongan Balita Terbakar Karena Menelan Baterai Lithium



Emmet Rauch (dok: kpho.com)Phoenix, Anak-anak kadang suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Tapi naas nasib balita Emmet Rauch, ia menelan baterai lithium yang mengandung nikel yang membuat kerongkongannya terbakar dan harus menjalani berkali-kali operasi.

Hal ini terjadi pada Oktober 2010, ketika tak ada seorang pun yang melihat Emmet menelan baterai lithium dari remote control hingga akhirnya ia mulai menunjukkan gejala dan hasil sinar X memperlihatkan adanya baterai dalam kerongkongannya.

"Baterai mulai membakar kerongkongannya dalam waktu 2 jam, tapi kami baru menyadarinya 3 hari kemudian," ujar Karla Rauch, ibu Emmet, seperti dikutip dari Foxnews, Selasa (15/11/2011).

Karla menuturkan saat itu Emmet berusia 12 bulan dan ia bangun pagi dengan kondisi demam dan bertindak tidak seperti biasanya. Karena kondisinya yang tidak juga mereda, kedua orangtua Emmet membawanya ke Urgent Care yang berlokasi dekat rumahnya.

Setelah diperiksa Emmet diperbolehkan pulang dan ia didiagnosis mengalami flu atau adanya reaksi terhadap vaksinasi yang diberikan pada Emmet beberapa hari sebelumnya.

Namun 2 hari kemudian, gejalanya semakin parah, ia terlihat lesu dan mengalami batuk-batuk yang mengeluarkan banyak lendir, tidak mau makan serta tidak bisa tidur. Malam harinya Karla tidur disamping Emmet dan berusaha menghibur anaknya yang terlihat sangat kesakitan.

Keesokan harinya Emmet langsung dibawa ke rumah sakit karena mulai mengalami muntah darah. Saat tiba di Unit Gawat Darurat, Emmet langsung mendapatkan perawatan pernapasan dan dokter melakukan pemeriksaan X-ray dada.

Dokter melihat ada sesuatu yang bersarang di kerongkongannya, saat itu Karla merasa terkejut karena ia tidak pernah melihat Emmet tersedak sesuatu. Hingga akhirnya ahli radiologi mengidentifikasi adanya baterai yang bersarang di kerongkongannya.

Kondisi ini membuat Emmet harus menjalani pengangkatan kerongkongan sebanyak 4 inci (10,16 cm) karena asam dari baterai menyebabkan 2 bolongan pada kerongkongan dan trakeanya serta adanya kerusakan pada paru-paru.

Emmet telah menjalani 14 kali operasi dan mendapatkan anestesi sebanyak 20 kali dengan pemeriksaan X-ray sebanyak 200 kali. Ia pun harus dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) selama lebih dari 19 minggu.

"Prognosisnya tidak bisa diketahui, tapi kami berharap yang terbaik untuknya bahwa suatu hari nanti Emmet bisa hidup dan makan dengan aman lagi," ujar Karla.

Karla berharap kejadian Emmet ini bisa menyadarkan betapa bahayanya menelan sebuah baterai. Kejadian ini sudah setahun yang lalu tapi Emmet masih harus berjuang untuk bertahan hidup dan melakukan beberapa hal untuk menghapus kerusakan yang ada.

"Baterai ini begitu kecil dan bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari, karena teknologi yang terus maju dan barang elektronik semakin kecil sehingga rentan untuk tertelan. Karena itu amankan anak-anak dari apapun yang membahayakannya," ungkap Karla.

Sementara itu Michelle Chacon, salah satu perawat Emmet menuturkan baterai kecil lithium memiliki bahaya yang lebih besar karena ia tidak memiliki casing (pelindung) seperti halnya baterai AA.

"Dan baterai ini digunakan untuk banyak hal seperti remote kontrol, kartu ucapan yang menggunakan suara hingga jam tangan. Untuk itu anak-anak perlu dilindungi agar tidak bermain-main dengan baterai ini," ujar Chacon.ver/ir)
detikhealth.com

Snacks to stoke your metabolism

There was a point in the not-so-distant past when gas stations sold gas, not soft pretzels. Gyms had water fountains, not vending machines, and food trucks were parked at carnivals, not around every corner. Today, roughly a quarter of the calories in the American diet come from snacks, according to a study published in The Journal of Nutrition. And that figure has jumped 41 percent in the past 20 years.

"Everyone is constantly eating, especially foods that are convenient to buy and hold," says Phil Lempert, a food-industry analyst in Santa Monica, California. And you guessed it: Those convenient foods often tend to be the ones most laden with fat, sugar, and sodium. Snacks in general have more calories than ever before. No wonder the obesity rate among American adults has shot from 15 percent to 34 percent over the past 30 years. But aside from being insanely accessible, why do these between-meal bites have such power? We found out.

6 Easy Ways to Stop Eating Mindlessly

Sure, we eat snacks because they taste good, but we're also motivated by our ideas about what they are -- and what they supposedly can do for us.

We think they're healthy. Around the turn of the millennium, research began to bear out the benefits of eating more frequently (as opposed to sticking to three main meals). The theory is that regularly stoking your metabolism with food can actually help you burn more calories. As a result, nutritionists began advocating an eating plan that distributed the total daily calories (around 1,800 for a 130-pound woman) among five or six "mini meals" eaten three to four hours apart. It's good advice -- if you follow it. Unfortunately, too many people simply added two or three smaller meals (at 250 to 300 calories each) to their usual 400-to 500-calorie breakfasts, lunches, and dinners. You get the picture: They ended up overeating, all in the name of better health.

10 Snacks That Fight Fat

The hype is hard to resist. Take the "health halo" effect, for example. By simply labeling foods with healthy-sounding names, manufacturers and restaurants can get you to eat more, regardless of how nutritious (or not) the snack may be. Earlier this year, a study in the Journal of Consumer Research found that people, particularly those with a history of dieting, tended to consume more when a food had a description such as "fruit chews" than when the identical nosh was called "candy chews." And snack-size packaging -- which supposedly was introduced to help us manage our eating -- may only make matters worse. A different study in the JCR found that dieters inhaled significantly more calories from mini packs of cookies than from standard-size ones. When you finish one bag and still aren't satisfied (the portions are really small, after all), you dig in to another -- and then another, says lead study author Maura L. Scott, Ph.D.

They give us a rush. "Like doing the laundry or going to work, eating meals is often seen as routine and obligatory," says WH advisor Susan Albers, Psy.D., author of "But I Deserve This Chocolate!" "Snacks, in contrast, feel like a gold star for a job well done." Plus, because they tend to be sugary, fatty, or salty, they trigger the release of dopamine, a neurotransmitter that elicits feelings of euphoria, much like the feel-good rush of a triumphant shopping trip or a roll in the hay. Even the best salad, like it or not, won't inspire that kind of biological reaction.

How to Snack Smarter
The secret is simple: You have to rethink what a snack is -- or isn't, says WH weight-loss columnist Keri Glassman, R.D., author of "The Snack Factor Diet." It isn't dessert, for example. A snack doesn't have to be sweet, chocolate-dipped, or more than 150 calories. "It can be real food, like a packet of oatmeal with 10 walnut halves sprinkled on top," says Glassman. And the experience can still be indulgent if you focus on taking a break and recharging your body. More ways to make your treat go further:

Pick which healthy snack adds up to 100 calories?

Cut it in half. A 2010 Journal of the American Dietetic Association study found that people who were given the same snack, either whole or cut into halves, consumed half as much when eating the latter, possibly because they considered only the number of items (not the size of the items) they ate.

Plate it. Albers has a few tricks she uses to avoid mindless munching: No eating from a serving bowl, out of a big bag, or while standing at the kitchen counter. "Everything I eat goes onto a dish, which helps me keep portion control in mind," she says.

Chew more. Besides helping you feel full, chewy foods may brighten your mood too. A 2009 study in Physiology & Behavior suggests that the act of chewing can decrease the level of stress hormones in the body. The mechanism may be physiological (chewing can increase blood flow) or psychological (either chomping diverts our attention from stress or we simply associate it with mealtimes, when we tend to be relaxed).

Train your brain

Make your own snack packs. Dole out small portions of your favorite snacks into plastic baggies. Scott believes that homemade servings don't trigger the same overeating as store-bought packs because the size of the food isn't deceptively smaller -- only the amount you're allowing yourself to eat is limited, preferably to a portion that satisfies you.


More Links:
Best Foods For Women
Eat These Diet Foods to Get Abs
Can You Spot the Healthy Cereals?
8 Snacks Under 100 Calories
Which Healthy Snack Adds up to 100 Calories?

Discussion comments

7 easy ways to boost your immune system

Your body’s immune system is more powerful than you probably imagine. How powerful, you ask? Scientists from the University of Pennsylvania recently took immune cells from three patients with leukemia, then genetically altered them into “serial killer” cells, designed to attack one tumor cell, then another and another. The study was small and the treatment experimental, but the results were groundbreakingâ€"two patients went into complete remission, and the other had a dramatic antitumor response. The modified immune system cells multiplied at least 1,000 times in the body, wiped out cancer cells, and stimulated a population of “memory” cells that may protect against recurrences.

Could this treatment work for other types of cancer? Maybe. Much, much (much) more research is needed, but this study suggests that with the right kind of prodding, your immune system can fight ridiculously hard-to-battle toplady killersand keep you healthy. Granted, gene therapy is pretty serious prodding, but there are relatively simple steps you should take every day to strengthen your immune system, especially as we head into the sniffle season. Some of the best:

7 Surprising Signs Your Immune System Needs a Boost

1. Eat lean protein at every meal. No one food will magically fend off the flu, but certain nutrients take the lead in helping protect your body from billions of bacteria, viruses, and other germsâ€"and protein is one of them. One of the reasons is that the antibodies that help fight disease are actually made of protein. Another reason: Many foods high in protein also contain other immune-boosting nutrients. Lean cuts of beef and pork, as well as protein from beans, soy, and seafood (particularly oysters and crab), contain zincâ€"a mineral that helps up the production of infection-fighting white blood cells; even mild zinc deficiencies can increase your susceptibility to infections. Nuts, like almonds and cashews, are also good sources of protein, as well as magnesium, both of which help support a healthy immune system.

20 Heart-Healthy Comfort Foods

2. Shoot for 5 cups of fruits and veggies a day. Almost any kind is good, but if you’re going to pick and choose, opt for the ones rich in vitamins A, C, and E. Here’s why: Vitamin A (which you get from sweet potatoes, carrots, and dark leafy greens) helps white blood cells fight off infections more effectively; it also helps regulate the immune system. Citrus fruits (like lemons, oranges, and grapefruit), as well as bell peppers, papayas, and broccoli, contain vitamin C, which improves the absorption of iron from plant-based foods and helps the immune system protect against disease. And vitamin E, found in nuts, seeds, and turnip greens, has been shown in scientific studies to combat flu and upper respiratory infections. If you eat a variety of greens (and oranges and yellows and reds) as part of a balanced diet, you’ll get all the good stuff you need to help fight disease. Taking a multivitamin or mineral supplement may help in some cases, but talk to your doctorâ€"sometimes too-high doses of certain minerals can cause imbalances and actually suppress your immune response.

25 Best Foods For Your Health

3. Take a 10-minute walk a few times a day. Getting a total of 20 to 30 minutes of daily physical activity can bolster many defenses of the immune system. Exercise gets antibodies and white blood cells moving through the body faster, so they may detect illnesses sooner; plus, an increase in circulation may also trigger the release of hormones that “warn” immune cells of intruding pathogens. Keep your workouts moderate; high-intensity activity, such as a marathon running or intense gym training, could actually decrease the amount of white blood cells circulating through the body and up your risk of illness.

14 Fat-Blasting Walking Workouts

4. Get your vitamin D levels checked. About 50 nmol/L is generally enough to maintain overall health; less than 30 nmol/L is too low for most people. New research suggests vitamin D could boost immune response, and too-low levels may be linked to an increase in seasonal colds and flu. Many of us are deficient in vitamin D, which we can get from the sun and very few foods. Talk to your doctor; you may need a supplement to boost your numbers.

Slash Your Risk Of Heart Disease 92 percent

5. Reduce your stress levels. Do yoga, play with your dog, listen to musicâ€"find ways to chill out because research shows stressalters how well your immune system works. Preliminary research published in the journal Biological Psychiatryexamined two groups of peopleâ€"caregivers of family members with cancer and individuals without that type of stress. The scientists found something goes awry in the caregivers’ white blood cells, leaving them less responsive to inflammation and raising their risk of illness.

Slim Down With Yoga

6. Cook with olive and canola oils. These contain healthy fats, which act as a lubricant for cells. This lubricant improves flexibility and communication between the cells, which promotes immune function. Just be careful that you’re not consuming too many omega-6 fats in the meantime: Research shows that people who consume disproportionately more 6s (found in the soybean oil used in most processed snack foods) than 3s are at higher risk for inflammation and immune system problems.

12 Ways To Lower Cholesterol Naturally

7. Limit your drinks. One is okay for most people, two is fine for some, but drinking any more could suppress the immune system. New research out of Brown University showed excessive alcohol consumption is toxic to immune system cells called dendritic cells, which play a critical role in helping seek and destroy invading microbes. This could lead to serious, and even life-threatening, infections, not to mention increased vulnerability to the cold and flu virus.

Flatten Your Belly In 1 Week

10 Moves To Tame Haywire Hormones

6 Habits That Can Save Your Life

Discussion comments

Monday, November 28, 2011

Magnet Bisa Digunakan untuk Pengobatan



(Foto: thinkstock)Jakarta, Magnet tak hanya berguna untuk kompas dan industri manufaktur saja. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah berusaha meneliti sifat penyembuhnya. Sudah banyak produk-produk kesehatan yang mengatasnamakan magnet sebagai alat penyembuh, meskipun terkadang manfaatnya tidak terbukti.

Memang masih banyak manfaat magnet bagi kesehatan yang belum tersingkap hingga saat ini. Seperti dilansir DailyRecord, Senin (14/11/2011), beberapa khasiat magnet yang sudah terbukti keabsahannya secara ilmiah antara lain:

Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Penggunaan magnet yang paling umum untuk kesehatan adalah scanner Magnetic Resonance Imaging (MRI) di rumah sakit. Perangkat raksasa ini membantu dokter mendapatkan tampilan struktur organ dalam yang kompleks namun akurat.

MRI menggunakan medan magnet untuk menciptakan gambar secara rinci dan memungkinkan tampilan yang berbeda ketinggiannya jika dokter ingin mengetahui detail lebih lanjut.

Mengobati Epilepsi
Pengobatan magnetik dapat meringankan gejala penyakit epilepsi kronis. Sebuah penelitian di Jerman pada tahun 1999 menemukan bahwa magnet dengan frekuensi rendah dapat mengurangi atau membatasi kejang dan efektif bagi pasien yang tidak bisa mempan dengan pengobatan biasa.

Kumparan magnet ditempatkan ke samping kepala untuk mengarahkan gelombang magnet ke otak. Peneliti mengklaim bahwa sebagian besar peserta penelitian berkurang kejang-kejangnya hingga setengah. Pengobatan magnetik ini hanya bertahan selama enam sampai delapan minggu.

Mengobati Radang sendi
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Peninsula Medical School dan diterbitkan dalam British Medical Journal tahun 2004, peneliti menemukan bahwa magnet bisa meredakan rasa sakit akibat radang sendi di lutut dan pinggul.

Namun para peneliti juga mengakui bahwa hasil tersebut bisa disebabkan oleh efek plasebo.

Mengobati Alzheimer
Sebuah penelitian di Italia menemukan bahwa pengobatan magnetik dapat membantu meningkatkan aktivitas kortikal otak pasien dan membantu memahami dunia di sekitarnya dengan lebih baik.

Laporan yang dimuat dalam Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry ini menemukan bahwa stimulasi magnetik yang berulang-ulang dapat bermanfaat bagi pasien penyakit saraf seperti Alzheimer.

Meringankan Depresi
Pasien depresi yang mendapat stimulasi magnetik mengaku lebih relaks dibandingkan jika tidak mendapat pengobatan tersebut. Sebuah tim di Universitas Kedokteran Carolina Selatan mensurvei 190 orang penderita depresi.

Setengah di antaranya mendapatkan pengobatan magnetik. Hasilnya, 14 persen dari pasien melaporkan gejala depresinya menjadi lebih ringan. Sedangkan dalam kelompok plasebo, hanya lima persen yang merasakan perbaikan.

Membantu Operasi jantung
Partikel magnetik juga telah digunakan dalam operasi jantung. Para ilmuwan menggunakan partikel kecil magnet yang melekat pada sel induk untuk membantu memperbaiki hati yang telah rusak.

Laporan penelitian yang dimuat dalam Journal of American College of Cardiology ini menemukan bahwa teknik tersebut efektif pada tikus dan akan diuji coba pada manusia untuk tahap berikutnya. Efektivitas sel-sel induk meningkat lima kali karena partikel magnetik memandu sel-sel ke daerah sasaran.

"Nampaknya serangan jantung dan cedera pembuluh darah lainnya dapat diobati dengan menggunakan suntikan sel tubuh magnetik. Teknologi ini bisa disesuaikan untuk melokalisasi sel-sel di organ lain dan menjadi alat yang berguna untuk segala macam terapi sel," kata penulis penelitian, Dr Mark Lythgoe.

"Penelitian menunjukkan bahwa nanomagnets dapat digunakan untuk membantu terapi sel-sel induk menjangkau daerah-daerah tertentu di dalam tubuh, terutama di dalam pembuluh darah dimana darah mengalir cepat dengan tekanan tinggi," kata Profesor Peter Weissberg, direktur medis The British Heart Foundation yang mendanai penelitian.

Mengurangi Pembengkakan
Sebuah penelitian oleh University of Virginia membuktikan bahwa magnet dapat mengurangi pembengkakan. Ilmuwan menemukan bahwa magnet statis mampu mengurangi pembengkakan kaki belakang tikus hingga 50 persen.

Teorinya adalah daerah yang terkena kalsium dalam sel otot menyebabkan pelebaran pembuluh darah arteri. Dengan memaparkan magnet, pelebaran tersebut dapat dikurangi.


ir/ir)
detikhealth.com

Menkes: Bayi Nangis Darah di Tangerang akan Dibantu Pemerintah



Muhammad Rehan (dok:detikcom)Jakarta, Muhammad Rehan, bayi usia 3 minggu asal Tangerang mengeluarkan darah dari kedua matanya setiap kali menangis keras. Menteri kesehatan mengaku belum menerima laporan lebih rinci, namun berjanji akan memberikan bantuan jika memang berasal dari keluarga tidak mampu.

"Kalau memang tidak mampu, tentunya kita akan bantu. Bisa melalui program pemerintah kota kalau berasal dari kota tangerang, atau kalau terdaftar sebagai peserta jamkesmas ya bisa pakai jamkesmas," kata Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih usai upacara Hari Kesehatan Nasional ke-47 di Kantor Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta, Senin (14/11/2011).

Mengenai kondisi yang membuat mata Rehan mengeluarkan darah saat menangis, Menkes mengaku belum tahu karena belum mendapatkan laporan lengkapnya. Menkes bahkan belum berani memastikan, apakah kondisi ini disebabkan oleh infeksi pada mata atau sebab lain.

Menurut laporan sementara yang diterima oleh Menkes, bayi Rehan saat ini sudah ditangani oleh sebuah rumah sakit di tanggerang. Karena belum tahu kondisi pastinya, Menkes belum tahu apakah bayi malang ini perlu dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih memadai misalnya RS Cipto Mangunkusumo.

Seperti diberitakan detiknews sebelumnya, bayi berusia 3 minggu asal Cikupa, Tangerang mengeluarkan air mata darah setiap kali menangis kencang. Bayi bernama Muhammad Rehan tersebut sudah mengalami kondisi tersebut sejak 26 Oktober 2011 dan sudah diperiksakan ke dokter spesialis mata di Tangerang.

Dokter yang memeriksanya menduga, kondisi ini disebabkan oleh adanya infeksi pada mata namun belum terlalu parah. Untuk sementara, bayi Rehan hanya diberi obat tetes mata untuk menjaga kondisi matanya agar tetap steril.

Bayi Rehan merupakan anak dari pasangan Muhammad Andri Riyanto dan Siti Muamalah, keduanya adalah warga Cikupa, Tangerang. Sehari-hari, Andri bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sekitar Rp 700 ribu/bulan sedangkan Siti tidak bekerja dan sehari-hari hanya menjalankan tugas sebagai ibu ruma
(up/ir)
detikhealth.com

Dr Samuel Oetoro, Dipaksa Jadi Dokter Karena Penyakit Ayah



Dr Samuel Oetoro (dok. pribadi)Jakarta, Dokter sering menjadi cita-cita banyak orang. Tapi tidak bagi ahli gizi Dr Samuel Oetoro, MS, Sp.GK. Ahli gizi yang cukup tenar ini ternyata dipaksa ayahnya menjadi dokter, bahkan ia baru menyukai ilmu kedokteran setelah tahun ketiga duduk di bangku kuliah.

"Awalnya saya dipaksa ayah jadi dokter. Saya masuk (fakultas kedokteran) karena didaftarkan. Orangtua saya punya penyakit macam-macam, jadi suatu saat ingin anaknya harus jadi dokter karena zaman dulu orang mau ke dokter susahnya minta ampun," ujar Dr Samuel Oetoro, MS, Sp.GK, ahli gizi yang berpraktik di MRCCC Siloam Hospital, saat dihubungi detikHealth seperti ditulis Senin (14/11/2011).

Saat ditanya cita-cita, Dr Samuel menjawab ia hanya ingin menjadi orang kaya. Ia sama sekali tak ingin menjadi dokter, bahkan saat sudah duduk di bangku kuliah pun ia baru menyukai ilmu kedokteran setelah tahun ketiga.

"Waktu SMA aneh saya nggak punya cita-cita. Saya cuma mau jadi orang kaya. Tingkat 3 saya baru punya keinginan (jadi dokter)," jelas Dr Samuel yang juga praktik di Klinik Seruni, Departemen Gizi RSCM, Jakarta.

Dr Samuel bercerita bahwa ayahnya sangat ingin melihat dia menjadi seorang dokter. Ayahnya yang memiliki penyakit darah tinggi, diabetes dan stroke pun sangat menjaga pola makan karena ingin melihat Dr Samuel lulus dan wisuda.

Namun seperti terbebas dari tugas berat, seminggu setelah diwisuda, ayah Dr Samuel meninggal dunia karena tak lagi mau mengontrol pola makan. Ia bebas makan apa saja karena merasa tanggung jawabnya sudah selesai.

"Papa begitu saya lulus dokter meninggal dunia. Sebelum lulus dia jaga makan. Dari dulu papa punya penyakit darah tinggi, 2 tahun sebelum lulus, papa kena diabetes lalu stroke. Tapi setelah saya lulus FK dia merasa bebas, apa saja dimakan. Makannya nggak dijaga lagi. Setelah saya wisuda, seminggu kemudian meninggal dunia," kenang dokter yang memiliki 3 buah hati ini.

Penyakit yang diderita ayahnya juga membuat Dr Samuel tertarik menekuti spesialisasi gizi. Menurutnya, penyakit-penyakit yang populer sekarang paling banyak disebabkan karena pola hidup.

"Karena saya melihat penyakit-penyakit ini sekarang bukan penyakit infeksi tapi pola hidup, seperti diabetes, obesitas, jantung, kolesterol tinggi, kelelahan kronis. Penyebab utamanya bukan bakteri tapi pola hidup, salah satunya karena salah makan," lanjut Dr Samuel.

Berhasil membujuk warga Jakarta gerakkan tabungan asuransi kesehatan

Meski tak pernah bertugas menjadi dokter di daerah terpencil, bukan berarti ahli gizi Dr Samuel Oetoro tak punya pengalaman menarik. Walaupun sulit melakukan pendekatan, namun ia berhasil membujuk warga Jakarta untuk memiliki tabungan asuransi kesehatan.

"Saya tugas di Puskesmas di Jakarta, di daerah Menteng Dalem. Orang bilang enak kalau ditempatkan di Jakarta, tapi nyatanya tidak juga. Di Jakarta wilayahnya memang enak tapi pendekatan ke masyarakatnya yang susah," ujar

Walau sulit melakukan pendekatan dan penyuluhan pada masyarakat Jakarta, nyatanya Dr Samuel berhasil menggerakkan masyarakat untuk memiliki tabungan asuransi kesehatan.

"Saya berhasil menggerakkan masyarakat. Jadi masing-masing RW punya tabungan asuransi kesehatan. Kalau mereka berobat ke Puskesmas gratis karena dana kesehatan bisa dari iuran yang dikumpulkan di pak RW. Saya nanti tinggal klaim ke pak RW saja," jelas


BIODATA

Nama lengkap
Dr Samuel Oetoro, MS, Sp.GK

Tempat dan tanggal lahir
Jakarta, 20 Juni 1958

Status
Menikah dengan Magdalena Indriati Setyawan dengan dikarunia 3 anak, Rendy Oetoro Putra, Samuel Rafianti Oetoro Putra, Rafael Tania Oetoro Putri.

Pendidikan
Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang (1976-1982)
Master of Science UI (1996-2000)
Spesialis Ilmu Gizi Klinik FKUI (2004)

Tempat praktik
Dokter gizi klinik di MRCCC Siloam Hospital Semanggi
Klinik Seruni Departemen Gizi RSCM

Organisasi
Anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
Anggota Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI)
Anggota Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI)
Working Group Metabolism and Clinical Nutrition

mer/ir)
detikhealth.com

EEG Jadi Harapan Baru untuk Pasien Cedera Kepala



(Foto: thinkstock)Jakarta, Sebuah metode untuk berkomunikasi dengan pasien yang mengalami kerusakan otak dan tampaknya berada dalam keadaan vegetatif (koma) telah ditemukan oleh para ilmuwan di Inggris dan Belgia. Para peneliti menggambarkan bagaimana mereka mengukur aktivitas listrik di otak untuk mendeteksi kesadaran. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal medis The Lancet.

Teknik yang dikenal sebagai EEG, tidak menyakitkan dan melibatkan pengaliran elektroda ke kepala. Dokter berharap hal tersebut dapat digunakan sebagai alat diagnostik di rumah dan rumah sakit. Percobaan tersebut telah melibatkan 16 pasien di Addenbrooke's Hospital Cambridge dan University Hospital of Liege di Belgium. Semua pasien tersebut telah didiagnosa dalam keadaan vegetatif.

Keadaan vegetatif merupakan suatu kondisi dimana seseorang terjaga, tetapi tidak memiliki rasa kesadaran diri atau kesadaran dengan lingkungan mereka. Para pasien diminta untuk membayangkan jari-jari kaki mereka menggeliat atau meremas tangan kanan mereka. Aktivitas otak pada 3 dari 16 pasien menunjukkan bahwa, mereka berulang kali mampu mengikuti perintah.

"Banyak daerah otak yang diaktifkan ketika seseorang melakukan gerakan, dan dapat juga diaktifkan dengan membayangkan melakukan suatu hal. Kami tahu 3 pasien sadar karena mereka mampu merespon berulang kali untuk instruksi yang kami berikan. Bahkan salah satu dari pasien mampu melakukan instruksi tersebut lebih dari 100 kali," kata Prof. Adrian Owen, dari Centre for Brain and Mind, University of Western Ontario, Canada seperti dilansir dari BBCNewsHealth, Senin (14/11/2011).

Tim Prof. Owen dari MRC Cognition and Brain Sciences Unit in Cambridge sebelumnya menduga bahwa, mungkin untuk berkomunikasi dengan beberapa pasien vegetatif menggunakan gambaran functional magnetic resonance imaging (fMRI). Tetapi pasien cedera otak yang tidak dapat dinilai dengan metode pemeriksaan tersebut karena mereka memiliki pelat logam atau pin, atau mereka tidak mampu untuk tetap diam.

Perangkat EEG merupakan alat yang relatif murah dan portabel. "Hal tersebut menarik karena alat tersebut dapat digunakan ketika mengunjungi pasien di rumah jompo, dan menilai lebih banyak pasien yang tidak dirawat di rumah sakit. Sehingga perangkat tersebut dapat digunakan secara lebih luas karena merupakan perangkat portable," kata Prof. Owen.

"Untuk sebagian kecil pasien, EEG dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam proses diagnostik. Namun perangkat tersebut akan menjadi tambahan alat yang berguna, bukan sebagai pengganti alat sebelumnya yang digunakan untuk menilai keparahan cedera otak pasien. Sayangnya, saya sering bertemu banyak pasien yang belum pernah memiliki penilaian yang tepat dan telah didiagnosa yang salah sebagai keadaan vegetatif," kata Helen Gill Thwaites.

"Pendekatan tersebut telah menyarankan cara yang sederhana dan praktis di mana beberapa pasien dapat dibantu untuk berkomunikasi. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi dan mendukung hasil penelitian tersebut," kata Paul Matthews, Clinical Neurosciences, Department of Medicine, Imperial College, Lond
(ir/ir)
detikhealth.com

Sunday, November 27, 2011

3 Alasan Kenapa Sarapan Bisa Bantu Turunkan Berat Badan



(Foto: thinkstock)Jakarta, Melewatkan sarapan sering dianggap sebagai taktik penurunan berat badan yang cukup efektif. Akhirnya banyak orang memotong kalori dari asupan harian dengan melewatkan sarapan lebih mudah untuk dilakukan. Namun, sayangnya hal tersebut justru bukan merupakan cara diet yang efektif.

Diet untuk mendapatkan berat badan yang ideal seringkali dilakukan oleh orang-orang dengan cara yang kurang benar. Terkadang orang lebih fokus pada hasil penurunan berat badan setelah diet tanpa memperhatikan apakah cara tersebut benar dan sehat.

Cara diet yang efektif menurut kebanyakan orang merupakan cara diet yang mudah dilakukan dan dapat dengan segera menurunkan berat badan.

Para ahli sering menekankan bahwa sarapan sangat penting dan tidak boleh terlewatkan. Mengurangi jumlah asupan kalori dapat dengan memilih makanan yang rendah kalori atau mengurangi jumlah porsi makan tanpa harus melewatkan waktu makan, termasuk sarapan.

Sebenarnya sarapan di pagi hari justru benar-benar dapat membantu seseorang untuk dapat mencapai berat badan sesuai yang diinginkan.

Tiga alasan mengapa sarapan dapat membantu menurunkan berat badan seperti dikutip dari Health, Minggu (13/11/2011), :

1. Sarapan memulai metabolisme

Jika seseorang melewatkan makan pertama di suatu hari, maka metabolisme seseorang tersebut benar-benar melambat untuk menghemat energi. Hasil studi menunjukkan bahwa, mereka yang sarapan pagi secara rutin justru dapat menurunkan atau mempertahankan berat badan.

Seseorang yang secara rutin sarapan juga lebih mungkin untuk berolahraga secara teratur. Jadi pastikan tetap melakukan sarapan pagi, dan melakukannya dalam satu jam setelah bangun tidur.

2. Membatasi gula dan menambahkan protein serta serat lebih banyak untuk sarapan

Protein dapat mengurangi ketagihan terhadap permen dan makanan manis lainnya. Jumlah protein yang tinggi dalam pilihan sarapan yang populer seperti yoghurt, biji-bijian, dan telur akan memberikan energi yang cukup.

Sehingga akan lebih kecil kemungkinannya untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang manis, dan tinggi kalori seperti kue dan minuman seperti kopi.

3. Serat dapat mengenyangkan lebih lama dan meratakan perut

Sereal yang terbuat dari biji-bijian, dan buah-buahan segar keduanya merupakan pilihan sarapan yang tepat karena sereal mengandung serat tinggi. Serat tidak hanya membuat seseorang merasa kenyang lebih lama sehingga seseorang menurunkan keinginanan seseorang untuk ngemil di antara waktu makan.

Asupan serat dalam jumlah yang cukup juga mengurangi kembung yang terkait dengan sembelit, sehingga membuat perut terlihat lebih datar atau tidak bunc
(ir/ir)
detikhealth.com

Berkeringat Adalah Kunci Menurunkan Gula Darah Tinggi



(Foto: thinkstock)Jakarta, Kadar gula darah yang tidak terkontrol sudah menjadi masalah banyak orang karena pola makan yang tidak proporsional. Padahal gula darah yang tinggi menyebabkan sindrom metabolik yang meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, diabetes dan penyakit jantung.

Gula darah diperlukan tubuh sebagai sumber energi. Namun jika berlebih maka kemampuan tubuh tidak maksimal mengolah gula darah sehingga gula atau glokosa akan tetap berada dalam darah yang menyebabkan kadar gula tinggi.

Gula di dalam darah menyebabkan pankreas melepaskan insulin (insulin dibutuhkan untuk mengubah gula menjadi energi). Jika kadar gula yang dikonsumsi tinggi maka lebih banyak insulin dilepaskan. Semakin banyak gula di dalam darah maka lebih banyak insulin yang diproduksi. Akibatnya, semakin besar kemungkinan orang akan mengalami kenaikan berat badan.

Selain menyebabkan obesitas (kegemukan) kadar gula tinggi dikaitkan dengan kondisi kesehatan yang lebih serius, termasuk perubahan suasana hati, penurunan sistem kekebalan dan diabetes.

"Berkeringat adalah kunci dalam menurunkan gula darah, bahkan olahraga ringan dapat menyebabkan otot untuk menyedot glukosa pada 20 kali tingkat normal," kata B Hatipoglu, MD, seorang ahli endokrinologi di Klinik Cleveland seperti dilansir dari MSNHealth, Minggu (13/11/2011).

Keringat yang dimaksud adalah dengan menerapkan gaya hidup banyak gerak atau rutin berolahraga. Rajin bergerak dapat membakar kalori dan semakin banyak kalori yang terbakar bisa menurunkan kadar gula darah yang tinggi.

Tidak perlu menyisihkan banyak waktu untuk berolahraga. Olahraga dapat digantikan dengan melakukan aktivitas fisik yang lebih aktif sepanjang hari dengan cara sederhana misalnya dengan menaiki tangga bukan dengan menggunakan lift. Lakukan setidaknya 30 menit latihan fisik setiap hari.

Selain rajin bergerak cara mengontrol gula darah tetap normal adalah:

Mengurangi jumlah asupan kalori. Makan dengan porsi kecil setiap 4-5 jam sekali. Pilih makanan tinggi serat, seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan. Tidur yang cukup Mengontrol berat badan Kurangi lemak pada organ dalam seperti di seputar perut Minum teh hijau tanpa gula
Pemeriksaan gula darah secara rutin perlu dilakukan oleh siapapun yang memiliki faktor risiko untuk terkena diabetes. Idealnya pemeriksaan dilakukan di laboratorium sebanyak 2 kali yakni setelah berpuasa 8 jam dan sesudah makan. Namun pemeriksaan juga bisa dilakukan sendiri di rumah dengan alat-alat yang banyak dijual, dengan diambil kadar rata-rata.

Kadar gula darah dikatakan normal jika angkanya 70-99 mg/dL, dengan catatan diukur setelah puasa atau tidak makan selama 8 jam. Kadar gula darah yang diukur 2 jam setelah makan dikatakan normal jika berkisar antara 70-145 mg/dL, sedangkan jika mengabaikan jadwal makan maka rentang normalnya adalah 70-125 mg/
(ir/ir)
detikhealth.com

Serat dan Biji-bijian Kurangi Risiko Kanker Usus



(Foto: thinkstock)Jakarta, Mengonsumsi serat dan biji-bijian sudah lama dikenal dapat membantu melindungi diri dari penyakit kardiovaskular. Tak disangka, makanan serat dan biji-bijian juga bisa mengurangi risiko kanker usus.

Menurut sebuah studi baru, makan lebih banyak sereal dan biji-bijian dapat mengurangi risiko terkena kanker kolorektal (usus). Para peneliti dari Imperial College London menemukan bahwa setiap kenaikan 10 gram asupan serat dalam satu hari, akan terjadi penurunan risiko kanker usus sebanyak 10 persen.

Penelitian ini memang agak berbeda dari analisis pada 25 penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa serat buah dan sayuran tidak mengurangi risiko kanker usus. Ulasan terbaru hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam British Medical Journal.

Biji-bijian tersebut termasuk makanan seperti roti gandum, beras merah, sereal, oatmeal dan bubur. Dari hasil analisis para peneliti menemukan bahwa, terdapat hubungan linier antara serat makanan dan kanker usus.

"Asupan serat dalam jumlah yang cukup memiliki beberapa manfaat," kata Dagfinn Aune, salah satu peneliti dari department of epidemiology and biostatistics at Imperial College London seperti dilansir dari BBCNewsHealth, Minggu (13/11/2011).

Menambahkan 3 porsi (90 g per hari) dari biji-bijian pada diet sehari-hari bisa menurunkan risiko kanker usus sebanyak 20 persen.

"Sebuah penelitian sebelumnya telah menunjukkan penurunan risiko kanker usus oleh karena asupan tinggi buah dan sayuran. Hal tersebut menunjukkan bahwa, senyawa lain dari serat dalam buah dan sayuran dapat menjelaskan mekanisme tersebut. Manfaat kesehatan dari meningkatkan asupan serat dari biji-bijian dan seluruh tidak terbatas pada manfaat untuk kanker usus saja. Hal tersebut juga cenderung mengurangi risiko penyakit jantung (kardiovaskuler), diabetes tipe 2, serta angka kematian akibat obesitas," kata para peneliti.

"Kami merekomendasikan bahwa diet seimbang sehari-hari berupa banyak serat makanan seperti biji-bijian, buah sereal dan sayuran untuk mengurangi risiko kanker usus," kata Mark Flannagan, chief executive Beating Bowel Cancer.

Namun menurut Yinka Ebo dari Cancer Research Inggris, makan banyak serat hanyalah salah satu dari banyak hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena penyakit.

"Tentunya juga dilakukan bersamaan dengan menjaga berat badan yang sehat, aktif secara fisik, mengurangi alkohol, daging merah, dan tidak merokok. Produk gandum harus dibuat lebih menarik bagi pembeli," kata Prof Anne Tjonneland dari Danish Cancer Society.

Hasil penelitian tersebut dinilai sangat berguna untuk rekomendasi diet sehat sehari-hari. Namun, masih perlu dilakukan berbagai penelitian untuk memperjelas kuantitas dan jenis serat yang harus dikonsumsi untuk mengurangi risiko kanker us
(ir/ir)
detikhealth.com

Saturday, November 26, 2011

5 common winter health problems — fixed

Unwrap a clean bill of health this season by warding off the Grinches â€" sickness, stress, food poisoning â€" that halt wintry fun.

Unfestive flu

Parties can expose you to a slew of new bugs, says William Schaffner, M.D., president of the National Foundation for Infectious Diseases in Bethesda, Maryland. Traveling can make you sick, too, given the close quarters, coughing fellow passengers, and germy tray tables, seats, and armrests. And feeling stressed can majorly increase the odds you'll catch a cold, a study in Epidemiology notes. Low humidity in cooler months also means viruses stay in the air longer and are more easily picked up, Dr. Schaffner explains.

Seasonal Solutions: Go fish. A study of stressed-out students at The Ohio State University in Columbus found that popping fish oil capsules cut anxiety by 20 percent. To fend off germs, tote alcohol-based hand sanitizer. And you should also guzzle water and get a flu shot: The vaccination takes about two weeks to kick in, so don't wait until the last minute, Dr. Schaffner says. Hate needles? Ask your doctor about the nasal spray form of the vaccineâ€"it works, too.

Scrooge-y skin

Breakouts may mean there's too much on your plate, says Sandra Read, M.D., a dermatologist and spokeswoman for the American Academy of Dermatology. Stress raises levels of cortisol, which in turn ups oil production.

Plus, getting a bit too joyous with the cocktails can dehydrate you, resulting in dry skin; and winter air parches you from the outside, making skin flaky. Lack of sleep can bring on another problem: skin-care laziness, Dr. Read says.

Seasonal Solutions: When your to-do list makes you want to smash the nearest ornament, soothe stress, sleeplessness and skin with a 10-minute warm bath. Afterward, apply moisturizer while your skin is wet. "That will trap moisture in your top two layers of skin," Dr. Read says. Alternate drinking alcohol with H2O to slow your intake, and stay hydratedâ€"wake up refreshed, not hungover.

Season's wheezings

Live Christmas trees smell divine, but mold from the tree can set off some not-so-fun allergy symptoms, says William Berger, M.D., clinical professor of allergy and immunology at the University of California in Irvine. It's not just the greenery: Chemicals in deteriorating newspaper used to cushion decorations can trigger allergies and asthma, as can potpourri and smoke from candles and wood fires. Even natural gas fireplaces can irritate your lungs if the hearth isn't well ventilated, warns J. Allen Meadows, M.D., chair of the Public Education Committee for the American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI).

Seasonal Solutions: Save the forest, and choose an artificial tree. No need for pink aluminum à la Charlie Brown; these days, many look like the real thing. Store ornaments in plastic containers, suggests Clifford Bassett, M.D., fellow of the ACAAIâ€"and take trees down soon after the big day to limit dust and mold (wipe down the fake ones, and store in a container that keeps the tree clean). As for that roaring fire, use a glass screen or doors to block ash and fumes from entering the room. Buy unscented soy candles, which may be less irritating, and lose the potpourri; instead, greet guests with the scent of apple cider mulling with cinnamon sticks on the stove, then toast to their health!

A blizzard of bellyaches

That roast beast â€" and those sumptuous side dishes â€" can shake up your bowl full o' jelly. "High-fat foods delay stomach emptying, which can cause bloating and heartburn," says Jacqueline Wolf, M.D., a gastroenterologist at Beth Israel Deaconess Medical Center. A sneaky heartburn culprit? Mints. Peppermint eases cramping but the burn can be a side effect: Mint relaxes the muscle that bars acid from entering the esophagus, Dr. Wolf explains. Finally, low-fiber feasts can cause constipation.

Seasonal Solutions: Obvious but smart: Ease off the rich stuff. Choose leaner white meat over dark and sweet potatoes (hold the butter) over mashed, which often come drowning in gravy. Aim to eat 30 grams of fiber a day, and avoid tummy-hugging outfits, which can put pressure on your stomach, Dr. Wolf says. Exercise helps keep your system operating smoothly, as does lots of water.

Blue Christmas

Nearly two thirds of women feel down this time of year, according to a HealthyWomen.org survey. Why are we often more teary than cheery? "It's hard to live up to the holiday fantasy," says Srinivasan Pillay, M.D., assistant clinical professor of psychiatry at Harvard Medical School. We also assess life at the end of the year, highlighting the future's uncertainty. On top of that, the lack of sunshine (December 22 is this year's shortest day) can bum you out, Dr. Pillay says.

Seasonal Solutions: Recall what you're grateful for, Dr. Pillay suggests. Write thank-yous, or find ways to give back, such as compiling care packages for troops. A study in Personnel Psychology found people's moods improved by 25 percent after helping others. And plan a January getaway. Vacation planners felt cheered for two months before leaving for the actual trip, notes a study in Applied Research in Quality of Life. What better way to turn your gray mood sunny?

More stories from SELF
Read These 6 Food-Safety Tips Before Your Next Dinner Party

Your Stress-Free Holiday-Party Planning Guide

6 Low-Cal Party Recipes

16 Ways to Treat Yourself

Simple Fixes for Your Every Hair Color Gripe

5 Strength Training Machines Every Woman Should Use

Discussion comments

Thursday, November 24, 2011

First face transplant patient to Charla Nash: 'Go, girl!'

Only a few people in the world can understand what face transplant patient Charla Nash has been through. But Connie Culp knows, and she was rooting for the chimp attack victim as Nash revealed her new appearance on TODAY Monday.

"I was glad to see her doing so well," said Culp, 48, of Bloomingdale, Ohio, who became the nation's first face transplant patient nearly three years ago. "I've been praying for that girl. She's been going through a lot."

Culp said she listened avidly as Nash, 58, of Stamford, Conn., discussed her recovery after the May surgery in an exclusive interview with NBC News' Meredith Vieira. Culp is legally blind and retains only a bit of vision, but she said by all accounts, Nash's new face is lovely.

"From what I hear, she looks great," Culp said in a telephone interview with TODAY.com.

Culp, too, has endured much since 2004, when her then-husband shot her in the face at point-blank range in a botched murder-suicide attempt. Her transplant was conducted during a tense 23-hour operation at the Cleveland Clinic.

Since then, though, she says her appearance â€" and her life â€" have steadily improved. She said Nash, too, likely will be able to expect gains in her abilities to speak, to smell, to feel sensations.

Today, Culp can smell again, but "only good things" such as cooking, perfume and the flowers her 4-year-old old grandson, Maddox, brings her. And after years of soft food, she can eat anything she wants, including a good steak.

Culp says her face has softened and thinned out and now feels more like her old self. Like Nash, Culp is now able to go out in public without attracting stares and comments. In fact, she said, she's more likely to be stopped by admirers at the grocery store.

"They all tell me how positive I am and how amazing I am. They all hug me," she said. "It's really awesome. There's a lot of good people out there."

Culp says she spends her days "like a normal person." Her two grown children and her grandson live nearby and she has the constant company of her dog, Baby Girl. She still likes to play pool and throw darts and has recently become an avid shuffleboard player.

Still there's no denying that it's been an ordeal, Culp said. "You have ups and downs. We're human."

Culp's ex-husband, Tom Culp, was released from prison in September. Culp said she hasn't had contact with him, though her son has. She tries not to dwell on the details of the shooting â€" or on the way she used to look.

"I just don't think about it and go on," she said.

Culp says she has followed Nash's progress, but that the two women haven't met or had contact, partly because Culp was waiting to see how Nash would come through her transplant and recovery.

"I didn't want to give her false hope," Culp said. "I didn't know where they were going with it."

But now, six months after Nash's surgery, Culp feels confident that her fellow face transplant patient will do well.

"Just take it slow and you'll be out there dancing," she said. "Just get out there and go, girl!"

Related stories:

Charla Nash speaks out about new face, new hopes

Victim, survivor, mom: Charla Nash and her daughter Briana

Producer's notebook: Behind the scenes with Charla Nash

First face transplant patient meets donor's family

Follow @JoNel_Aleccia

Related slideshows

Discussion comments

10 most dangerous toys flagged by consumer group

A Power Rangers "samurai mega blade" and a Godzilla figure with dagger-like attachments are some of the most dangerous toys lurking in stores this holiday season, according to a consumer watchdog group.

Boston-based World Against Toys Causing Harm (WATCH) on Wednesday issued its annual list of the 10 worst children's toys, just in time for the shopping frenzy that typically starts in late November.

On the list were items the group said pose risks for choking, electrocution, puncture wounds and more.

Joan Siff, president of WATCH, said there have been at least 28 toy recalls representing 3.8 million units in the United States over the past year.

"Any recall is too late in the process," she said, urging better vetting and testing of toys before they go on sale. "Testing cannot take place in the marketplace."

The group has produced its list each year since 1973, and has been successful in getting a number of toys pulled from the shelves. It found this year's selections at leading big-box retailers, online, and in small specialty stores.

Story: A cheat sheet for acing your Black Friday spree

James Swartz, a director of WATCH, demonstrated the "Z-Curve Bow," a foam bow and arrow set recommended for kids eight and over.

A warning label suggested the bow should not be pulled back "at more than half strength" and that "anyone at close distance to the target should be alerted" before firing.

"That is a weapon," Swartz said, shooting an arrow into a wall with a loud thud.

Also featured was a "Fold & Go Trampoline" which came with the warning it should only be used for controlled bouncing.

Story: 18 recipes for your Thanksgiving feast

"What young child has the ability, the desire, the knowledge to use it in that manner?" said Swartz. "That's not possible in the real world."

German wooden toys seem sturdy and rather quaint. But a wooden duck, sold for babies as young as a year, has a pull cord about 33 inches long â€" a potential strangulation hazard.

The industry's standard limits strings on cribs and playpen toys to 12 inches.

Toys often have thematic tie-ins to popular movies, television shows or books, arguably making them likely choices for shoppers looking for a familiar brand.

Video: The top, must-buy holiday toys

On the "Sword Fighting Jack Sparrow" figurine, fashioned after Pirates of the Caribbean star Johnny Depp, the pirate's right hand is armed with a 4-inch long, rigid, plastic sword.

The Consumer Products Safety Commission reports that in 2009 about 250,000 toy-related injuries were treated in U.S. hospital emergency rooms, a number that has been rising.

Reports of toy hazards, however, "needlessly frighten parents" this time of year, said the Toy Industry Association. It said less than half of one percent of the estimated 3 billion toys sold each year in the United States are recalled.

Story: They lined up for Black Friday â€" 9 days ahead of time

"Toys are safer now than they've ever been," said Stacy Leistner, a spokesman for the Toy Industry Association, the trade group for the North American toy industry.

The design, testing, production and inspection of toys are constantly being strengthened, the group said.

"Certainly from the industry, safety is our number one priority year round, not just at the holidays," Leistner said.

Click for a full list of the group's 2011 10 worst toys

Discussion comments

Wednesday, November 23, 2011

Chimp attack victim speaks about new face, new hopes

Meredith Vieira couldn’t stop staring at Charla Nash’s face.

That’s nothing new for Nash â€" nearly three years after a horrific chimp attack literally tore her face off, she’s gotten used to people staring. What was new was the reason for the attention.

“Wow. You really look fantastic,” Vieira told Nash. “I’m justâ€"Iâ€" I apologize. I'm looking at your face and I am in awe.”

After a full face transplant, Nash has begun venturing out into public again, no longer worried her severely disfigured face would frighten people. On Monday, she revealed that new face in an exclusive interview on TODAY.

Slideshow: A new face for Charla (on this page)

As the donor face has begun molding to Nash’s underlying bone structure, Nash has begun returning to more of her normal life. She particularly remembered one day she went to the store with her brother.

While shopping they ran into a little girl, who said hello to Nash.

“That didn't happen before,”  Nash told Vieira. “It was nice. The little girl was saying hi to me.  I looked like I’ve got eyes and everything. …I’m not scaring anybody.”

Producer's Notebook: Behind the scenes with Charla Nash
TODAY Moms: Charla Nash and her daughter Briana
allDAY: Meredith Vieira on Charla's beautiful spirit

Because she was permanently blinded in the attack, Nash cannot see her own face. She can’t even feel it because the attack also took her hands. So she has to depend on the feedback of others.

“I’ve had people tell me I’m beautiful,” Nash told Vieira. “And they were not telling me I was beautiful before.”

 / 

Nash got her new face in a groundbreaking, 20-hour triple transplant surgery. Doctors replaced not only her face, but also the two hands ripped off in the horrific attack. The face thrived. Unfortunately there were problems with the hands. Because Nash developed pneumonia shortly after the transplant, her circulation was compromised and the hands began to deteriorate and doctors decided to remove them.

Related: Chimp attack victim reveals new face

At the time, Nash was struggling just to survive the operation.

"I found out later on that they â€" I had hands and they removed them," Nash told Vieira. "And it didn't really bother me because I was too sick to worry about that, you know? … And then later on, I was disappointed that, you know, I had them and they're gone again. But I'm hoping, you know, for in the future, that it can be done again."

The good news: doctors have told her that she might be able to try a hand transplant again in as little as a year.

And Charla’s face will continue to heal over the coming year, said Dr. Bohdan Pomahac, director of plastic surgery transplantation at Brigham and Women's Hospital. “What we have seen is that the face almost blends in and becomes the patient's own, to the point that I think that regular person passing by will not be even able to tell,” he told TODAY.

Related: Charla Nash is 'strong,' brother says after attack

For now, though, Nash is just happy to be able to actually chew food and to smell the world around her. Even scents the rest of us might find off-putting are wonderful to her: “I can smell the nurse that come in. I can smell their perfume and …. They all smell pretty.”

Nash’s daughter, Briana, feels like she’s gotten her mom back.  The transplanted face has been molding to Nash’s bone structure and now she’s starting to look like she did before the attack, Brianna says.

“She looks similar,” Briana told Vieira. “I mean the nose is very similar. I’m still waiting for the underlying bone structure to take some shape on her cheeks. But it’s my mom.”

It has been a long journey since that horrifying day on Feb. 16, 2009.

Nash had come to visit her friend, Sandra Herold, to help with her pet chimp, Travis.

Travis was something of a local celebrity in their hometown of Stamford, Conn. He had appeared in commercials for Old Navy and Coca-Cola, been a guest on Maury Povich’s talk show, and was a familiar sight around town, riding in a car with his owners. But the chimp could also be aggressive, and Nash said she often felt uncomfortable around her friend's large, powerful "pet" before the attack.

Nash had just gotten out of her car when Travis spotted her, went berserk and attacked. A terrified Herold dialed 911 and Nash was rushed to the hospital where doctors managed to save her life, but not her face or her hands.

Nash was so terribly mauled that the policeman who responded to the call at first didn’t recognize Nash as human, and then, when he got closer, couldn’t tell if she was male or female.

Show more text

Related slideshows

Discussion comments

Saturday, November 19, 2011

Mystery disease diagnosed at clinic of last resort

Thanks to the medical detectives at the nation’s first mystery disease clinic, Louise Benge now knows why her legs feel like they’ve turned to stone. 

The 57-year-old Kentucky woman finally has an explanation for the strange disorder that began crippling her â€" and her four siblings â€" nearly three decades ago, making it hard to walk, first a few blocks, then any distance at all.

“Oh, goodness, it’s very hurtful,” said Benge, a retired food stamp clerk from Brodhead, Ky. “Our calves and legs just get as hard as rocks. Sometimes, I just have to stop, period.”

There’s still no treatment or cure for the problem, which also causes severe pain in her hands, Benge acknowledges. But at least there’s a name for the first completely new ailment discovered through the fledgling Undiagnosed Diseases Program begun in 2008 by the National Institutes of Health.

It’s ACDC, or arterial calcification due to deficiency of the protein CD73. Through extensive testing, scientists discovered a genetic glitch that allows bone-like calcium deposits to build up in the blood vessels of victims’ hands and lower limbs. They published their findings earlier this year in the New England Journal of Medicine.

The condition is one of two previously unknown diseases identified through the UDP effort in its first two years. During that time, UPD sleuths also reached diagnoses on at least 39 other patients whose conditions had previously baffled doctors, according to a pilot project review published this fall. That included rare or ultra-rare diseases detected in 28 patients and nine common disorders.

By early this year, the medical detectives had fielded 4,700 inquiries, reviewed 1,700 medical records, rejected 100 cases and accepted 400, with the rest under review, according to a summary by Dr. William A. Gahl, who heads the program, based in Bethesda, Md.

“The discovery of a new disease. That’s something that will stand forever in the scientific realm,” Gahl told TODAY.com.

The program also dramatically expanded knowledge and descriptions of several other disorders in patients who came to what’s now regarded as the clinic of last resort.

“We were tickled,” said Benge, whose condition had stumped half a dozen specialists over several years. “We were just hoping they could figure something out for us.”

Figuring out answers for patients desperate for diagnoses is the goal of the program that started with a budget of $280,000 in 2008 and grew to $3.5 million for 2010 to 2012.

Join other TODAY Health fans -- "like" us on Facebook

“Patients with undiagnosed diseases and their families feel the desperation of uncertainty, the loneliness and isolation of not belonging, and the helplessness of abandonment,” Gahl wrote.

Using sophisticated tools of molecular or biochemical analysis and the out-of-the-box thinking of a team of specialists with time and freedom to pursue any avenue have paid off. There have been dozens of medical triumphs, deducing answers to problems that have eluded others.

In addition to Benge’s diagnosis, the team diagnosed a woman with life-threatening protein deposits in her muscles and a 20-year-old with a previously unknown muscle and lung disorder. Such discoveries inspire deep gratitude, even when no treatment is available, Gahl said.

“They just want some knowledge of what it is, even if it’s terrible,” he noted.

Some patients are still waiting for help, including a young woman with a disorder that prevents her from opening her mouth more than a quarter-inch and a 50-year-old woman who has unexplained spikes of keratin protruding from hair follicles on her scalp.

Others are helping illuminate existing disorders. In the case of Benge and her siblings, the UDP team is using the disease diagnosis to build on knowledge about the relationship between blood vessels and bone formation and to explore new avenues for treating heart disease. They think that a common osteoporosis drug, a bisphosphonate, may help, but are still awaiting clearance to treat patients, Gahl said.

Doctors puzzle over woman's mystery ailment

There’s certainly no shortage of people with diseases that elude diagnosis, Gahl said. In June, the program temporarily stopped accepting applications to allow him and his swamped colleagues to catch their breath.

“We’ve seen so many incredible cases that we really don’t have time to follow up on all of our clues for them,” he said.

Still, starting Dec. 1, Gahl plans to open the floodgates again, mostly because he knows that so many patients like Louise Benge are anxious for answers.

“I hope that it can be fixable, or they can least stop the progression of it,” Benge said. “But we just deal with it and get on with our lives. We were just happy to figure out what was going on and what was causing it.”

Follow @JoNel_Aleccia

Discussion comments

Filthy fitness: 'Mud runs' soar in popularity

If it weren’t for the margaritas, Allison George may never have registered for the Warrior Dash.

George, 37, admits to rarely visiting her gym, and counts walking her dog as her main form of exercise. But while vacationing in Mexico last December, she and her sister, Michelle, signed up for the event, which bills itself as a “mud-crawling, fire-leaping, extreme run from hell.”

“I secretly thought we'd back out come race time, because the prospect was terrifying,” said George, from Tigard, Ore. “But we did it!”

Obstacle races like the Warrior Dash have exploded in popularity over the last decade, with hundreds all over the country. The first Warrior Dash, in Joliet, Ill., in 2009, sold out with 2,000 participants. This year, 650,000 Warrior Dashers have competed in 33 events, from Florence, Ariz., to New South Wales, Australia. And though the very first mud runs were Marine Corps events, today’s obstacle races are open to everyone â€" serious athletes, weekend warriors and couch potatoes alike.

Ever tried the Warrior Dash? 'Like' us Facebook and share!

The races are typically off-road, 5K or 10K in distance (3.1 and 6.2 miles, respectively), with lots of mud and obstacles in between. Warrior Dash participants have been asked to climb over cars and slog through waist-high puddles. The original Mud Run, started by former Marine Paul Courtaway, takes participants through grueling, military-style challenges such as climbing up an 8-foot tower and leaping into a pit of mud.

Why would anyone want to do this? “It seemed like a fun challenge,” said Eric Yeaney, a 43-year-old stay-at-home dad from Marietta, Ga. Yeaney participated in a Warrior Dash last May, and then the Down & Dirty race on Oct. 16. And though he’s a seasoned distance runner with a half Ironman under his belt, Yeaney said his first obstacle race was really tough. “I was in pretty good shape, and I was dogging it the whole way.”

Yeaney incorporated weight training into his workout regimen, and finished the Down & Dirty 10K event in 61 minutes. He’s already signed up for next year’s Warrior Dash. “They’re fun. It’s different. It’s like an adult playground. You’re climbing and getting dirty and I think that’s the appeal,” he said.

And really, said Courtaway, you don’t have to train for an obstacle race at all â€" though the Mud Run site includes tips on how to get conditioned for each challenge. You can come out and walk it and even skip obstacles if they freak you out. “But if you’re an athlete, the harder you attack the course, the harder the course attacks you back,” said Courtaway.

There are few places wetter and muddier than Seattle in November â€" and that’s what makes the Winter Pineapple Classic such a blast, said organizer Wilma Comenat. “The worse the weather, the more fun people will have.”

It doesn’t hurt that the 5K race, held in North Bend, Wash., has a Hawaiian-style luau at the finish line. Participants register in teams of two or four, and costumes are encouraged. The kicker: Someone on each team must carry a pineapple at all times. “It’s really, really fun to see the expression on people’s faces when they see that they have to carry the pineapple,” laughed Comenat.

And even people who are serious about fitness, like Yeaney, say that they love the fact that these races aren’t serious. Allison George, the Warrior Dash participant from suburban Portland, loved the crazy costumes people wore to the event, and the camaraderie.

“It wasn’t a bunch of macho guys trying to run you off the course. Everyone was supportive â€" they’d run by you and say ‘Go! Keep it up! Good job!’” she recalled. And when the obstacles were tough, total strangers would work together to help each other out.

The races, though, aren’t without risks. A 28-year-old man died from heat stroke after competing in the Kansas City, Mo., Warrior Dash in July; another participant collapsed during the same race and died days later from an infection. A 32-year-old woman from Arlington, Tex., fell from an obstacle at a Bakersfield, Calif., race and dislocated two vertebra.

Courtaway said that he’s never seen a serious injury at a Mud Run, and that heat-related injuries and deaths can be avoided by not holding the events when temperatures are historically averaging in the 90s or 100s. Still: “No one comes out of a mud run without a cut or scrape,” he said. “You’re climbing a 20-foot tower. If you fall, it’s not going to be good.”

For many, though, the rewards outweigh the risks. Michelle Posey, of Little Rock, participated in Little Rock’s Dirtiest 5K on Oct. 29 because she wanted her two boys “to see that mommy was cool enough to run through the mud.” Posey, 42, had shot the event several times while working as a staff photographer for the Arkansas Democrat-Gazette, and had always wanted to try it.

“We tell our kids so much, 'Stay out of the mud,' but it’s actually OK for them to not care sometimes and get dirty and enjoy themselves,” she said. “It’s part of being a kid, and it’s also part of being a grownup, too.”

Discussion comments

Friday, November 18, 2011

Detak Jantung Tak Teratur Banyak Dialami Ibu Hamil


(Foto: thinkstok)Jakarta, Ada beberapa perubahan yang bisa terjadi selama hamil salah satunya adalah denyut jantung yang tidak teratur. Apa penyebab denyut jantung yang tidak teratur ini?

Peneliti dari Clevelend Clinic menuturkan sekitar 50 persen perempuan hamil mengalami beberapa jenis ketidakteraturan irama jantung dan termasuk kondisi yang umum terjadi.

Sebagian besar kasus ini tidak memerlukan intervensi medis dan tidak menyebabkan kerusakan, tapi pada kasus tertentu bisa mempengaruhi tubuh dan juga bayi yang dikandung. Meski penyebab pastinya tidak jelas, tapi ada beberapa faktor yang bisa berkontribusi terhadap kondisi ini.

Diperkirakan perubahan hormonal dalam tubuh yaitu meningkatnya kadar estrogen dan hormon lain yang disebut beta-human chorionic gonadotropin turut berkontribusi.

Kondisi ini bisa mempengaruhi tindakan dari saluran ion jantung yang memungkinkan mineral natrium, kalsium dan kalium keluar masuk sel untuk mengontrol detak jantung.

Saat hamil volume darah meningkat untuk mencukupi kebutuhan oksigen bagi ibu dan bayi, peningkatan volume darah ini memberi tekanan ekstra pada jantung sehingga mempengaruhi denyut jantung, seperti dikutip dari Livestrong, Sabtu (5/11/2011).

Ada beberapa jenis denyut jantung tak teratur yang terjadi pada ibu hamil yaitu:
1. Palpitasi, yaitu sensasi merasa seperti denyut jantung yang berpacu, berdebar atau detaknya melebihi biasanya
2. Supraventicular tachycardia (SVT), yaitu istilah luas yang berlaku ketika detak jantung lebih cepat dari biasanya. Kondisi ini lebih berbahaya dari palpitasi dan kemungkinan membutuhkan pengobatan.
3. Fibrilasi atrium, yaitu denyut jantung tidak teratur dan cepat, tapi jarang dialami selama hamil. Biasanya dialami pada ibu hamil yang memiliki penyakit jantung bawaan atau hipertiroid sebelum hamil.

Jika ibu hamil mengalami detak jantung tak teratur, dokter akan mencari penyebab yang mendasarinya. Jika tak ada penyebab medisnya, pengobatan yang dilakukan adalah istirahat dan prosedur vagal maneuvers (menerapkan es ke wajah, memijat arteri karotis serta teknik pernapasan) untuk memperlambat denyut jantu
(ver/ir)

email : sales[at]detik.com


detikhealth.com

Nutrisi untuk Membersihkan Hati dari Racun


(Foto: thinkstok)Jakarta, Hati adalah organ penting dalam tubuh salah satunya untuk mengeluarkan racun. Untuk itu ketahui makanan apa saja yang bisa membantu pekerjaan hati dalam mendetoksifikasi racun.

Detoksifikasi adalah suatu proses menghilangkan racun-racun agar dikeluarkan oleh tubuh, karenanya jika hati mendapatkan nutrisi yang tepat bisa membantu meningkatkan kemampuan detoksifikasinya.

Beberapa hal bisa menjadi racun bagi tubuh seperti bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan olahan, hormon yang disuntikkan pada hewan serta insektisida pada tanaman yang tidak dicuci dengan bersih.

Organ hati akan bekerja keras untuk mengeluarkan racun dan lemak rusak yang dikonsumsi melalui makanan sehari-hari. Jika racun tersebut tidak dikeluarkan bisa memicu berbagai masalah dan penyakit di hati.

Meski begitu makanan yang digunakan untuk membersihkan hati harus makanan yang segar dan organik, atau membersihkan makanan tersebut dengan benar sehingga racun atau zat kimia dalam makanan tersebut hilang. Salah satu kandungan dari makanan yang diperlukan untuk menghindari kerusakan pada hati adalah antioksidan.

Berikut ini makanan yang bisa membantu hati dalam melakukan detoksifikasi, seperti dikutip dari Lifemojo, Sabtu (5/11/2011) yaitu:

1. Bawang putih dan bawang merah, 1-2 bonggol bawang putih sebaiknya dimasukkan dalam pola makan setiap minggunya, bisa dimasukkan dalam tumis bersama sayuran atau ditambahkan dalam jus lemon segar. Selain itu bawang merah juga pembersih racun yang sangat baik.

2. Sayuran seperti kembang kol, kubis, brokoli, selada air dan bak choy adalah sayuran yang baik untuk detoks. Cobalah untuk menyertakannya dalam salad atau tumis sayuran.

3. Gandum murni seperti oatmeal menyediakan banyak serat sehingga sangat baik untuk mendetoksi hati, selain itu biji-bijian juga bagus untuk detoks seperti kacang merah dan barley.

4. Kunyit memiliki sifat antiseptik dan sangat baik dalam membantu proses detoksifikasi hati.

5. Buah berry, masukkan buah-buahan berry seperti stroberi, blueberry, raspberry dan blueberry dalam pembuatan smootihe, milk shake atau dimakan langsung.

6. Teh hijau, konsumsi teh hijau merupakan detoksifikasi yang sangat baik dalam membantu fungsi hati agar lebih efisien, serta kesehatan tubuh secara menyeluruh.

7. Kedelai, makanan ini sangat baik untuk detoks. Usahakan untuk minum susu kedelai baik yang manis atau tanpa pemanis, serta mengonsumsi makanan lain yang mengandung kedelai seperti tahu dan tempe.

8. Anggur merah, buah ini memiliki sifat detoksifikasi yang sangat baik karena membantu mengusir racun dan limbah. Anggur bisa dimakan langsung atau dicampur ke sal
(ver/ir)

email : sales[at]detik.com


detikhealth.com

Thursday, November 17, 2011

Warna Mata Cokelat Bisa Diubah Menjadi Biru Dengan Laser


(Foto: thinkstok)California, Warna mata biru menjadi idaman banyak orang. Kini hal tersebut bisa diwujudkan setelah seorang dokter mengungkapkan ia bisa mengubah warna mata menjadi biru permanen dalam waktu 20 detik.

Dr Gregg Homer dari Stroma Medical di California menuturkan bahwa teknologi Lumineyes yang menggunakan laser pada frekuensi tertentu bisa mengubah warna bola mata dari cokelat menjadi biru.

Energi dari laser ini akan menghilangkan pigmen cokelat atau melanin dari lapisan atas iris sehingga warna biru akan muncul dalam waktu 2-3 minggu berikutnya. Hal ini bisa menjadi alternatif bagi orang yang ingin memiliki warna mata biru tanpa menggunakan lensa kontak.

Namun prosedur yang telah dikembangkan oleh Dr Homer selama lebih dari 10 tahun ini bersifat irreversible, sehingga warna mata biru tidak bisa kembali lagi menjadi cokelat karena jaringan mata cokelat tidak dapat diregenerasi.

"Mereka mengatakan mata adalah jendela jiwa, dan warna mata biru tidak buram sehingga Anda dapat melihat ke dalamnya sementara warna mata cokelat sangat buram," ujar Dr Homer, seperti dikutip dari Dailymail, Sabtu (5/11/2011).

Warna mata umumnya diwariskan, namun mata cokelat merupakan yang lebih dominan di seluruh dunia sementara mata biru bersifat resesif. Dan biasanya orang dengan mata biru memiliki pigmen cokelat karena pigmen mata biru tidak benar-benar ada secara alami.

Sebuah studi dari University of Copenhagen tahun 2008 menemukan bahwa semua orang dengan mata biru ini keturunan dari nenek moyangnya yang memiliki mutasi mata biru dan sudah hidup 6-10.000 tahun yang lalu.

Ketua studi Profesor Eiberg menuturkan waktu itu semua orang memiliki mata cokelat dan warna biru terjadi karena adanya mutasi seperti halnya pada warna rambut, kebotakan, bintik-bintik dan flek di wajah yang tidak mempengaruhi kesempatan manusia untuk bertahan hid
(ver/ir)

email : sales[at]detik.com


detikhealth.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons