-
-

Tuesday, April 26, 2011

Hati-hati, Banyak Suplemen Diklaim Sebagai Obat


foto: ThinkstockJakarta, Promosi yang berlebihan tentang suatu produk obat bisa memicu pemborosan. Apalagi jika yang dipromosikan dengan beragam khasiat itu sesungguhnya bukan obat, melainkan hanya suplemen makanan yang memang dikemas dalam bentuk seperti obat.

Larangan dalam mempromosikan produk suplemen adalah mengklaim bisa menyembuhkan atau mencegah suatu penyakit. Suplemen hanya bisa diklaim menyokong suatu fungsi atau struktur tubuh, misalnya Glukosamin membantu menjaga fungsi sendi.

Klaim yang berlebihan tanpa disertai bukti ilmiah hanya akan mendorong penggunaan yang tidak rasional. Sebab jika tidak memberikan efek seperti yang diharapkan, maka yang menjadi korban adalah pasien karena sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membelinya.

Beberapa jenis suplemen yang sering diklaim sebagai obat adalah sebagai berikut, seperti yang dipresentasikan oleh Prof Dr dr Rianto Setiabudy SpFK, farmakolog Universitas Indonesia dalam lokakarya "Sudah Tepatkah Obat Anda?" di Graha CIMB Niaga, Jl Sudirman, Kebayoran Baru, Selasa (26/4/2011).

1. Glukosamin
Di Amerika Serikat, glukosamin termasuk salah satu suplemen makanan yang terlaris. Bagaimana tidak, beberapa produsen mengklaim suplemen tersebut mampu mengurangi nyeri sendi yang merupakan keluhan paling umum pada penderita Osteoarthritis (OA).

Padahal tinjauan sistematik tahun 2005 terhadap 25 uji klinik yang melibatkan 4.963 pasien OA masih menunjukan hasil yang kontroversial. Beberapa merek memang bisa mengurangi nyeri, namun sebagian besar tidak lebih baik dibandingkan plasebo.

2. Metikobal
Suplemen ini disebut-sebut mampu mengatasi gagal jantung, penyakit gusi serta gangguan pada saraf perifer akibat komplikasi diabetes. Beberapa dokter meresepkan suplemen ini sebagai obat, seolah-olah sudah ada bukti ilmiah yang menjamin.

Meski relatif aman dan sudah disetujui penggunaannya oleh badan pengawas obat di Amerika Serikat atau FDA, khasiatnya sering tak sehebat klaim yang menyertainya. Beberapa orang dilaporkan justru mengalami reaksi alergi meski sifatnya ringan.

3. Ubiquinone
Beberapa pasien gagal jantung, sakit gusi serta diabetes menggunakan ubiquinon alias koenzim Q-10 untuk mengatasi penyakitnya. Padahal saat ini statusnya belum mendapatkan persetujuan dari FDA, sehingga belum ada yang menjamin keamanannya.

4. Bilberry
Klaim yang menyertai suplemen Bilberry (Vaccinium myrtillus) adalah mampu memperbaiki daya penglihatan dalam waktu semalam. Penggunaannya sebagai obat gagal pendapat persetujuan FDA karena tunjauan terhadap 30 uji klinik tidak memberikan bukti yang kuat terhadap klaim tersbeut.

5. Pirasetam
Beberapa dokter meresepkan pirasetam untuk mengatasi stroke akut dan berbagai gangguan saraf, sehingga dijuluki vitamin otak (nootropik). Padahal menurut penelitian di The Cochrane Database of Systemic Review, belum ada bukti yang meyakinkan bahwa pirasetam efektif mengatasi stroke iskemik akut.

FDA menggolongkan pirasetam sebagai suplemen makanan, sehingga tidak boleh diklaim sebagai obat meski relatif aman unt
(up/ir)

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons