Ilustrasi (foto: Thinkstock)Jakarta, Seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Perilaku psikopat malah kadang cukup menawan, sopan dan jarang bersikap emosional. Psikopat jarang berbicara yang spontan karena setiap akan bicara ia perlu waktu berpikir.
Penelitian terbaru yang dilakukan Michael Koenigs, seorang asisten profesor psikiatri di University of Wisconsin School of Medicine and Public Health menemukan perbedaan dalam otak psikopat dan pola bicara bisa menjelaskan perilaku anti sosialnya.
Untuk memeriksa keterlibatan emosi dari pola bicara, peneliti melihat sejumlah faktor. Faktor tersebut termasuk seberapa sering psikopat menggambarkan kejahatannya dengan menggunakan bentuk lampau. Menceritakan peristiwa yang menegangkan di masa lalu dapat menjadi indikator detasemen psikologis.
Para peneliti juga menemukan dysfluencies yang mengganggu pidato pada para psikopat. Dysfluencies tersebut menunjukkan bahwa pembicara membutuhkan beberapa waktu untuk berpikir tentang apa yang akan mereka katakan.
Menurut hasil penelitian baru itu, perbedaan dalam otak psikopat mungkin dapat membantu menjelaskan perilaku anti sosial mereka. Hasil penelitian baru tersebut telah dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience edisi terbaru.
Psikopat tidak sama dengan gila, skizofrenia, atau psikosis karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut sebagai psikopati, penderita psikopat seringkali disebut sebagai orang gila tanpa gangguan mental.
Diagnosa gejala psikopat membutuhkan pengamatan ketat dan dibutuhkan wawancara yang mendalam, serta pengamatan-pengamatan lainnya. Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 1 persen dari populasi dunia didiagnosa sebagai psikopat.
Penelitian yang dilakukan untuk melihat ke dalam pikiran orang-orang psikopat telah menunjukkan perbedaan pada struktur otak psikopat. Selain ditemukan perbedaan pada struktur otak juga ditemukan perbedaan pada pola bicara orang psikopat.
Pada penelitian tersebut dilakukan scan otak pada para psikopat dipenjara Wisconsin. Peneliti menemukan hubungan yang lemah antara bagian dari otak yang berhubungan dengan empati dan pengambilan keputusan. Bagian tersebut dikenal sebagai korteks prefrontal ventromedial (vmPFC), dan bagian lain dari otak.
Dengan menggunakan dua jenis gambar, para peneliti membandingkan otak dari tahanan pria yang didiagnosa sebagai psikopat dengan para tahanan yang tidak didiagnosa dengan psikopat.
Pada para tahanan psikopat, para peneliti menemukan hubungan yang lemah antara bagian vmPFC dan bagian lain dari otak, termasuk amigdala. Amigdala itu sendiri dikaitkan dengan emosi, memori dan ketakutan.
"Interaksi antara vmPFC dan amigdala diyakini mendasari aspek regulasi emosi, agresi, dan kuatnya asosiasi stimulus," kata para peneliti seperti dilansir dari FoxNewsHealth, Kamis (24/11/2011).
Penelitian tersebut didasarkan pada penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Koenigs dan Yusuf Newman, seorang profesor psikologi di University of Wisconsin Madison. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan psikopat menanggapi pengambilan tes dengan cara menyerupai pasien yang menderita kerusakan pada bagian vmPFC.
"Dua struktur di otak, yang diyakini mempunyai fungsi untuk mengatur perilaku emosi dan sosial, tampaknya tidak berkomunikasi sebagaimana mestinya. Sehingga perilaku emosi dan sosial penderita psikopat dapat sangat berbeda dengan orang normal," kata Koenigs.
ir/ir) detikhealth.com
-
Tuesday, December 06, 2011
Psikopat Perlu Waktu Berpikir Agak Lama Saat Mau Bicara
-
0 komentar:
Post a Comment