-
-

Friday, April 15, 2011

Uji Coba Obat Baru pada Binatang Makin Banyak Ditentang


(dok: researchsaves.org)Washington, Sebelum diujikan pada manusia, obat baru selalu melewati uji preklinis yang melibatkan binatang. Penggunaan binatang dalam uji coba baru selalu memicu kontroversi dan diperkirakan makin banyak yang menentang dengan alasan tidak etis.

Sebuah organisasi pendidikan, Foundation for Biomedical Research mengungkap dukungan terhadap penggunaan hewan uji makin berkurang dalam satu dekade terakhir. Dari perkiraan 70 persen pada tahun 1990-an, dukungan tersebut berkurang menjadi 54 persen pada tahun 2008.

Organisasi ini mengklaim, menurunnya dukungan terhadap penggunaan hewan uji dipicu oleh aktivitas berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) pemerhati hak-hak hewan. Di antaranya Animal Liberation Front, Animal Liberation Brigade dan UCLA Primate Freedom Project.

Berbagai LSM tersebut memang gencar menentang penggunaan hewan uji karena dinilai tidak menghargai kehidupan. Namun kenyataannya dari kalangan ilmuwan sendiri juga ada yang menentang, salah satunya Dr John Pippin dari Physicians' Committee for Responsible Medicine.

"Penggunaan hewan untuk menguji obat manusia adalah paradigma yang salah dan dipertahankan selama puluhan tahun. Dari sekian banyak obat yang terbukti manjur pada hewan, 90 persen gagal ketika diujikan pada manusia," ungkapnya seperti dikutip dari ABC News, Jumat (15/4/2011).

Dr Pippin  menyarankan, uji coba pada binatang sudah saatnya diganti dengan terobosan yang lebih mutakhir. Misalnya dengan stem cell, penelitian genetik serta epigenetik atau penelitian yang mengamati perubahan berbagai faktor genetik yang diwariskan.

Meski banyak yang menentang, kebanyakan ilmuwan menilai penggunaan hewan uji masih dibutuhkan. Melalui Foundation for Biomedical Research, ilmuwan-ilmuwan pendukung penggunaan hewan uji belakangan ini makin gencar membuat kampanye tandingan.

Organisasi yang berpusat di Washington DC ini bahkan menganggarkan lebih dari Rp 1 miliar untuk mendanai kampanye tersebut. Salah satunya melalui pemasangan billboard bergambar tikus dan anak kecil disertai tulisan "Who would you rather see live?"

Pesan ini seolah ingin menawarkan 2 pilihan yang dilematis. Mengorbankan hewan uji dalam penelitian memang tidak etis bagis sebagian kalangan, namun membiarkan manusia yang menjadi korban karena tidak ada obat baru yang ditemukan juga bukan pilihan terbaik.

Billboard tersebut telah dipasang di berbagai kota antara lain Los Angeles, Seattle, Portland, Chicago dan Baltimore. Kota-kota lain di Amerika Serikat yang memiliki pusat-pusat penelitian ilmiah juga akan dipasangi billboard serupa dalam waktu dekat.

Seorang ahli saraf dari University of California, Dr Dario L Ringach mengaku beberapa kali ingin ikut-ikutan menentang penggunaan hewan uji. Namun beberapa kali pula ia teringat, pengorbanan selalu dibutuhkan untuk manfaat lain yang lebih besar.

"Manusia yang dikorbankan akan lebih banyak jika tidak ada penelitian. Bisakah dibayangkan berapa banyak korban seandainya vaksin polio tidak pernah ditemukan?" ungka
(up/ir)

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons