-
-

Saturday, December 24, 2011

Vaksin Ebola dari Tembakau Cukup Menjanjikan


(Foto: Thinkstock)Jakarta, Ebola adalah penyakit langka tetapi cukup menakutkan karena tidak dapat disembuhkan. Tapi kini peneliti telah membuat kemajuan menarik dalam rangka penemuan vaksin baru terhadap penyakit tersebut dengan menggunakan tanaman tembakau.

Ebola menular melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, dan telah membunuh beberapa ratus orang di setiap beberapa wabah pada pertengahan 1970-an.

Kemajuan penemuan vaksin tersebut dilakukan oleh eneliti Charles Arntzen, dari Institut Biodesign dari Arizona State University, dengan rekan-rekannya dari University of Arizona College of Medicine Phoenix, dan dari United States Army Medical Research Institute of Infectious Diseases, Fort Detrick, MD.

Hasil studi mereka telah diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Science. Penelitian tersebut memiliki pendekatan yang canggih, yaitu memanfaatkan tanaman tembakau.

Tanaman tersebut pada dasarnya memproduksi vaksin Ebola dari cetak biru DNA dalam hubungannya dengan bakteri khusus yang dikembangkan dan dimasukkan ke dalam daun tanaman.

Pendekatan tersebut secara radikal berbeda dari vaksin tradisional, seperti yang digunakan terhadap virus flu, yang umumnya ditanam dan dikultur dengan menggunakan sel-sel hewan, telur, atau jamur.

Salah satu kendala dalam penelitian tersebut adalah bahwa wabah Ebola jarang terjadi, sehingga sulit untuk mengetahui pola infeksi. Meskipun cukup langka, namun Ebola dapat berbahaya dan muncul dengan tak terduga. Itulah sebabnya Ebola menjadi penyakit yang mematikan, dan membuat segala jenis uji klinis agak sulit.

Ada beberapa kemungkinan yang menjanjikan dan ada beberapa hasil yang baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan pengujian pada hewan yang menunjukkan tingkat perlindungan yang diterima terhadap virus, namun pertimbangan praktis membuat hal tersebut sulit.

"Semua calon vaksin yang ada dimodifikasi secara genetik dengan virus hidup," kata Arntzen.

Masalah-masalah pengujian dan produksi lebih lanjut dapat diperparah, karena sifat berbahaya dari penyakit tersebut. Eksperimen harus dilakukan oleh peneliti yang sangat terampil dengan fasilitas yang sesuai syarat dan dijalankan oleh US Army Medical Research Institute di Maryland. Pengujian vaksin tersebut dilakukan pada tikus hidup.

Vaksin yang dibuat Arntzen adalah setidaknya setara dengan vaksin eksperimen lain yang berasal dari sumber hewan. Tingkat kelangsungan hidup mencapai 80 persen pada tikus yang disuntik dengan vaksin Ebola.

Selain itu, teknik budidayanya menggunakan tanaman tembakau tidak hanya berarti penghematan biaya yang besar dalam produksi, sebagian karena kemudahan pemurnian vaksin dari materi nabati daripada materi hewani. Tetapi juga karena produknya cukup potensial dan dapat disimpan dalam lemari pendingin. Kemudahan penyimpanan salah satu persyaratan yang paling penting dari vaksin.

Vaksin ini juga menggunakan adjuvan yang berbeda, yaitu aditif yang meningkatkan potensi vaksin. FDA biasanya menyetujui Alum (aluminium hidroksida), tetapi selama tes di Maryland, tingkat kelangsungan hidup tikus tidak menunjukkan peningkatan apapun. Sebaliknya, reseptor Toll-like (TLR) agonis disebut PIC diberikan dengan Ebola Kompleks imun (EIC).

EIC pada dasarnya adalah sebuah agregat yang diciptakan dengan menggabungkan protein permukaan utama, yang dikenal sebagai GP1 dari virus Ebola dengan antibodi monoklonal yang disesuaikan untuk mengikat GP1.

"Karena PIC agonis TLR bertindak untuk meniru sebuah reaksi peradangan, dan hal tersebut dapat memperkuat respon imun, tanpa menyebabkan kerusakan jaringan. Dalam imunologi, hal tersebut berarti mempunyai sesuatu yang jauh lebih mudah untuk dikenali oleh sistem kekebalan tubuh," kata Arntzen seperti dilansir dari MedicalNewsToday, Rabu (7/12/2011).

Ebola memiliki kelas virus yang disebut Filoviridae. Platform EIC mungkin menyediakan pembawa untuk menciptakan vaksin terhadap virus lainnya dalam kelas ini.

Protokol pemurnian langsung mungkin juga berguna dalam kasus patogen lain, termasuk hepatitis C atau demam berdarah, dimana ekstraksi dari glikoprotein sejauh ini telah sulit dilakukan. Penelitian tersebut telah mendorong terciptanya vaksin baru yang cukup menjanjikan.

ir/ir) detikhealth.com

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons