-
-

Friday, September 30, 2011

Guyur Air Langsung ke Kepala Saat Mandi Berisiko Stroke?


(Foto: thinkstock)Jakarta, Beredar peringatan agar saat mandi jangan langsung mengguyur air ke kepala karena bisa berisiko stroke. Ternyata menurut pakar saraf kemungkinan itu ada terutama pada orang-orang tertentu yakni saat udara terlalu dingin atau panas dan suhu tubuh sedang dalam kondisi sebaliknya.

Maka itu disarankan bila Anda sedang kepanasan atau kedinginan, sebaiknya hindari mengguyur air langsung ke kepala saat mandi. Pada orang-orang tertentu, mengguyur air langsung ke kepala dengan suhu yang berlawanan bisa menyebabkan stroke.

Semua titik dan suhu dalam tubuh manusia baik yang berada di dalam maupun di luar berpengaruh pada aktivitas otak. Otak berfungsi untuk memonitor tubuh agar berfungsi secara normal, maka sesuatu yang ganjil pada tubuh tentu sangat mempengaruhi otak.

"Jika seseorang yang tubuhnya sedang kepanasan lalu langsung diguyur kepalanya dengan air dingin, bisa menyebabkan saraf kaget atau bahkan stroke bila terjadi pada orang yang tidak sehat," jelas Prof dr Teguh Ranakusuma, SpS (K), dokter spesialis saraf dari Departemen Neurologi FKUI-RSCM, saat dihubungi detikHealth, Senin (26/9/2011).

Prof Teguh menyebutkan, perubahan suhu yang tiba-tiba bisa menyebabkan stroke bila terjadi pada tipe-tipe orang dengan penyakit tertentu, yaitu:

Penyakit jantung Tekanan darah tinggi Gangguan pembuluh darah (kardiovaskuler) Gangguan darah
"Ini juga terjadi ketika tubuh yang kedinginan tiba-tiba diguyur air panas. Perubahan yang tiba-tiba ini yang menyebabkan stroke. Makanya kalau orang haji sering mengalami heat stroke (stroke karena kepanasan), karena belum terbiasa dengan suhu yang tiba-tiba panas," lanjut Prof Teguh.

Prof Teguh menjelaskan, tubuh manusia memiliki regulasi yang tinggi karena terdapat thermo regulator (pengatur suhu) di otak. Ketika suhu tubuh panas, maka otak akan memerintahkan pembuluh darah untuk melebar agar terjadi penguapan dan penurunan suhu. Sebaliknya, otak akan memerintahkan pembuluh darah menyusut bila tubuh kedinginan.

Bila pembuluh darah yang sedang melebar karena kepanasan tiba-tiba disiram air dingin, maka bisa menyebabkan pembuluh darah pecah. Jika hal tersebut terjadi di pembuluh darah otak, maka bisa menyebabkan stroke. Hal yang sama juga terjadi ketika pembuluh darah yang sedang menyusut diguyur dengan air panas.

Menurut Prof Teguh, kondisi ini juga sering terjadi pada orang yang suka mandi uap. Jika selesai mandi uap yang panas kemudian langsung masuk ruangan AC, maka orang tersebut bisa pingsan. Perubahan suhu yang tiba-tiba bisa membahayakan pembuluh darah.

"Jadi orang yang memiliki penyakit jantung, hipertensi, ada masalah dengan pembuluh darah atau isi darahnya sendiri, harus hati-hati dengan perubahan suhu yang tiba-tiba. Kalau mau mandi sebaiknya diusap-usap dulu, jangan langsung diguyur ke kepala jadi biar beradaptasi dulu. Kita harus sayang dengan tubuh kita karena Tuhan sudah memberi kita tubuh yang sempurna. Sakit itu yang ngasih bukan Tuhan tapi karena manusia itu sendiri yang kurang bisa merawat tubuhnya," tutup Prof Teguh.

Untuk menghindari risiko kepala kaget disarankan saat udara terlalu dingin atau panas dan suhu tubuh sedang dalam kondisi sebaliknya, maka saat mandi jangan langsung mengguyur air di kepala. Beri tubuh penyesuaian dulu seperti menyiram tangan lalu badan baru ke kepala.


mer/ir) detikhealth.com

Ganciclovir, Untuk Atasi Infeksi Cytomegalovirus (CMV)


(Foto: thinkstock)Jakarta, Deskripsi

Ganciclovir merupakan golongan obat antivirus. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus. Biasanya digunakan untuk mengobati infeksi virus cytomegalovirus (CMV). Obat ini dapat menyebabkan beberapa efek samping yang serius, termasuk anemia dan masalah darah lainnya. Ganciclovir harus diberikan di bawah pengawasan dokter.

Obat ini tersedia dalam bentuk sediaan berikut:
Kapsul Powder untuk Solusi
Indikasi
Infeksi cytomegalovirus Pencegahan infeksi cytomegalovirus pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh rendah Cytomegaloviral retinitis
Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap jenis obat ini Ibu menyusui
Dosis

Untuk bentuk sediaan kapsul
1. Untuk pengobatan retinitis CMV setelah setelah menerima suntikan gansiklovir untuk setidaknya 14-21 hari

a. Dewasa dan remaja
1000 mg 3 kali sehari atau 500 mg 6 kali sehari

b. Anak
Gunakan dengan dosis sesuai instruksi dokter

2. Untuk pencegahan penyakit CMV pada pasien transplantasi dan pasien dengan infeksi HIV

a. Dewasa dan remaja
1000 mg 3 kali sehari.

b. Anak
Gunakan dengan dosis sesuai instruksi dokter

Efek samping
Sakit tenggorokan Demam Perdarahan atau memar yang tidak biasa Anemia
Sumber: MayoClinicir/ir) detikhealth.com

Bayi Prematur Punya Risiko Mati Lebih Tinggi Saat Remaja


foto: ThinkstockJakarta, Kelahiran bayi sebelum usia kehamilan penuh terkadang tidak dapat dihindari. Bayi yang lahir prematur membutuhkan perawatan medis dan perhatian maksimal.

Bayi yang lahir prematur biasanya akan sangat rentan mengalami beberapa masalah kesehatan. Menurut sebuah studi baru, ketika bayi prematur tumbuh menjadi remaja, memiliki tingkat kematian yang tinggi.

Umumnya bayi yang terlahir secara prematur memang lebih rentan terkena berbagai masalah kesehatan jika dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dengan usia kandungan penuh.

Penelitian sebelumnya menunjukkan risiko kematian bayi prematur berakhir setelah si bayi berhasil melewati tahun pertama kelahirannya, setelah itu risiko kematiannya normal.

Namun penelitian baru berlawanan dengan penelitian sebelumnya, yang menemukan bahwa bayi prematur lebih rentan mengalami kematian saat remaja karena penyakit serius antara lain penyakit jantung, diabetes dan asma. Beberapa penyakit tersebut memang memiliki perkembangan penyakit yang cukup lama.

"Hal tersebut merupakan penemuan yang sama sekali baru. Bahkan bayi yang lahir hanya beberapa minggu lebih awal juga tetap memiliki peningkatan risiko kematian. Namun, angka kematian mutlak sekitar 1 per 1.000 orang per tahun, sehingga masih termasuk sangat rendah," kata Dr Casey Crump dari Stanford University seperti dikutip dari HealthNews, Senin (26/9/2011).

Hasil penelitian Dr. Crump telah dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association.

Penelitian ini melibatkan hampir 675.000 orang Swedia yang lahir antara tahun 1973-1979. Peneliti menemukan anak yang lahir sebelum usia 37 minggu kehamilan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk meninggal sebelum usia 5 tahun jika dibandingkan bayi yang lahir dengan usia kandungan penuh.

Meskipun anak telah berhasil melewati masa kanak-kanak, tetapi kemudian anak tersebut memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami kematian pada usia sekitar 18-36 tahun.

Dr. Crump mengatakan masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terkait dengan kematian bayi yang terlahir secara prmatur, antara lain penyakit jantung, diabetes, dan asma. Beberapa penyakit tersebut memang memiliki perkembangan penyakit yang cukup lama.

"Saya pikir hal ini penting untuk menyadari potensi peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan yang akan dialami bayi yang terlahir secara prematur," katanya.


ir/ir) detikhealth.com

Thursday, September 29, 2011

Tubuh Penderita Diabetes Tiba-tiba Terbakar Tanpa Sebab


foto: ThinkstockGalway, Irlandia, Meninggal karena gagal ginjal atau serangan jantung adalah komplikasi yang sudah lazim pada penderita diabetes. Namun di Irlandia, penderita diabetes meninggal karena sebab yang aneh yakni tubuhnya mendadak terbakar secara misterius.

Michael Faherty, laki-laki 76 tahun asal Galway, Irlandia baru-baru ini ditemukan tak bernyawa di rumahnya sendiri. Kakek penderita diabetes tipe 2 ini diketahui memang memiliki komplikasi tekanan darah tinggi, namun dipastikan tidak meninggal karena serangan jantung.

Dilihat dari kondisinya yang hangus dan nyaris menjadi abu, dipastikan Faherty meninggal karena terbakar. Anehnya, petugas forensik tidak menemukan tanda-tanda bekas minyak tanah atau bahan bakar lain sehingga dugaan bunuh diri dapat diabaikan.

Keanehan lain yang dijumpai petugas forensik adalah, tidak ada kerusakan pada benda lain di rumah Faherty. Selain tubuhnya yang hangus nyaris menjadi abu, hanya lantai dan langit-langit di sekitar lokasi jasadnya ditemukan saja yang tampak agak gosong.

Kepala tim forensik yang memeriksa kasus ini, Dr Kieran McLoughlin memastikan Faherty meninggal akibat kondisi medis yang disebut Spontaneous Human Combustion (SHC). Kondisi yang diperkirakan baru pertama kali ditemukan di Irlandia ini menyebabkan tubuh seseorang terbakar tiba-tiba.

"Peristiwa ini sudah diselidiki secara menyeluruh dan saya simpulkan ini adalah SHC, sebuah fenomena yang hingga kini belum bisa dijelaskan dengan cukup memadai," ungkap Dr McLoughlin seperti dikutip dari The Irish Independent, Minggu (25/9/2011).

Api yang muncul pada SHC muncul secara spontan akibat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh, tanpa melibatkan panas eksternal dari lingkungan. Sama halnya dengan kasus Faherty, tim forensik juga tidak menemukan benda-benda yang sekiranya bisa menyulut api misalnya korek maupun peralatan listrik.

Meski sebenarnya sangat langka, kasus SHC tercatat sudah terjadi ratusan kali di seluruh dunia dalam 300 tahun terakhir. Hanya saja tidak semuanya benar-benar diteliti oleh para ahli, sehingga ada juga yang hanya berupa cerita-cerita yang dilebih-lebihkan.

Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, terdapat beberapa fakta yang terkait dengan kasus SHC yakni:



Sebanyak 80 persen korban SHC adalah kaum perempuan. Kebanyakan korban mengalami kelebihan berat badan atau pecandu alkohol. Tubuh korban akan sangat hangus, tapi ruangan di sekitar mayat korban masih cukup utuh. Tubuh korban akan menguning dan biasaya di sekitar korban timbul bau minyak busuk. Batang tubuh termasuk dada, perut dan pinggul bisa benar-benar terbakar, tapi bagian dari kaki atau pakaian bisa jadi masih utuh. Pembakaran hanya terjadi pada korban sendiri tanpa adanya teriakan atau jeritan yang pernah terdengar. Biasanya korban banyak minum sebelum meninggal.
Sedangkan beberapa kasus SHC yang pernah tercatat dalam sejarah antara lain sebagai berikut:

Oktober 1938
Maybelle Andrews dan pacarnya sedang menari di klub malam, lalu tiba-tiba ada api yang menyembur dari punggung, dada dan bahu Maybelle. Pada saat itu tidak ada api lain di ruangan hanya ada di badan Maybelle. Maybelle meninggal akibat luka-lukanya saat dalam perjalanan ke rumah sakit.

31 Januari 1959
Jack Larber, pasien berusia 72 tahun tiba-tiba terbakar setelah beberapa menit diberi makan. Petugas berusaha memadamkan api tapi Larber sudah meninggal akibat luka bakar stadium 3. Tidak ada penjelasan mengenai asalnya api tapi diketahui bahwa Larber adalah seorang perokok.

Desember 1959
Billy Peterson ditemukan tewas di kursi depan mobilnya. Awalnya ia diduga mencoba bunuh diri akibat keracunan karbonmonoksida, tapi tubuhnya terbakar di daerah punggung, kaki dan tangan. Dagingnya tubuhnya terbakar tapi pakaian atau kursi depan tidak ada yang rusak.

Desember 1966
Dr J Irving Bentley (92 tahun) ditemukan meninggal di lantai kamar mandi dengan hampir 90 persen tubuhnya terbakar kecuali kaki kanan dan sepatunya. Saat ditemukan tercium bau aneh dan adap biru muda. Rumahnya sama sekali tidak mengalami kerusakan.

6 Januari 1980
Polisi dan petugas forensik menemukan tubuh Mans sudah terbakar dan tidak bisa dikenali di ruang tamunya. Kursi tempat duduk serta benda plastik disekitarnya hampir tidak rusak dan ditemukan lapisan daging yang menguap di langit-langit.

Oktober 1980
Seorang perempuan bernama Jenna Winchester meledak dan terbakar saat duduk di dalam mobil di samping temannya. Diakui temannya ia melihat api kuning yang datang dari Jenna. Untungnya Jenna berhasil selamat dengan luka bakar di sekitar 20 persen bagian tubuhnya.

24 Maret 1997
John O'Connor (76 tahun) ditemukan meninggal di ruang tamu dengan posisi hangus terbakar ketika duduk di kursi. Saat ditemui hanya kepala, tubuh bagian atas dan kakinya saja yang tetap tidak terbakar. Selain itu ada kerusakan kecil di furniturnya akibat asap.


up/ir) detikhealth.com

Remaja Lebih Mudah Galau Jika Kurang Makan Buah


foto: ThinkstockMelbourne, Masa muda memang penuh gejolak, sehingga wajar jika remaja sering galau atau stres. Namun kegalauan pada remaja bukan hanya dipengaruhi oleh permasalahan yang dihadapi sehari-hari, sebab kurang makan buah juga bisa mempengaruhinya.

Sebuah penelitian di Deakin University baru-baru ini mengungkap remaja yang rajin makan sayur dan buah-buahan relatif lebih jarang mengalami masalah kejiwaan. Sebaliknya jika sering makan makanan cepat saji dan kurang bergizi, remaja akan rentan mengalami depresi dan kegelisahan.

Fakta ini disimpulkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan para peneliti terhadap 3.000 remaja berusia 11-18 tahun di seluruh Australia. Selama kurun waktu 2 tahun sejak 2005, pola makan para partisipan diamati dan berbagai gangguan kejiwaan yang dialaminya juga dicatat.

Felic Jack, ilmuwan yang memimpin penelitian ini mengatakan ada kaitan erat antara diet atau pola makan dengan tingkat kegalauan. Namun dalam publikasinya di jurnal PLoS One, ia tidak menjelaskan lebih detail bagaimana keduanya bisa saling berkaitan.

Jack hanya menyarankan, remaja perlu mengonsumsi 2 porsi buah dan 5 porsi sayur tiap hari jika ingin terhindar dari stres. Konsumsi gandum atau karbohidrat kompleks lainnya seperti ubi dan kentang juga perlu ditingkatkan, sementara nasi dan makanan cepat saji sebaiknya dikurangi.

"Mengonsumsi makanan dengan nutrisi tinggi sangat penting bagi remaja sebab pada masa ini mereka mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan dinamis. Nutrisi yang cukup akan sangat membantu," ungkap Jack seperti dikutip dari Xinhuanet, Minggu (25/9/2011).

Berbagai masalah kejiwaan seperti depresi dan kegelisahan sangat sering dialami para remaja. Sebuah penelitian bahkan pernah mengungkap, 1 dari 5 remaja di Australia mengalami sedikitnya 1 jenis masalah kejiwaan baik yang dipicu oleh faktor genetika maupun stres atau faktor lingkungan.


up/ir) detikhealth.com

Urutan Lahir Mempengaruhi Kepribadian dan Bahkan Karir


foto: ThinkstockJakarta, Perkembangan kepribadian seorang anak sedikit banyak turut dipengaruhi oleh urutan lahir, misalnya anak pertama cenderung lebih dominan dibanding adik-adiknya. Kecenderungan ini terbawa sampai dewasa, bahkan turut mempengaruhi karir.

Sebuah survei yang melibatkan 5.708 karyawan di berbagai negara menunjukkan, anak pertama cenderung lebih berpeluang menjadi pimpinan di perusahaannya. Demikian juga penghasilannya, anak pertama cenderung digaji lebih banyak dibanding anak kedua dan seterusnya.

Para ahli meyakini, kecenderungan ini terbentuk bersamaan dengan perkembangan kepribadian sejak dari lingkungan keluarga. Sejak kecil, anak pertama atau anak sulung sering dikondisikan untuk menjadi panutan bagi saudara-saudaranya yang lebih muda.

"Di keluarganya, anak pertama cenderung tampil sebagai sosok pemimpin bagi adik-adiknya, lalu sifat ini terbawa di lingkungan kerja," ungkap Michael Erwin, konsultan karir dari CareerBuilder.com seperti dikutip dari Foxnews, Minggu (25/9/2011).

Hasil survei yang dilakukan melalui situs CareerBuilder.com ini juga mengungkap, anak tengah cenderung memulai karir dari entry level atau tingkat terendah. Banyak juga yang akhirnya terus karirnya menanjak hingga level tertinggi, namun pada intinya cenderung melalui tahapan yang lebih lambat.

Kecenderungan ini sesuai dengan sifat anak tengah, yang biasanya sangat diandalkan untuk jadi penengah jika terjadi perselisihan dalam keluarganya. Sifatnya yang penyabar membuatnya cenderung melakukan segala sesuatu dengan aman, sesuai prinsip biar lambat asal selamat.

Anak bungsu atau anak terakhir cenderung tumbuh sebagai pribadi yang berjiwa bebas, sehingga tak jarang memulai karirnya langsung sebagai pimpinan di tingkat menengah atau middle management. Di dalam keluarganya, anak bungsu biasanya tidak terlalu dibebani oleh tuntutan orangtua.

Selain urutan lahir, pola asuh orangtua tentunya juga sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Seperti yang pernah ditulis detikHealth sebelumnya, beberapa tipe pola asuh orangtua adalah sebagai berikut.



Pola asuh yang otoriter, ditandai dengan orangtua yang melarang anaknya dengan mengorbankan kebebasan anak Pola asuh yang permisif, ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginannya Pola asuh yang demokratis, biasanya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anaknya.


up/ir) detikhealth.com

Sedot Lemak Perut Manfaatnya Sampai ke Jantung


foto: ThinkstockJakarta, Saat melakukan operasi sedot lemak, kebanyakan orang hanya berharap agar perutnya tampak lebih langsing. Namun sebuah penelitian membuktikan, sedot lemak juga mengurangi kadar lemak jahat dalam darah sehingga jantungnya lebih sehat.

Komponen lemak darah yang kadarnya berkurang setelah menjalani sedot lemak adalah trigliserida, yang banyak dikaitkan dengan risiko sakit jantung. Dalam 3 bulan setelah sedot lemak, kadar trigliserida turun cukup signifikan yakni rata-rata 43 persen.

"Cukup masuk akal jika ada sebagian lemak yang dibuang, maka trigliserida akan turun. Tapi kami tidak menduga akan berkurang begitu banyak," ungkap Dr Eric Swanson, dokter bedah plastik dari Kansas, seperti dikutip dari MSNBC, Minggu (25/9/2011).

Penurunan kadar trigliserida yang begitu besar berdampak pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Dr Swanson mengatakan penurunan ini akan mengurangi risiko penyumbatan di pembuluh darah, sehingga risiko stroke dan serangan jantung juga akan berkurang.

Dalam presentasinya di ajang American Society of Plastic Surgeons, Dr Swanson mengaku terkejut dengan hasil penelitian ini. Terlebih dalam pengamatan terhadap 322 pasien yang melakukan sedot lemak di bagian perut, 78 persen memiliki berat badan normal hingga overweight dan hanya 22 persen yang obesitas.

Biasanya, sedot lemak hanya akan memberi pengaruh yang cukup signifikan jika dilakukan pada orang indeks masa tubuh yang sudah dikategorikan obesitas. Karena itu jika ternyata bisa memberi pengaruh pada orang-orang dengan berat badan normal, maka hal itu dinilai mengejutkan.

Selain menurunkan kadar trigliserida, sedot lemak juga menurunkan jumlah sel darah putih yang beredar dalam pembuluh darah. Artinya sedot lemak juga mengurangi reaksi radang, yang merupakan salah satu faktor risiko berbagai gangguan jantung.


up/ir) detikhealth.com

Total Waktu 3 Tahun dalam Hidup Manusia Habis di Toilet


foto: ThinkstockJakarta, Sebagian orang suka berlama-lama berada di toilet, baik untuk buang air besar maupun kecil. Maka tak heran jika ditotal dari seluruh umur hidupnya, setiap manusia menghabiskan waktu rata-rata 3 tahun hanya untuk buang hajat di toilet.

Fakta ini terungkap dalam buku berjudul 'Facts That Will Scare the Sh*t Out Of You' karangan Cary McNeal, yang dipublikasikan baru-baru ini. Tidak diketahui pasti sumber aslinya, hanya dikatakan bahwa dasarnya adalah hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan.

Meski terkesan hanya untuk lelucon saja, fakta ini tentu sangat menarik karena mungkin banyak orang tidak menyangka akan menghabiskan waktu selama itu di dalam toilet. Jika benar demikian, kira-kira berapa banyak tisu toilet yang dihabiskan dalam waktu selama itu?

Sumber lain mengatakan, rata-rata orang menghabiskan 57 helai tisu toilet tiap harinya. Jika dihitung selama 3 tahun, maka totalnya rata-rata 62.415 helai tisu toilet atau lebih dari 60 roll jika dihitung tiap roll memiliki 1.000 helaian tisu.

Untuk membuat tisu sebanyak itu, tentu harus ada yang dikorbankan dalam hal ini pohon-pohon yang harus ditebang. Oleh karena itu, daur ulang kertas toilet akan sangat membantu kelestarian lingkungan karena tidak perlu terlalu banyak menebang pohon.

Rata-rata tiap roll tisu toiler beratnya 277 gram, sedangkan seperti dikutip dari Toiletpaperworld, Minggu (25/9/2011), tiap 1 ton tisu toilet yang didaur ulang baka penghematan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.



17 batang pohon tidak perlu ditebang 26,3 liter air bisa dihemat 266,3 gram partikel debu yang mencemari udara bisa dicegah mengurangi 2,34 meter kubik timbunan sampah menghemat energi sebanyak 4.077 kilowatt.jam.
Meski jika ditotal waktu untuk berada di toilet sangat lama, bukan berarti mulai sekarang harus selalu buru-buru kalau ingin buang hajat. Terburu-buru saat buang hajat justru memicu wasir atau ambeien karena tekanannya menjadi lebih besar saat mengejan. Yang penting, bijaksanalah dan jangan terlalu boros dalam menggunakan tisu toilet.


up/ir) detikhealth.com

Case of 'uniboob' a startling reminder to pick plastic surgeon with care

The procedure was supposed to be simple â€" swap out a pair of leaking breast implants for a brand new set. But for Dinora Rodriguez, a 40-year-old stay-at-home mom from Los Angeles, this simple cosmetic "fix" was the start of a plastic surgery nightmare.

"My breasts looked really bad," she says. "It looked like I had one big breast instead of two. And the pain was terrible."

According to Dr. Anthony Youn, a board-certified plastic surgeon in Troy, Mich., and an msnbc.com contributor, Rodriguez's surgeon left her with a bad case of symmastia.

"It's a uniboob," he says. "It's where the implant pockets are connected in the middle â€" and they definitely shouldn't be."

Normally, breast implants are placed under the breast itself or under the muscle behind the breast, each nestled in a separate "pocket" created by the plastic surgeon. If the pocket is mistakenly made too close to the middle of the chest, though, the implant can work its way through the small opening, migrating towards its twin until both implants are "kissing."

Rodriguez says her surgeon also operated on a scar near her eyes without her permission, giving her an unwanted eye lift that left her unable to completely close her eyes.

Unfortunately, Rodriguez's case is just one example of the many botched operations plastic surgeons like Youn are seeing these days. That's why the shocking case is being highlighted in a safety campaign launched this week by the American Society of Plastic Surgeons.

Rodriguez, who went to her surgeon on the recommendation of a friend, found out later that the doctor was not board-certified. A lawsuit followed, resolved by the Los Angeles Superior Court.

"It's like the Wild West out there," Youn says. "There are tons of doctors performing plastic surgery procedures when they have little or no training and little to no skill. There are ob/gyns performing liposuction. An ER doc will take a weekend course on breast implants and perform surgery in [his or her] office. It happens all the time."

Do-over or D'oh! Can you undo plastic surgery?

Dr. Malcolm Z. Roth, new president of the American Society of Plastic Surgeons (ASPS), says lack of proper training by plastic surgery newbies has resulted in a raft of problems for patients, including unsightly scars, infections, over-resections (in the case of liposuction) and even gangrene.

"Sometimes, lengthy procedures will be done on people who are not medically suitable for them," says Roth, chief of plastic surgery at the Albany Medical Center in Albany, N.Y. "If you have somebody who's not surgically trained, they [don't know] how to decide who's a good or bad candidate for surgery. We've had people go to the ER with deep vein thrombosis, heart attacks, and unfortunately, not infrequently now, we're hearing about death."

While statistics on plastic surgery mistakes aren't available, plastic surgeons report seeing more and more patients in need of "revision surgeries" following procedures performed by doctors who are either certified in some other specialty or not board certified at all.

"Our No. 1 concern is always patient safety," says Roth. "You don't want to play Russian roulette with your life."

How can patients avoid costly, painful -- or even lethal -- plastic surgery mistakes? Roth say it's all about doing your homework.

"You should shop around for a plastic surgeon as carefully as you shop around for a car or a house," says Roth "When you buy a house, you have a home inspector go and check it out beforehand. Patients need to do the same. Check the person's credentials. Ask if they have hospital privileges. Ask how many of that type of procedures they've done. Ask to see pictures. Ask around in the community."

Most importantly, Roth says, patients should make sure the doctor they're considering for plastic surgery is not just "board certified" but board certified by the American Board of Plastic Surgery, which along with passing written and oral exams, requires its members to have graduated from an accredited medical school and completed at least five years of additional training as a resident surgeon in an accredited program which includes a minimum of five years of residency training in all areas of surgery, including at least two years devoted entirely to plastic surgery.

He also recommends they be a member of his group, the ASPS, which guarantees he or she has completed the necessary training and met the standards needed to perform all types of plastic surgery.

"In the U.S., your pediatrician or your family practice doctor or your ob/gyn can say, 'I'm now a plastic surgeon and oh, I'm board certified,'" says Roth. "But they may [only] be board certified in pediatrics. Anybody can say they're a plastic surgeon."

According to the ASPS, only four states -- California, Florida, Louisiana and Texas -- require medical providers to be completely honest regarding their training (or lack thereof). In all other states, a medical license enables a doctor to practice in any medical field he or she chooses, including plastic surgery.

And thanks to the current economy, that's what more and more doctors are doing.

"Unfortunately, we have physicians -- and people who aren't even physicians -- trying to grab some of the pot of gold that is considered cosmetic surgery," says Roth.

Dinora Rodriguez, who had her botched implants fixed by a board-certified reconstructive surgeon but whose eyes are still a "mess," says she's definitely learned her lesson.

"You see them in a white coat and you trust that they're professional," she says. "But I would be very careful if I were to go in for surgery again."

Reprints

Setelah Menikah Orang Cenderung Lebih Jarang Berolahraga


(Foto: thinkstok)Jakarta, Pernikahan nampaknya mempengaruhi aktifitas fisik seseorang. Pasangan yang telah menikah ternyata lebih enggan berolahraga atau sekedar fitness dibandingkan yang masih lajang.

Survei yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan Inggris menemukan bahwa hanya 27 persen orang dewasa yang meluangkan waktunya selama 150 menit untuk melakukan aktivitas fisik setiap minggu.

Sebagian besar dari partisipan yang tak meluangkan waktunya itu adalah orang yang telah menikah, yaitu 76 persen laki-laki dan 63 persen wanita. Hal ini kemungkinan karena setelah menikah, pasangan ini merasa tidak perlu lagi mengasah atau menjaga diri agar fisiknya menjadi sempurna atau karena merasa terbebani oleh tanggung jawab yang lebih banyak.

"Akhir pekan merupakan kesempatan yang sangat baik untuk membawa seluruh keluarga pergi bersama dan menikmati lingkungan alam," ujar Dr. Len Almond dari St Mary University College, seperti dikutip dari Dailymail, Sabtu (24/9/2011).

Sementara itu Menteri Kesehatan Inggris, Lord Howe menuturkan tetap aktif tidak hanya mampu meningkatkan kesehatan, tapi juga membuat seseorang merasa lebih baik.

Untuk itu diperlukan seruan bagi orang dewasa untuk meningkatkan aktifitas rutinnya atau memperbanyak kegiatan multi-tasking seperti pekerjaan rumah tangga atau menyetrika sambil menonton TV. Salah satunya melalui kampanye 'Get Going' agar masyarakat Inggris lebih banyak beraktivitas dan berolahraga.

"Saya berharap kampanye baru ini mendorong setiap orang untuk menemukan cara-cara baru yang fleksibel untuk meningkatkan tingkat aktivitas mereka sendiri," ungkapnya.

Meski begitu ada juga kabar gembira bagi orang yang telah menikah. Sebuah penelitian yang dilakukan para peneliti dari University of Rochester, New York, menemukan bahwa rumah tangga yang bahagia tiga kali lipat meningkatkan risiko seseorang untuk bertahan hidup setelah operasi jantung.

Sedangkan para peneliti AS melaporkan dalam jurnal Health Psychology bahwa pernikahan yang baik bermanfaat untuk kesehatan jantung, sama seperti berhenti merokok dan menjaga tekanan darah tetap normal.


ver/ir) detikhealth.com

Ekspresi Janin Bisa Jadi Indikator Fungsi Otak


(Foto: thinkstok)Jakarta, Terkadang janin menunjukkan ekspresi wajah tertentu saat diperiksa melalui USG (ultrasonografi). Tapi ternyata ekspresi yang ditunjukkan janin bisa menjadi indikator fungsi otaknya.

Studi yang dipimpin oleh peneliti Inggris Dr Nadja Reissland menuturkan bahwa ekspresi wajah seperti tertawa dan menangis berkembang sebelum kelahiran dan menjadi lebih kompleks sampai mencapai usia kehamilan 36 minggu.

Perkembangan gerakan wajah pada janin adalah hal penting untuk mengetahui berbagai fungsi setelah kelahiran, seperti gerakan mengisap bayi saat makan, rahang dan lidah yang diperlukan untuk berbicara serta diperlukan untuk meningkatkan ikatan bayi dan orangtua setelah kelahiran.

Otot-otot wajah mulai berkembang saat usia kehamilan 8 minggu, dan semua otot yang digunakan dalam ekspresi wajah dibentuk pada usia 16 minggu. Kemungkinan ekspresi wajah pada janin antara 24-36 minggu dibentuk dari jaringan adiposa yang terbangun selama periode tersebut.

Peneliti mempelajari ekspresi wajah janin dengan menerapkan Facial Action Coding System (FACS) pada USG 4D. Seiring meningkatnya usia kehamilan, maka gerakan wajah, tungkai dan tubuh janin semakin berkorelasi dengan perkembangan struktural dari sistem saraf pusat.

Perkembangan ini menunjukkan adanya hubungan antara korteks serebral dan perifer struktur janin yang fungsional. Karenanya ekspresi janin mungkin bisa memprediksi fungsi otak janin yang sehat.

"Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa ada potensi besar dari metode ini untuk menilai perkembangan janin," ujar Dr Nadja Reissland dari Durham University, seperti dikutip dari MedIndia, Sabtu (24/9/2011).

Dr Reissland menuturkan kode dan analisis ini memungkinkan bagi peneliti untuk secara obyektif melacak peningkatan kompleksitas dari waktu ke waktu dalam menghasilkan ekspresi wajah yang dikenali.

Metode pengkodean dari gerakan wajah janin ini bermanfaat untuk:

Penanda untuk mengetahui perkembangan normal Memiliki potensi besar untuk menilai integritas sistem saraf pusat dari janin Digunakan untuk mendeteksi gangguan otak fungsional atau struktural Membedakan antara perkembangan wajah janin yang normal dan abnormal untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dalam rahim.
ver/ir) detikhealth.com

Coffee can cut depression risk in women

Drinking coffee may lower women's risk of depression, a new study says.

Women in the study who drank two to three cups of caffeinated coffee a day were 15 percent less likely to develop depression over a 10-year period compared to those who drank one cup of coffee or less per week.

The researchers cautioned, however, that the new study only shows an association between coffee consumption and depression risk, and cannot prove that drinking coffee reduces risk of depression in women.

The study, which included more than 50,000 women in the United States, is the largest of its kind, the researchers, from the Harvard School of Public Health in Boston, said.

The findings are in line with earlier studies that have found a link between moderate coffee consumption and a reduced risk of suicide.

The new study is just the latest to suggest coffee consumption has health benefits. Earlier work has found an association between drinking coffee and a reduced risk of breast cancer, prostate cancer and stroke.

"Taken together, these results reassure coffee drinkers that there seem to exist no glaringly deleterious health consequences to coffee consumption," Dr. Seth Berkowitz, wrote in an editor's note accompanying the new study.

Because the study only shows a correlation between coffee and the risk of depression, it's too soon for doctors to recommend coffee consumption to patients, Berkowitz said.

The study is published in the Sept. 26 issue of Archives of Internal Medicine.

Caffeine and depression
The majority of adults in the United States consume caffeine, and coffee accounts for about 80 percent of daily caffeine consumption, the researchers said. But caffeine's effect on depression is not well understood, they said.

The researchers analyzed surveys of 50,739 U.S. women (average age 63) enrolled in a long-term study known as the Nurses' Health Study. From 1980 through 2004, participants filled out questionnaires about their caffeine consumption, including how often they drank coffee, tea and soda.

Participants were followed from 1996 to 2006 to see whether they were diagnosed with depression. None of the participants had depression at the study's start. Women were considered depressed if they had been given a diagnosis of clinical depression by their physician and they started taking antidepressants.

Over the 10-year period, 2,607 new cases of depression were reported. Women who drank four or more cups of coffee per day were 20 percent less likely to develop depression than those who drank one or fewer cups of coffee per week.

No link was found between consumption of decaffeinated coffee and depression.

Some individuals who consume caffeine experience sleep disturbances, insomnia or anxiety. It's possible that women with a history of depression, or women who are predisposed to depression, know about these side effects and reduce their caffeine consumption, the researchers said.

Caution urged
Emma Robertson-Blackmore, assistant professor of psychiatry at the University of Rochester Medical Center, calls the findings "interesting," but urged caution regarding the link.

For one, the women included in the study were nurses and their caffeine consumption may not be reflective of the U.S. women population in general, Robertson-Blackmore said.

The study also did not take into account factors known to trigger depressive episodes, including a past history of depression, financial difficulties and experiencing the death of someone close.

"Given how old the women were at the end of the study, you have to feel that most would be experiencing some of these changes," Robertson-Blackmore said.

Caffeine can make people feel more energized, focused and put them in a better mood in general. "This feeling could be reflected in the women’s assessment of their mood symptoms," Robertson-Blackmore said.

There are more robust predictors of depression other than how much caffeine you consume, Robertson-Blackmore said.

"Women should aim for a healthy balance in diet, stress reduction and exercise and be mindful of depression symptoms that require help from health professionals," she said.

Pass it on: Drinking two or more cups of coffee a day is associated with a reduced risk of depression in women.

Follow MyHealthNewsDaily staff writer Rachael Rettner on Twitter @RachaelRettner. Find us on Facebook.

Discussion comments

Wednesday, September 28, 2011

Ini Dia Alasan Kenapa Olahraga Pagi Lebih Oke


(Foto: thinkstok)Jakarta, Olahraga saat pagi hari tentu banyak tantangannya, seperti harus bangun lebih pagi. Tapi sebaiknya mulailah mencoba olahraga di pagi hari, karena ada banyak manfaat yang bisa didapatkan.

Berolahraga di pagi hari memberikan banyak manfaat baik untuk kesehatan atau jadwal sehari-hari. Serta udara yang didapatkan masih terbilang lebih bersih sehingga baik untuk paru-paru.

Selain itu cahaya matahari yang memasuki retina mata di pagi hari akan merangang jalur saraf ke otak sebagai sinyal awal dari fungsi-fungsi tubuh, dan juga membantu memulai fungsi metabolik seperti memicu melepaskan hormon yang mempengaruhi nafsu makan, tekanan darah dan siklus tidur-bangun.

Berikut ini manfaat-manfaat lain yang bisa didapatkan jika menyempatkan diri untuk berolahraga di pagi hari, seperti dikutip dari Livestrong, Sabtu (24/9/2011) yaitu:

1. Membantu orang lebih konsisten
Umumnya sedikit gangguan yang muncul di pagi hari sehingga kegiatan ini jarang mendapatkan halangan, dibandingkan jika seseorang berolahraga sore hari atau selepas pulang kerja. Selain itu umumnya orang sudah merasa lelah bekerja sehingga kecenderungan untuk absen berolahraga lebih besar.

2. Mendapatkan lebih banyak energi
Olahraga di pagi hari akan meningkatkan suasana hati (mood) dan energi selama berjam-jam setelahnya. Kondisi ini membantu orang lebih siap menghadapi tantangan kerja atau apa pun yang dihadapi di siang hari. Jika berolahraga di malam hari akan membuat suhu tubuh meningkat dan bisa mengganggu waktu tidur.

3. Membakar kalori lebih baik
Setelah berolahraga tubuh akan tetap membakar kalori pada tingkat yang lebih tinggi karena masih melakukan aktivitas fisik lainnya. Saat bekerja, tubuh akan menggunakan energi lebih efisien dan merampingkan massa otot.

4. Lebih sepi saat ke pusat kebugaran
Umumnya orang pergi ke pusat kebugaran saat sore atau malam hari sehingga akan lebih banyak orang yang kadang membuat seseorang harus mengantri untuk menggunakan alat olahraga. Tapi jika di pagi hari, maka tak perlu menunggu jika ingin menggunakan alat dan olahraga yang dilakuakn akan lebih efektif.


ver/ir) detikhealth.com

Atasi Remaja yang Depresi dengan Makan yang Benar


(Foto: thinkstok)Jakarta, Remaja tidak bisa lepas dari berbagai masalah mental seperti stres, kecemasan dan depresi. Tapi dengan melakukan pola makan yang sehat bisa membantu remaja melawan masalah mental tersebut.

Sebuah studi terbaru menyarankan para remaja untuk banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran karena bisa membantu melawan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Hasil studi ini mengungkapkan remaja yang memiliki pola makan buruk karena lebih banyak mengonsumsi junk food dan makanan olahan lebih mungkin menderita masalah kesehatan mental.

"Hasil ini konsisten dengan apa yang kita lihat pada orang dewasa, tapi hasil ini menjadi penting karena gangguan mental bisa terjadi sebelum dewasa," ujar Dr Felice Jacka dari Deakin University’s Barwon Psychiatric Research Unit, seperti dikutip dari Indiavision, Sabtu (24/9/2011).

Dr Jacka menuturkan jika bisa mencegah hal tersebut sebelum mencapai remaja, maka kondisi ini bisa mengurangi jumlah remaja yang mengalami gangguan mental seperti depresi, stres dan kecemasan, karena diketahui sekitar 15 persen remaja mengalami gangguan kecemasan.

"Selain itu memiliki makanan yang kaya akan zat gizi baik adalah suatu hal yang benar-benar penting bagi remaja, karena mereka berada dalam tahap pertumbuhan yang cepat sehingga butuh nutrisi yang memadai," ungkapnya.

Studi ini melibatkan 3.000 remaja yang diminta mengisi kuesioner mengenai pola makan serta gejala psikologisnya sejak tahun 2005-2007. Setelah itu peneliti akan menganalisis kuesioner yang didapatkan.

Didapatkan remaja yang terbiasa mengonsumsi makanan sehat memiliki masalah kesehatan mental yang lebih sedikit dibanding dengan anak yang pola makannya buruk. Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal PLoS One.


ver/ir) detikhealth.com

Kampanye Imunisasi Campak Akan Dilakukan Serentak di 17 Provinsi


(Foto: thinkstock)Jakarta, Pada 18 Oktober hingga 18 November mendatang, akan diadakan kampanye imunisasi tambahan campak dan polio serentak di 17 provinsi di Indonesia. Imunisasi tambahan gratis ini diharapkan dapat meningkatkan perlindungan terhadap seluruh bayi dan anak dari penyakit campak serta polio.

Kampanye imunisasi tambahan campak dan polio merupakan kegiatan imunisasi tambahan untuk memberikan imunisasi campak pada anak umur 9-59 bulan dan imunisasi polio pada anak umur 0-59 bulan, tanpa melihat status imunisasinya.

"Kampanye ini bukan seperti mau pemilu, tapi bulan pelaksanaan imunisasi tambahan yang dilakukan serentak di 17 provinsi untuk campak dan polio," jelas Dr H Andi Muhadir, MPH, Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Kemenkes RI, saat acara jumpa pers di Gedung Kemenkes, Jumat (23/9/2011).

17 provinsi tersebut adalah sebagai berikut:

Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Gorontalo DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Lampung NTB Papua.
Imunisasi akan diberikan di pos-pos Pelayanan Imunisasi yang ditentukan dan diberi tanda khusus yaitu Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya.

Imunisasi ini diberikan secara gratis dan setiap bayi boleh mendapatkannya, tak peduli apakah sudah pernah mendapatkan imunisasi lengkap atau imunisasi campak dan polio sebelumnya.

Sejumlah 13.102.589 anak usia 9-59 bulan ditargetkan akan mendapatkan imunisasi tambahan campak dan 15.247.136 anak usia 0-59 bulan akan mendapatkan imunisasi tambahan polio.

Kampanye tahun ini merupakan kampanye tahap tiga dari keseluruhan kampanye yang sudah dilakukan sejak tahun 2009. Kampanye imunisasi tambahan tahap pertama sudah dilakukan pada 10-24 Juni 2009 di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Maluku Utara.

Sedangkan tahap kedua sudah dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di Maluku, Papua Barat, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, NTT dan Banten.

"Semua sudah kita lakukan kampanye imunisasi tambahan, kecuali Yogyakarta, karena di Yogya status imunisasi sudah sangat tinggi," jelas Dr Andi.




mer/ir) detikhealth.com

Irama Dan Lirik Lagu Pulihkan Kemampuan Bicara Pasien Stroke


foto: ThinkstockJakarta, Gangguan bicara yang sering dialami pasien stroke bisa diterapi dengan bernyanyi. Tidak asal menyanyikan lagu tentunya, melainkan harus dipilihkan lagu-lagu dengan lirik yang mudah dan irama yang teratur agar efeknya lebih optimal.

Para peneliti di Max Planck Institute for Human Cognitive and Brain Sciences di Leipzig, Jerman, telah menemukan bahwa yang terpenting dalam terapi bernyanyi adalah ritme lagu yang paling penting. Selain itu, lirik lagu dan kata-kata yang sederhana berdampak kuat terhadap kemampuan bicara.

Ketika stroke merusak daerah yang berperan dalam fungsi bicara di otak kiri, penderita sering mengalami kesulitan berbicara yang parah. Kondisi ini dikenal dengan aphasia non-fluent. Terkadang, ketidakmampuan berbicara ini bersifat permanen.

Menyanyi merupakan kegiatan berpikir sambil merangsang area-area otak kanan, sehingga ada anggapan bahwa daerah yang rusak berkaitan dengan fungsi bicara adalah otak kiri. Metode pengobatan yang dikenal sebagai Terapi Intonasi Melodic didasarkan pada gagasan ini.

"Tapi bukti ini saja belum cukup menjelaskan mengapa bernyanyi dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk mengatasi aphasia," kata Benjamin Stahl, peneliti Max Planck Institute for Human Cognitive and Brain Sciences.

Untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa pengaruh menyanyi, Stahl dan rekan melakukan penelitian terhadap 17 pasien stroke aphasia non-fluent. Mereka diminta mengartikulasikan beberapa ribu suku kata yang dinyanyikan dan dibacakan dengan iringan musik berirama atau tanpa irama. Teks-teks yang dipilih menggunakan bahasa yang sama namun bervariasi dalam tingkat keakrabannya.

Hasil penelitian yang dirilis Medicalxpress.com (23/9/2011) ini menunjukkan bahwa menyanyi bukanlah faktor penentu perbaikan kondisi pasien. Bernyanyi sesuai teks tidak menghasilkan hasil yang lebih baik daripada berbicara namun berirama.

"Elemen kunci dalam pasien kami bukanlah pada melodi, tapi irama. Dampak positif terbesar dialami area otak yang lebih dalam, yaitu daerah ganglia basal. Daerah ini dikenal penting dalam diproses membentuk irama," kata Stahl.

Kata-kata atau lirik lagu juga mempengaruhi keberhasilan terapi pada penderita stroke. Lirik lagu terkenal serta menggunakan kata-kata yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari bisa memberikan efek yang besar pada perkembagan kondisi pasien.
 

ir/ir) detikhealth.com

Imunisasi Sudah Lengkap, Anak Tetap Bisa Vaksin Campak Lagi


(Foto: thinkstock)Jakarta, Meski sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, bayi dan anak Anda masih bisa mendapatkan imunisasi tambahan campak dan polio yang juga diberikan gratis oleh pemerintah. Imunisasi tambahan ini tidak akan mengurangi fungsi vaksin atau menyebabkan over dosis.

Pada 18 Oktober hingga 18 November mendatang, akan diadakan kampanye imunisasi tambahan campak dan polio serentak di 17 provinsi di Indonesia. Imunisasi tambahan gratis ini diharapkan dapat meningkatkan perlindungan terhadap seluruh bayi dan anak dari penyakit campak serta polio.

Kampanye imunisasi tambahan campak dan polio merupakan kegiatan imunisasi tambahan untuk memberikan imunisasi campak pada anak umur 9-59 bulan dan imunisasi polio pada anak umur 0-59 bulan, secara gratis tanpa melihat status imunisasinya.

"Bayi atau anak yang sudah pernah atau sudah lengkap imunisasinya tetap boleh mendapatkan imunisasi tambahan ini. Imunisasi tambahan ini tidak akan mengurangi fungsi vaksin sebelumnya atau menyebabkan over dosis. Anak yang sedang sakit ringan atau sedang minum obat saja boleh ikut, nggak ada masalah," jelas Dr Soedjatmiko, SpA, Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, dalam acara jumpa pers di Gedung Kemenkes, Jumat (23/9/2011).

Dr Soedjatmiko menjelaskan, campak dan polio adalah penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan kelumpuhan bahwa kematian. Tapi banyak masyarakat yang masih keliru dan menganggap penyakit ini biasa-biasa saja.

"Campak dan polio itu penyakit berbahaya dan sangat mudah menular. Nah, imunisasi adalah cara yang paling efisien dan efektif untuk mencegahnya," jelas Dr Soedjatmiko.

Menurut Dr Soedjatmiko meski sudah diimunisasi, masih ada 15 persen kemungkinan bayi dan anak tertular virus campak. Bila ada 100 anak yang telah diimunisasi, maka 15 anak masih mungkin terkena campak.

"Tapi kalau sudah diimunisasi, penyakitnya akan lebih ringan dan tidak berbahaya. Inilah mengapa imunisasi tambahan diperlukan. Yang sudah imunisasi saja masih bisa kena, apalagi yang belum," lanjut Dr Soedjatmiko.

Imunisasi tambahan campak akan diberikan di pos-pos Pelayanan Imunisasi yang ditentukan dan diberi tanda khusus yaitu Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya secara gratis.

17 provinsi yang akan serentak mendapatkan kampanye imunisasi tambahan pada 18 Oktober-18 November 2011 adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NTB dan Papua.mer/ir) detikhealth.com

Dads less likely to die of heart problems

Dads are less likely to die of heart disease than men who’ve never had kids, a study out Monday found, raising new questions about a possible biological link between male infertility and overall health.

Other recent studies have found a connection between testicular and prostate cancer and infertility.

In the new study, the largest ever to look at fertility and mortality, researchers analyzed a decade’s worth of data about 135,000 male AARP members.

At the beginning of the decade, none of the men had ever been diagnosed with heart disease or stroke, and all of them were either married or had been married. More than nine out of 10 of the men, whose average age was around 63 at the beginning, had fathered children.

Lead author Dr. Michael Eisenberg, an assistant professor at Stanford University, may be a urologist, but he’s concerned about his patients’ other body parts, too.

His specialty, Eisenberg says, is “sort of the first line for male infertility.” And considering that approximately a third of the male human genome is involved in reproduction, it’s not surprising that Eisenberg and other researchers suspect infertility might be a tip off to an increased risk of other health problems in men.

Eisenberg and his coauthors used the number of children men had as a stand-in for whether they were infertile. While some of these men may have remained childless by choice, the researcher says that's not usually the case. They cite a nationwide survey of childless married U.S. men of reproductive age that found three out of four wanted kids.

During the decade covered by Eisenberg’s study, about 10 percent of the men died, and about one in five of the deaths were blamed on heart disease.

In a paper posted online in Human Reproduction, the authors report that, after accounting for sociodemographic factors such as education and heart disease risk factors such as diabetes and body-mass index, childless men were 17 percent more likely to have died of heart disease during the decade than the men who were fathers.

“A lot of times when we see men for infertility, they’re very young,” Eisenberg says. “A lot of these men are totally healthy. It’s sort of eye-opening to hear there could be something else going on.”

That something else could be impaired testicular function, thought to be a risk factor for heart disease, the researchers write. Testosterone deficiency in infertile men shouldn’t be confused with the widely publicized recent finding that fertile men’s testosterone levels normally drop when they become dads, Eisenberg and his coauthors say.

The researchers didn’t have information about their subjects’ testosterone levels or whether they lived with their children.

“There may be more than just a biologic reason” for the childless men’s higher risk of dying of heart disease, Eisenberg says. After all, other studies have shown men who live alone tend to die sooner than men who don’t, he says, and maybe having kids spurs men to take better care of themselves.

Eisenberg is now analyzing cardiovascular disease in a database of men who’ve undergone semen analysis, usually one of the first tests performed to check for infertility.

Reprints

Discussion comments

Tuesday, September 27, 2011

Perceraian Jadi Penyebab Kedua Kerontokan Rambut Wanita


foto: ThinkstockJakarta, Selain genetik, faktor lain yang mempengaruhi kerontokan atau penipisan rambut pada perempuan adalah status pernikahan. Perempuan yang bercerai umumnya memiliki tingkat stres yang lebih tinggi sehingga rambutnya lebih mudah rontok.

Bahkan menurut penelitian, peceraian menempati urutan kedua setelah genetika sebagai faktor pemicu utama kerontokan rambut pada perempuan. Bukan hanya perempuan yang bercerai, perempuan yang menjanda karena ditinggal mati suaminya juga lebih rentan mengalami rontok.

"Kemungkinan terbesarnya adalah, perceraian atau kehilangan pasangan akan meningkatkan stres pada perempuan sehingga memicu penipisan rambut," ungkap Dr Bahman Guyuron dari Case Western Reserve School of Medicine seperti dikutip dari Healthday, Kamis (22/9/2011).

Penipisan atau kerontokan rambut akibat perceraian biasanya berupa midline hairloss, atau penipisan rambut di kepala bagian tengah. Uniknya, faktor kegagalan pernikahan terhadap kerontokan rambut tidak terlalu kelihatan pada partisipan laki-laki.

Dalam penelitian yang dilakukan Dr Guyuron bersama rekan-rekannya ini, partisipan yang dilibatkan terdiri dari 84 pasangan kembar identik. Pasangan kembar memiliki faktor genetik yang mirip sehingga faktor-faktor lainnya bisa dibandingkan dengan lebih akurat.

Faktor lain yang juga mempengaruhi kerontokan rambut pada perempuan adalah konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok. Semakin dini mengenal rokok dan semakin banyak menenggak alkohol, risiko kerontokan rambut yang dihadapi seorang perempuan akan semakin besar.

Namun dalam temuan ini juga terungkap, konsumsi alkohol dalam dosis kecil justru bisa mengurangi risiko penipisan atau kerontokan rambut. Selama porsinya tidak berlebihan, alkohol bisa membantu relaksasi untuk meredakan stres sehingga rambut tidak mudah rontok.


up/ir) detikhealth.com

Humor Bisa Tenangkan Pasien Demensia


foto: ThinkstockJakarta, Humor mampu mengurangi perilaku gelisah pada pasien demensia (pikun) sebanyak 20 persen. Perilaku gelisah tersebut seperti berkeliaran, berteriak dan mengulang-ulang perilaku. Sayangnya perawat pasien demensia sering melupakan pengaruh humor ini untuk terapi pasiennya.

Banyak sudah penelitian yang menunjukkan pengaruh positif tertawa bagi kesehatan. Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan tertawa dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari New South Wales di Australia menunjukkan bahwa humor mampu mengurangi perilaku gelisah pada pasien demensia sebanyak 20 persen.

Sebanyak 400 penghuni rumah jompo yang sebagian besar mengalami demensia berpartisipasi dalam penelitian ini. Para peneliti melihat efek humor yang diberikan terapis humor bernama Jean-Paul Bell pada 200 orang penghuni rumah jompo.

Sang terapis humor ini kadang berperan sebagai dokter badut di rumah sakit anak. Tapi untuk percobaan kali ini, ia berpakaian seperti petugas lift biasa.

Mr. Bell tersenyum-senyum sambil mengobrol dengan sosok imajiner menggunakan seperangkat telepon tua dan melambaikan tongkat ajaib sambil bertanya kepada para penghuni tentang apa yang mereka inginkan.

Di beberapa panti jompo, terapis humor kadang berperan sebagai badut tua pada lelucon, cerita, musik dan sulap untuk membantu merangsang memori dan fungsi kognitif.

Contohnya, seorang badut tua bertanya seseorang pasien demensia untuk menceritakan atau memberikan beberapa saran mengenai kehidupan. Badut juga dapat bertindak bodoh atau dengan sengaja memberikan instruksi salah sehingga para penghuni panti jompo dapat memberitahu kepada badut apa yang harus dia lakukan.

"Ada bukti yang menunjukkan bahwa penderita demensia masih bisa memahami humor dan jumlah yang sama seperti orang normal, tetapi mereka menemukan kelucuan yang berbeda," kata peneliti Dr Lee-Fay Low dari University of New South Wales seperti dikutip dari Huffington Post, Kamis (22/9/2011).

Menurutnya, beberapa panti jompo sangat fokus pada tugas-tugas seperti memandikan, memberi makan, dan membersihkan. Dan terkadang lupa akan kebutuhan emosional para penghuninya.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal BMC Complementary and Alternative Medicine tahun lalu, seorang peneliti dari Jepang menyelidiki mengapa tertawa dapat digunakan sebagai terapi alternatif bagi penderita demensia.

Ia menulis bahwa tertawa dianggap bermanfaat bagi kesehatan manusia untuk waktu yang lama. Beberapa manfaat terawa antara lain meningkatkan respons kekebalan tubuh, fungsi hormon dan toleransi terhadap sakit.

Namun, peneliti mencatat bahwa humor harus dikelola dan disajikan dengan tepat, karena pasien demensia bisa menjadi marah jika lelucon itu dianggap menghina.


ir/ir) detikhealth.com

Makanan yang Perlu Dihindari Saat Sedang Stres


(Foto: thinkstock)Jakarta, Saat stres, cemas atau depresi kadang orang melampiaskannya pada makanan, tapi sebaiknya jangan asal pilih makanan, karena bisa jadi makanan tersebut justru memperburuk kondisi yang ada.

Makanan tertentu seperti cokelat atau es krim diketahui bisa mengurangi stres. Tapi ada pula makanan yang justru bisa memperburuk stres sehingga harus dihindari.

Untuk itu ketahui makanan yang bisa membuat atau memperburuk stres, cemas dan depresi, seperti dikutip dari thedailymind.com, Kamis (22/9/2011) yaitu:

1. Kopi
Hubungan ini biasanya datang dari gula dan kafein yang ada di kopi. Umumnya setelah minum kopi orang akan menjadi lebih waspada tanpa mengetahui terlebih dahulu apa penyebab dirinya stres, sehingga jika efek tersebut hilang maka perasaan stres atau ceams akan datang lagi dan mungkin bisa lebih buruk.

2. Daging
Dulu banyak orang Timur yang berpikir, depresi setelah makan daging dikarenakan adanya rasa bersalah dalam diri karena telah membunuh binatang. Tapi para ilmuwan moderen bisa menjelaskan alasan yang lebih ilmiah. Konsumsi daging bisa menyebabkan kerusakan pada kadar insulin serta beberapa sistem lainnya di dalam tubuh.

3. Alkohol
Alkohol bisa mengubah zat kimia di otak yang membuat seseorang menjadi lebih depresi dalam jangka waktu panjang. Kondisi ini membuat seseorang minum lebih banyak dari yang seharusnya karena sulit baginya untuk merasa lebih baik.

Serta yang menyedihkan adalah buat orang yang sebenarnya hanya sedikit stres atau depresi, justru akan menjadi lebih tertekan dibanding sebelumnya setelah mengonsumsi alkohol.

4. Makanan cepat saji
Studi terkini yang dimuat dalam The British Journal of Psychiatry menyebutkan bahwa makan junk food atau cepat saji akan membuat seseorang depresi atau memperburuk kondisinya dibanding dengan orang yang menghindari makanan tersebut.

Hal terbaik yang bisa dilakukan saat sedang stres adalah mengonsumsi buah-buahan, sayuran, susu dan bahan-bahan alami lainnya yang bisa membuat seseorang menjadi lebih baik, serta hindari makanan yang diproses dan penuh lemak, garam.


ver/ir) detikhealth.com

Anak Kelabang Masuk Telinga Lewat Gagang Telepon


(Foto: thinkstock)Shanghai, Seorang perempuan di China mendapat pelajaran berharga soal kebersihan, khususnya untuk merawat pesawat telepon. Gara-gara jarang dibersihkan, seekor kelabang bersembunyi di gagang telepon dan masuk telinga saat menerima panggilan.

Anak kelabang berukuran 5 cm itu masuk ke telinga Zhu, perimpuan 24 tahun asal Distrik Yangpu di Shanghai saat sedang menerima panggilan telepon dengan telinga kiri. Peristiwanya berlangsung sekitar awal bulan September ini dan sempat membuat panik karena terjadi di sore hari.

Zhu yang saat itu masih berada di kantor baru menyadari ada binatang masuk telinga ketika merasa ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalamnya. Lama kelamaaan gerakan itu membuat telinganya gatal dan sakit, lalu Zhu mulai histeris sambil menangis.

"Cacing, cacing," kata rekan-rekan sekantor Zhu saat menirukan teriakan perempuan muda tersebut, seperti dikutip dari Shanghaidaily, Kamis (22/9/2011).

Begitu menyadari ada binatang di telinga Zhu, rekan-rekan sekantornya langsung membawa perempuan itu ke rumah sakit. Zhu segera mendapat penanganan di Unit Gawat Darurat Shanghai Hospital yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kejadian.

Dokter yang bertugas langsung melakukan pemeriksaan dan ikut terkejut ketika melihat sendiri binatang apa yang ada di telinga Zhu. Bintang yang semula dikira cacing itu rupanya seekor anak kelabang, yang ukurannya diperkirakan baru mencapai 5 cm.

Peralatan untuk mengeluarkan anak kelabang itu segera disiapkan, termasuk tang khusus untuk menjangkau lubang telinga Zhu yang sempit itu. Untungnya dokter tak harus menggunakan tang, sebab ketika dikorek dengan pinset si anak kelabang merangkak keluar dengan sendirinya.

Zhu cukup beruntung karena selama berada di dalam telinga, anak kelabang itu tidak menyebabkan kerusakan serius. Namun dokter berpesan, benda apapun yang masuk telinga harus segera ditangai oleh dokter karena bisa menyebabkan kerusakan pada sistem pendengaran.


up/ir) detikhealth.com

Asam Salisilat, Penawar Berbagai Masalah Kulit


(Foto: thinkstock)Jakarta, Deskripsi

Asam salisilat digunakan untuk mengobati gangguan kulit seperti psoriasis, jerawat, ketombe, dermatitis, seboroik pada kulit dan kulit kepala, kapalan, dan kutil plantar.

Kemasan
Produk ini tersedia dalam bentuk Sabun, Lotion, Cair, Busa, Salep, Gel atau Jelly, Larutan, Krim, Koyo, Shampoo

Dosis
Bentuk sediaan krim:
Untuk kapalan:
Dewasa dan anak: Gunakan krim 2 sampai 10% sesuai kebutuhan. Gunakan krim 25 sampai 60% satu kali setiap tiga sampai lima hari.

Bentuk sediaan gel:
Untuk jerawat: Dewasa dan anak: Gunakan waktu satu ,5-5% gel sehari.
Untuk psoriasis: Dewasa dan anak: Gunakan gel 5% satu kali sehari.
Untuk kutil umum: Dewasa dan anak-Gunakan waktu satu 5 sampai 26% gel sehari.

Bentuk sediaan lotion:
Untuk jerawat: Dewasa dan anak: Gunakan lotion 1 sampai 2% 1-3 kali sehari.
Untuk ketombe dan dermatitis antiseborrhic kulit kepala: Dewasa dan anak: Gunakan lotion 1,8-2% pada kulit kepala satu atau dua kali sehari.

Bentuk sediaan salep:
Untuk jerawat: Dewasa dan anak: Gunakan salep 3 sampai 6% sesuai kebutuhan.
Untuk psoriasis dan seboroik kulit: Dewasa dan anak: Gunakan salep 3 sampai 10% sesuai kebutuhan.
Untuk kutil biasa: Dewasa dan anak: Gunakan salep 3 sampai 10% sesuai kebutuhan. Gunakan salep% 25 sampai 60 satu kali setiap tiga sampai lima hari.

Bentuk sediaan koyo:
Untuk jerawat: Dewasa dan anak: Gunakan 1-3 kali sehari.

Bentuk sediaan plester:
Untuk kapalan, kutil umum, atau kutil plantar: Dewasa dan anak: Gunakan satu kali sehari atau satu kali setiap hari.

Bentuk sediaan shampo:
Untuk ketombe atau dermatitis seboroik pada kulit kepala: Dewasa dan anak-Gunakan pada kulit kepala satu atau dua kali seminggu.

Bentuk sediaan sabun:
Untuk jerawat: Dewasa dan anak: Gunakan seperlunya.

Bentuk sediaan larutan:
Untuk jerawat: Dewasa dan anak-anak: Gunakan larutan topikal 0,5 sampai 2% 1-3 kali sehari.
Untuk kutil biasa dan kutil plantar: Dewasa dan anak-anak: Gunakan larutan topikal 5 sampai 27% satu atau dua kali sehari.
Untuk kapalan: Dewasa dan anak-anak: Gunakan larutan topikal 12-27% satu atau dua kali sehari.

Efek Samping

Iritasi kulit Rasa menyengat
Sumber: MayoClinic


ir/ir) detikhealth.com

Hoarse teachers find talking is an occupational hazard

By the end of her first day of school this month, Theresa Simon’s voice was already starting to go.

“You can hear a little bit of rasp,” said the 48-year-old teacher at Cecelia Snyder Middle School in Bensalem, Pa.

But the frog in her throat now is nothing compared to what Simon used to suffer every fall when she was among scores of teachers who find themselves going hoarse after heading back to the classroom.

“Probably by the middle of the week, by the end of the week, I would lose my voice, just from usage,” said Simon, a 23-year veteran who teaches seventh- and eighth-graders. “The acoustics in the classrooms are not that good and when you’ve got a class of 30 kids, you’ve got to reach the ones in the back.”

Simon’s story is nothing new to voice and speech experts, who say they see an influx of scratchy-voiced teachers seeking help every autumn. Teachers make up about 16 percent of the 37 million people in the United States who are dubbed "occupational voice users," which includes air traffic controllers, emergency dispatchers and telephone customer service representatives, said Eric J. Hunter, deputy executive director of the National Center for Voice and Speech.

On average, teachers are more than twice as likely as non-teachers to have voice problems and about three times more likely to see a doctor about the issue, he added.

“It’s in the first three weeks of school,” said Hunter, an associate adjunct professor in the departments of bioengineering and surgery at the University of Utah.

“What’s hard with teachers is that as their voice starts to go, the primary tool of their trade isn’t effective.”

The problem is especially acute in female teachers, who use their voices about 10 percent more than males when teaching, and about 7 percent more when not teaching, Hunter found. Women have smaller larynxes, or voice boxes, and their vocal cords vibrate more quickly. That, along with other physical factors, may contribute to the strain, Hunter said.

But sheer demand is also a factor, especially for teachers of younger kids, said Dr. Joseph Spiegel, co-director of the Voice and Swallowing Center at Thomas Jefferson University Hospital in Philadelphia.

“The younger the children, the more they’re having to use their voices for crowd control,” said Spiegel, who says teachers make up about 20 percent of his clients in the fall.

That was certainly true for Lauren Roberts, 30, a teacher at Chews Elementary School in Blackwood, N.J., who transferred from small special education classes to large fourth-grade classes. Soon after, she found herself nearly speechless by the end of every work week, with a raspy voice, sore throat and aching neck muscles.

“I’m not a yeller,” said Roberts, who just started her ninth year of teaching. “But when you talk in front of a larger group, you have to project your voice a lot more.”

For Roberts and Simon, the solution turned out to be surgery, performed by Spiegel, to remove nodules and polyps they’d developed on their vocal cords. They also had to learn new ways to pamper their voices. Simon says she used a portable microphone to boost her volume and now makes sure to warm up her voice in the shower before heading to class.

Roberts says her voice is much better now, post surgery, but she makes sure to monitor it carefully â€" and to warn her colleagues about this occupational hazard.

“Whenever there’s a teacher with a raspy voice or who has a sore throat, I always say, remember what happened to me,” she said. “Without my voice, I couldn’t do my job.”

Reprints

Discussion comments

Dunia Menanti Lahirnya Bayi Ke-7 Miliar di Bulan Oktober


(Foto: thinkstock)Jakarta, Populasi penduduk dunia saat ini telah mencapai 6,77 miliar dan pada 31 Oktober 2011 jumlah penduduk dunia akan tembus angka 7 miliar. Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengingatkan bahwa bulan depan bayi ke 7 milyar penduduk dunia akan lahir.

Sekjen PBB Bank Ki-moon menyinggung lahirnya bayi ke-7 miliar ini dalam Sidang Umum PBB-66 yang tengah berlangsung di New York seperti dilaporkan Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, yang tengah mengikuti Sidang Majelis Umum PBB itu seperti dalam emailnya yang diterima detikHealth, Kamis (22/9/2011).

Menurut Prof Tjandra, dalam menyambut jumlah penduduk 7 miliar pada bulan depan, ada 5 hal penting yang telah menjadi pembahasan PBB pada Sidang Majelis Umum PBB ke-66 di di gedung PBB New York, antara lain:
Pembangunan berkelanjutan Pencegahan (Prevention) Membangun dunia yang lebih aman Dukungan negara dalam transisi Pentingnya peran perempuan.
Jumlah penduduk dunia yang mencapai 7 miliar di bulan Oktober 2011 ini jumlahnya lebih banyak 1 miliar dibandingkan 12 sampai 13 tahun lalu. Artinya, setiap 13 tahun penduduk dunia bertambah 1 miliar orang. Padahal dulu perlu waktu 130 tahun untuk tambah 1 miliar penduduk dunia.

Dari jumlah 7 miliar orang di dunia, Indonesia adalah negara penyumbang pertambahan penduduk kelima terbesar di dunia. Sedangkan negara yang jumlah penduduknya besar belum tentu menjadi penyumbang terbanyak.

Meski saat ini China memiliki populasi terbanyak penduduk dunia (1,34 miliar), namun untuk pertambahan penduduknya China kalah jauh dari India. Indonesia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Amerika justru pertambahan penduduknya melebihi Amerika.

Secara keseluruhan, negara yang menjadi penyumbang terbanyak terhadap jumlah penduduk dunia, yaitu:
India (18 juta per tahun) China (11 juta per tahun) Nigeria Pakistan Indonesia (3,5-4 juta per tahun)
Lantas apa yang terjadi bisa populasi penduduk dunia tembus 7 miliar?

Ada 7 isu pokok yang harus dihadapi dari jumlah 7 miliar penduduk dunia, yaitu:

1. Kemiskinan dan ketidaksetaraan
Mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan juga dapat memperlambat pertumbuhan penduduk.

2. Perempuan dan anak perempuan
Membebaskan kemampuan perempuan dan anak perempuan akan mempercepat kemajuan di segala bidang.

3. Generasi muda
Dengan keterbukaan terhadap teknologi baru, proporsi penduduk muda yang besar dan saling berhubungan sedang melakukan transformasi politik dan budaya.

4. Kesehatan dan hak reproduksi
Memastikan bahwa setiap anak diinginkan dan setiap persalinan aman sehingga akan mengarah pada keluarga yang lebih kecil dan kuat.

5. Lingkungan: bumi sehat, umat manusia sehat
Sebanyak 7 miliar manusia dan mereka yang akan ada setelahnya bergantung pada kesehatan bumi kita.

6. Penuaan penduduk
Fertilitas yang lebih rendah dan usia hidup yang lebih panjang menambah tantangan baru di seluruh dunia.

7. Urbanisasi
Sebanyak 2 miliar orang lagi akan hidup di kota, sehingga membutuhkan rencana untuk mereka.

Jumlah kelahiran dunia per hari

Jumlah kelahiran di dunia lebih banyak dibanding dengan jumlah kematian.

Dengan 19 kelahiran per 1.000 populasi, diperkirakan ada sekitar 360.000 kelahiran per hari terjadi di dunia. Dan dengan 8 kematian per 1.000 populasi, berarti ada sekitar 151.600 orang yang meninggal setiap hari di seluruh dunia, seperti dikutip wholesomewords.org.



mer/ir) detikhealth.com

Monday, September 26, 2011

Jumlah Penduduk Indonesia Bisa Susul China


(Foto: thinkstock)Yogyakarta, Pada tahun 2010 China memiliki jumlah penduduk 1,34 miliar jiwa dengan pertambahan penduduk baru 73 juta dalam waktu 10 tahun. Sedangkan Indonesia penduduknya sebanyak 238 juta jiwa dengan penambahan jumlah penduduk 31 juta dalam kurun waktu sama.

Melihat pesatnya pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang jika berdasarkan rasio lebih tinggi dari China maka menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr Sugiri Syarief MPA, apabila dibiarkan begitu saja Indonesia akan menyusul China dalam jumlah penduduk.

Setiap tahunnya ada 3,5-4 juta tambahan penduduk baru di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertambahan jumlah penduduk terbesar kelima setelah India (18 juta), China (11 juta), Nigeria, Pakistan yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertambahan jumlah penduduk dunia.

"Permasalahan kependudukan di Indonesia bukan hanya berkaitan dengan masalah kuantitas saja, namun juga dari aspek kualitas, persebaran dan mobilitas, administrasi kependudukan dan lainnya," kata Sugiri dalam sambutan pembukaan 'Konsolidasi Service Center Pengelolaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana' di Hotel Saphir Yogyakarta, Rabu malam (21/9/2011).

Sayangnya penambahan jumlah penduduk di Indonesia ini tidak diikuti dengan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. Terbukti dari masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih berada pada urutan 108 dari 188 negara di dunia.

"Dari segi kualitas, jujur kita harus menyadari bahwa kualitas hidup penduduk Indonesia masih relatif rendah, baik dari kualitas kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Salah satu indikator yang bisa menjadi acuan adalah masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih berada pada urutan 108 dari 188 negara di dunia," ujar Sugiri.

Sugiri menyoroti masalah persebaran persebaran penduduk dan mobilitas penduduk. Menurutnya, dijumpai ketimpangan persebaran penduduk yang tidak merata, konsentrasi penduduk masih banyak di Pulau Jawa dan Madura maupun di kota-kota besar di Pulau lainnya.

Hal ini berimplikasi pada kemampuan tampung dan daya dukung lingkungan, yang pada gilirannya dapat derajat hidup dan permasalahan lingkungan hidup bagi penduduk.

"Urbanisasi adalah suatu keniscayaan, maka permasalahan urbanisasi akan menjadi salah satu upaya BKKBN juga agar persebaran penduduk tidak hanya bertumpu di Pulau Jawa," tegasnya.

Menyoroti usia harapan hidup, Dr. Sugiri mengaku salut dengan kota Yogyakarta yang penduduknya punya masa hidup cukup yang panjang.

"Usia harapan Yogyakarta masih tertinggi se Indonesia, yaitu sekitar 68 tahun untuk pria dan sekitar 75 tahun untuk wanita. Padahal kita sendiri juga tahu bahwa Yogyakarta sempat diguncang dua kali bencana alam yang dahsyat beberapa waktu lalu. Maka jika Anda ingin hidup lama, tinggallah di Yogyakarta," selorohnya.
ir/ir) detikhealth.com

Menghilangkan Tanda Lahir dengan 'Tanduk Setan'


George (dok: Dailymail)London, George Ashman (5 tahun) lahir dengan memiliki tanda lahir hemangioma yang berwarna merah terang dan ada benjolan pembuluh darah lembut yang abnormal. Untuk menghilangkan tanda lahir berwarna merah itu, dokter sampai harus menanam dua 'tanduk' di dahinya yang terlihat seperti tanduk setan.

Dokter harus menanamkan (implan) 2 jaringan ekspander di bawah kulit yang tujuannya melebarkan kulit di dahi secara bertahap. Setelah kulit dahinya melebar dengan bantuan dua 'tanduk' itu maka dokter bisa mengambil kelebihan kulit di atas tanda merah itu.

Setelah itu dokter tinggal menyambungkan kulit di kiri dan kanan dahi setelah tanduknya dilepas, sehingga dahi si bocah menjadi normal tanpa ada lagi bekas tanda lahir berwarna merah yang semula sangat mengganggu.

George menerima implan tanduk di kedua sisi kepalanya itu selama 4 bulan. Sang ibu, Karen, memang berniat mengoperasi tanda lahir di dahi anaknya karena khawatir anaknya akan di bullying seumur hidupnya gara-gara tanda lahir itu.

Untuk melakukan operasi penghilangan tanda lahir itu, George yang lahir tahun 2006, direkomendasikan ke Great Ormond Street Hospital di London pada tahun 2009 untuk mulai menjalani prosedur menghapus pertumbuhan tanda lahir tersebut.





Jalan yang dilakukan dokter adalah menyisipkan 2 buah benda yang bisa digelembungkan di bawah garis rambut di kedua sisi dahinya. Implan yang dimasukkan ini berfungsi untuk meregangkan kulit yang normal di dahinya saat usianya 4 tahun.

"Ketika pertama kali melihat implan itu saya hanya terdiam, ukurannya lebih besar dari yang saya bayangkan dan tepat di kedua sisi kepala, sehingga wajah bayi saya yang lucu terlihat seperti ada tanduk setannya," ujar Karen, sang ibu yang tinggal di Radstock, Somerset Inggris seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (22/9/2011).

Selama 4 bulan implan tersebut tertanam dan secara bertahap kulitnya bertambah lebar dengan adanya cairan tubuh alami. Bentangan kulit yang menjadi lebar itu akhirnya bisa diambil di bagian tanda lahirnya sehingga hilang tanda lahirnya.

Karena bentuknya yang seperti tanduk, George pun sempat menjadi sasaran ejekan kejam dari orang yang lewat. Anak-anak sekolah yang melihatnya saat jalan akan tertawa dan menunjuk-nunjuk wajahnya, bahkan ada juga yang menjerit jijik saat melihat wajah George.

"Saya menangis dan sangat emosional karena reaksi orang lain terhadap George, saya merasa semua orang seperti ingin menjauhi kami," ujar Karen yang sudah bercerai dengan sang suami, Lee.

Tapi pada April 2011, George sudah melakukan prosedur untuk menghapus tanda lahir dan implan yang ada. Kini George memiliki kulit baru tanpa cacat di dahinya karena hanya meninggalkan sedikit luka kecil. Ia pun kini bisa mulai sekolah tanpa ada lagi ejekan-ejekan dari teman-temannya.

"Saya bangga George memiliki kekuatan sehingga bisa melalui semua hal itu, dia masih anak kecil tapi ia tidak membiatkan kondisinya dulu menghalangi kegiatannya. Saya akan selalu mencintainya," ujar Karen.



ver/ir) detikhealth.com

Cara Mengempeskan Perut Buncit yang Cocok Buat Remaja


(Foto: thinkstock)Jakarta, Perut buncit karena lemak dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit berbahaya sudah banyak ditemukan pada remaja. Namun di usianya yang masih muda, remaja sebaiknya tidak melakukan diet yang ketat. Ada beberapa cara yang asyik untuk mengempeskan perut buncit pada remaja.

Cara terbaik untuk menghilangkan lemak perut adalah dengan mengurangi asupan kalori dan memperbanyak aktivitas fisik, serta olahraga teratur dapat cukup efektif, terutama bagi remaja yang secara genetik cenderung untuk obesitas. Berolahraga selama 60 menit setiap hari dapat mengimbangi kecenderungan genetik untuk obesitas pada remaja.

Berikut beberapa cara asyik untuk mengempeskan perut bagi remaja, seperti dilansir Mayoclinic, Rabu (21/9/2011):

1. Menari
Seseorang yang punya berat 72 kg diperkirakan dapat membakar kalori sebanyak 219 selama satu jam menari. Menari dapat menjadi cara yang bagus untuk bertemu orang dan beberapa sekolah juga menjadikan menari sebagai kegiatan yang rutin. Ini bisa menjadi cara yang asyik untuk menurunkan berat badan dan mengempeskan perut buncit pada remaja.

2. Bersepeda dan berjalan kaki
Orang dengan berat badan 72 kg juga bisa membakar 183 kalori dengan 1 jam berjalan kaki atau membakar 292 kalori dengan bersepeda selama 1 jam.

Bersepeda atau berjalan kaki ke sekolah atau ke rumah teman dapat menjadi lebih menarik ketimbang harus naik bus atau mobil. Selain itu, cara seperti itu lebih sehat untuk menurunkan berat badan atau mengempeskan perut yang buncit pada remaja.

3. Kurangi waktu menonton TV
Menurut FamilyEducation.com, metabolisme remaja melambat secara signifikan bila mereka menghabiskan waktu berlama-lama di depan televisi. Bahkan, metabolisme akan lebih cepat ketika Anda beristirahat ketimbang menonton televisi.

Dengan rata-rata remaja menghabiskan 30 jam seminggu menonton televisi, itu merupakan waktu yang banyak untuk membuat metabolisme menjadi lambat, yang berarti membuat risiko obesitas semakin besar.

Jadi, jika Anda tidak punya energi untuk keluar dan olahraga, tidur siang atau hanya duduk sambil berpikir bukan menonton TV dapat membantu Anda menurunkan berat badan.

4. Makan sehat
MayoClinic merekomendasikan mengonsumsi kurang dari 75 kalori makanan manis, 3-5 porsi lemak, 3-7 porsi protein dan susu, 4-8 porsi karbohidrat, minimal 3 porsi buah-buahan dan minimal 4 porsi sayuran setiap hari. Hindari makanan cepat saji dan temukan cara baru dan menarik untuk memasak makanan yang lebih memuaskan untuk menghindari makan berlebihan.mer/ir) detikhealth.com

Jalan Kaki 6 Jam di Jalanan Berasap Berisiko Sakit Jantung


foto: ThinkstockJakarta, Risiko serangan jantung bisa meningkat karena menghirup udara yang tidak bersih. Bahkan tidak perlu waktu terlalu lama, 6 jam menghirup udara jalanan yang tingkat polusinya cukup tinggi sudah bisa meningkatkan risikonya hingga 5 persen.

Polusi udara bahkan dalam taraf menengah pun dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung. Kesimpulan ini diperoleh dari analisis hampir 80.000 kasus serangan jantung terkait dengan tingkat polusi. Di Inggris, polusi udara saat ini diperkirakan mengurangi harapan hidup setiap orang rata-rata tujuh hingga delapan bulan. Polusi tersebut nampaknya mempengaruhi jantung dan paru-paru.

Krishnan Bhaskaran, ahli epidemiologi dari London School of Hygiene dan Tropical Medicine dibantu rekan-rekannya menemukan bahwa peningkatan polusi udara berkaitan dengan peningkatan serangan jantung hingga enam jam setelah terkena paparan. Namun setelah enam jam, tidak ada peningkatan risiko. Resiko serangan jantung kemudian menurun ke tingkat yang lebih rendah.

Para peneliti meninjau 79.288 kasus serangan jantung yang terjadi pada tahun 2003 hingga 2006 dan serta paparan polusi selama beberapa jam. Mereka menggunakan arsip UK National Air Quality untuk menyelidiki kadar polutan tertentu dalam atmosfer, meliputi partikel polutan (PM10), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2) dan ozon. Tingginya kadar partikel kecil beracun PM10 dan NO2 terkenal sebagai penanda polusi lalu lintas dari asap knalpot kendaraan.

Dalam artikel yang dimuat Dailymail (21/9/2011), Dr. Bhaskaran juga memperkirakan ada penambahan lima persen risiko serangan jantung akibat perubahan polusi udara dari tingkat rendah ​​menjadi tingkat menengah pada paparan selama enam jam. Peningkatan risiko juga dapat terjadi ketika terjadi perubahan dari tingkat polusi tinggi menjadi sangat tinggi, namun sangat jarang.

"Dari banyak penelitian, kami tahu bahwa tingkat kematian besar ketika tingkat polusi tinggi. Tetapi apakah serangan jantung sangat berpengaruh terhadap masalah ini, masih belum jelas. Meskipun kami menemukan peningkatan risiko serangan jantung dalam jangka pendek, yaitu beberapa jam setelah puncak polusi udara, risiko kecil itu memiliki dampak pada jumlah keseluruhan serangan jantung" ia menambahkan.

Profesor Jeremy Pearson, direktur medis British Heart Foundation yang mensponsori penelitian mengatakan, "Ini adalah penelitian berskala besar yang secara meyakinkan menunjukkan bahwa risiko terkena serangan jantung naik selama enam jam setelah menghirup asap knalpot kendaraan dalam jumlah yang tinggi."

"Polusi memiliki efek besar pada kesehatan jantung karena dapat mengentalkan darah sehingga membuatnya lebih mudah untuk membeku. Hal itu berisiko tinggi memicu serangan jantung. Saran kami kepada pasien tetap sama, jika pasien telah didiagnosa memiliki penyakit jantung, cobalah untuk menghindari beraktifitas lama di daerah yang tingkat polusinya tinggi," tutur Profesor Pearson.


ir/ir) detikhealth.com

Bagaimana Iklan Bisa Mempengaruhi Otak?


(Foto: thinkstock)Jakarta, Coba perhatikan, berapa banyak Anda tergoda untuk membeli sesuatu setelah melihat iklan. Jika dilihat lebih dalam lagi, terkadang seseorang membeli barang-barang yang sebenarnya sudah ia miliki atau tidak terlalu ia butuhkan.

Ketika ada iklan TV plasma, orang-orang banyak membelinya padahal mereka masih memilki TV di rumah yang masih berfungsi. Begitu juga dengan handphone dan kendaraan bermotor.

Begitulah efek dari iklan. Iklan merayu calon pembeli dalam dua cara.
Ada iklan yang sesuai kenyataan atau disebut juga 'persuasi logis' contohnya mobil ini dapat menempuh jarak 20 km per liter. Ada juga iklan yang melemahkan kewaspadaan atau disebut 'pengaruh non-rasional' contohnya seorang wanita cantik kemudian datang dan mengitari mobil.
Neuromaketing merupakan disiplin ilmu yang mempelajari respons pikiran konsumen terhadap rangsangan pemasaran. Meskipun demikian, dampak iklan pada fungsi otak seperti yang dipelajari dalam neuromarketing masih belum jelas.

Namun saat ini, para peneliti di University of California, Los Angeles dan George Washington University telah menunjukkan bahwa beberapa jenis iklan mampu membangkitkan aktivitas otak pada berbagai tingkat, tergantung penggunaan tipe iklannya persuasi logis atau pengaruh non-rasional.

Penelitian yang dimuat dalam Journal of Neuroscience, Psychology, and Economics ini menemukan bahwa daerah otak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pengolahan emosional menjadi lebih aktif ketika individu melihat iklan yang menggunakan teknik persuasi logis daripada melihat iklan yang menggunakan teknik pengaruh non-rasional. Daerah otak ini menghambat individu untuk merespons rangsangan tertentu.

"Aktivitas otak berada pada tingkat rendah ketika melihat iklan yang menggunakan gambar pengaruh non-rasional. Hal itu kurang menghambat perilaku seseorang dalam merespons rangsangan tertentu. Artinya, kemampuan seseorang untuk menahan diri berkurang ketika akan membeli produk yang digambarkan dalam iklan dengan teknik pengaruh non-rasional," tutur Dr. Ian Cook, profesor psikiatri di Semel Institute for Neuroscience and Human Behavior di UCLA.

Dr. Cook dan rekan-rekannya memperlihatkan gambar-gambar iklan kepada 24 orang dewasa sehat yang terdiri dari 11 orang perempuan dan 13 orang laki-laki sambil dicatat aktivitas listrik di otaknya dengan menggunakan electroencephalography (EEG). Setiap peserta diperlihatkan 24 iklan yang dimuat di majalah dan surat kabar.

Iklan dengan gambar persuasi logis antara lain; tabel fakta dan angka-angka tentang produk rokok, rincian bagaimana menggunakan sikat gigi yang baik, dan saran memilih makanan anjing berdasarkan tingkat aktivitasnya.

Sedangkan sampel iklan dengan teknik pengaruh non rasional contohnya; gambar cipratan air pada iklan minuman, gambar seorang wanita cantik berdiri memakai celana jeans pada iklan jeans, dan gambar seorang perempuan melompat di atas hidran air yang menyemprotkan air sementara seorang pria menyeringai di belakangnya pada iklan rokok.

Kesimpulannya

Peneliti menemukan bahwa gambar persuasi logis (data atau tabel) secara signifikan berkaitan dengan tingginya aktivitas daerah otak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pengolahan emosional, yaitu bagian cingulate orbitofrontal dan anterior, amygdala dan hippocampus. Aktivitas otak bagian ini yang meningkat akan membuat orang tertarik pada iklan tersebut.

Temuan yang dilansir dari Eurekalert, Rabu (21/9/2011) ini memperkuat hipotesis bahwa pilihan pembelian barang dan jasa dapat dibentuk oleh banyak faktor, termasuk penyajian iklan secara logis, informasi persuasif dan penggunaan gambar atau tulisan yang dapat mengubah perilaku tanpa memerlukan kesadaran atas sebuah pesan yang ingin disampaikan

"Hasil menunjukkan bahwa ketika menanggapi rangsangan non rasional, aktifitas di daerah otak menurun sehingga menghambat respon terhadap rangsang. Temuan ini mendukung dugaan bahwa beberapa pengiklan ingin merayu konsumen, bukan membujuk konsumen untuk membeli produknya," tutup Dr. Cook.



ir/ir) detikhealth.com

Woman fights to control her addiction to food

Iris Williams’ uncontrollable eating began when she was a little girl. Food -- the stuff we need to fuel our bodies to live -- became her drug, and she struggled with it daily for decades.

“Sugar junkie. I will claim sugar junkie,” Williams told TODAY. “I couldn't stop at one piece of cake. It would be three pieces of cake.”

She reached 130 pounds at age 9. Her weight hit 333 by her 42nd birthday. “I was using it to medicate,” she said. “I was using it not to deal with life.”

But Williams, a married mom with a 5-year-old son, has begun gaining control over her eating. In 2009, she had gastric bypass surgery and has lost 130 pounds. Today, she feels great.

“I feel alive,” she told TODAY. “When I was at my heaviest, I did feel dead. I will fight against that and I know I won't pass that mentality onto my son.”

With two-thirds of Americans overweight or obese, is it a lack of willpower, or could food be as addictive as drugs?

Some people claim they are addicted to food and seek help through groups like Food Addicts in Recovery Anonymous. While food addiction is not a clinical diagnosis, some scientists say there’s evidence the hold food can have over us can be as strong as narcotics, alcohol or nicotine.

Refined and processed foods like ice cream and potato chips are the most potentially addictive, experts say.

Finding self worth
Williams, who grew up eating fried foods and sweets, says that while surgery was a tool that helped her, she also made changes from within.

“It’s not even like I woke up and knew I was an addict,” she told TODAY's Ann Curry. “You just lived a certain way. But I have to be conscious because my son is watching me.

“I just think finding self worth ... I’m worth it to take the extra step to live conscious and not just put everything in my mouth,” she explained.  

NBC News’ chief medical editor, Dr. Nancy Snyderman, appeared alongside Williams on TODAY to discuss her own family’s struggles with overeating and weight. She noted that her sister recently lost 50 pounds, and that she herself used to be "much, much heavier."

“I would have to look at certain foods and say ‘I think they’re poison,’” Snyderman said on TODAY. “And once I labeled them as poison, and I thought of them like rat poison, I wouldn’t eat them.”

Snyderman and Williams both talked about the need to find value within themselves as they struggled with food issues.

“It really comes down to this inner self-worth and it is complicated stuff,” Snyderman said. “I think therapy helps a lot of us.”

The science around food and addiction is still evolving.

Neuroscientist Dana Small, of the John B. Pierce Laboratory and Yale University, fed small amounts of a milkshake to obese, overweight and slender volunteers and found that the heavier subjects had different responses in their brain’s reward centers than the other volunteers.

“One of the hallmarks of addiction is brain change,” Small told TODAY, adding that genetics also play a role.

In a separate study, brain scans of thin people who looked at pictures of high-calorie foods showed increased activity in a region of the brain used for impulse control , but obese people showed little activity in the area, meaning they had less ability to control their food cravings, according to recent research from Yale and the University of Southern California.

Snyderman noted that the issue is unsettled.

“There is a part where you expect the human body to say ‘I have the willpower to push myself away from the table,’” she told Curry. “But on the other hand, there is real science to show that the circuitry of the brain gets rewarded by what we put in our mouth. So whether it’s a pill or a drug or a food, it all has an impact on your brain.”

Lisa A. Flam is a news and lifestyles reporter in New York

Reprints

Discussion comments

Sunday, September 25, 2011

Bayi Baru Bisa Bedakan Wajah Manusia & Monyet di Usia 6 Bulan


(Foto: thinkstock)Jakarta, Bayi yang baru lahir tidak dapat melihat dengan jelas, bahkan hampir buta. Baru pada usia 4 minggu mata bayi mulai belajar mendeteksi di satu lokasi dengan cara berkedip. Karena matanya belum bisa jelas membedakan obyek, baru pada usia 6 bulan bayi mulai belajar membedakan wajah manusia dan monyet.

Sejak lahir, bayi biasanya tertarik pada wajah yang ditemuinya. Bayi cenderung melihat semua hal dalam bentuk bulat yang memiliki 2 mata dan 1 mulut di tempat yang tepat.

Tapi bayi belum dapat melihat dengan jelas, sehingga hanya dapat melihat dengan samar-samar. Baru ketika sudah memasuki usia 4-5 bulan, preferensi bayi lebih nyata, dan bayi telah mulai untuk memproses wajah berbeda dari objek lain.

Seperti dikutip dari CNNHealth, Rabu (21/9/2011), sensor terbaik dari sistem penglihatan bayi adalah sensor gerak. Sensor gerak pada sistem penglihatan bayi, merupakan sensor yang berkembang lebih awal.

Pada usia 4 minggu, bayi dapat mendeteksi stimulus berkedip dalam satu lokasi hampir sebaik orang dewasa. Lalu sekitar usia 7 minggu, bayi dapat membedakan arah gerakan dan perkembangan semakin cepat ketika usia 20 minggu.

Penglihatan gerak bayi yang dilihatnya seperti tetesan air hujan melalui kaca depan mobil yang bergerak, akan meningkat pesat antara usia 3-5 bulan dan kemudian terus berkembang perlahan-lahan hingga melalui tengah masa kanak-kanak.

Saat bayi usia 4-5 bulan, ia mulai belajar pematangan area wajah fusiform, sebuah daerah di korteks temporal khusus untuk pengolahan wajah. Hal ini memungkinkan spesialisasi otak orang dewasa biasa dapat mengalahkan program terbaik di dunia komputer dalam mendeteksi perbedaan halus antara wajah.

Area wajah fusiform mulai diaktifkan oleh wajah-wajah yang sudah sering dijumpai bayi saat memasuki usia 2 bulan. Pengalaman visual mempengaruhi perkembangan wajah yang dimulai pada masa bayi.

Ketika usia 6 bulan bayi mulai membedakan antara monyet dan manusia meskipun masih belum jelas. Baru ketika bayi sudah berusia 9 bulan, akan menjadi lebih baik dalam mengidentifikasi orang dan kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah monyet.

Selama periode ini, bayi juga menjadi lebih baik dalam membedakan wajah-wajah dalam kelompok ras sendiri daripada dalam kelompok-kelompok ras lain. Hal tersebut mungkin disebabkan karena sebagian besar bayi memiliki lebih banyak pengalaman visual dengan kelompok ras mereka sendiri dibandingkan ras yang lain. Proses ini mungkin melibatkan proses menyempurnakan koneksi sinaptik oleh pengalaman untuk menyempurnakan persepsi dengan karakteristik lingkungan setempat.

Pengalaman penglihatan bayi ini dalam pengolahan gerak adalah yang paling rentan mengalami gangguan. Aspek pengolahan gerak dapat terganggu dalam beberapa gangguan perkembangan, termasuk disleksia, autisme, fragile-X syndrome, dan sindrom Williams.

Anak-anak yang mengalami masalah penglihatan seperti katarak sejak lahir akan memiliki perkembangan yang berbeda dibandingkan dengan bayi normal. Kondisi tersebut menyebabkan sistem penglihatan bayi tidak dapat berkembang seperti kondisi normal. Bahkan hingga usia 9 bulan, bayi yang terlahir dengan katarak belum dapat melihat seperti bayi normal lainnya.

Dengan pengalaman visual yang dialami bayi, dapat menunjang perkembangan ketajaman penglihatan bayi yang kian meningkat. Tetapi pada usia 3-8 bulan pertama bayi memiliki ketajaman penglihatan kira-kira 3 kali lebih buruk dibandingkan bayi pada usia 5 tahun yang normal.

Persepsi gerak global dipengaruhi oleh katarak hanya dalam 3 bulan pertama kehidupan. Jadi perkembangan ketajaman penglihatan bayi, akan tetap berjalan baik. Namun orang tua perlu berhati-hati untuk kasus-kasus yang luar biasa, yang biasanya memerlukan perhatian lebih lanjut.


ir/ir) detikhealth.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons