-
-

Tuesday, April 19, 2011

Rumah Sakit Idealnya Harus Punya Data Kuman-kuman yang Bandel


foto: ThinkstockJakarta, Kuman-kuman super (superbug) lebih sering ditemukan di rumah sakit karena antibiotik lebih sering digunakan di tempat tersebut. Kuman-kuman ini sangat bandel karena sudah tidak mempan lagi dengan antibiotik. Sayangnya tidak semua rumah sakit melakukan upaya pencegahan dengan menyusun pola kuman-kuman yang bandel tersebut.

Salah satu kasus yang membuktikan bahwa superbug dimunculkan oleh rumah sakit adalah NDM-1, sejenis bakteri yang menginfeksi orang Inggris sepulang dari berobat di New Delhi, India. Bakteri tersebut kebal terhadap antibiotik yang ada sehingga dijuluki superbug.

Prof Iwan Dwiprahasto, farmakolog dari Universitas Gajah Mada mengatakan kuman-kuman seperti NDM-1 sangat mungkin bermunculan jika rumah sakit tidak memiliki pola kuman dan resistensi. Tanpa pola semacam itu, penggunaan antibiotik cenderung tidak rasional dan bisa-bisa tidak bermanfaat.

"Tanpa pola kuman, dokternya blind saat meresepkan antibiotik lalu berdasarkan pengalaman. Kalau gejalanya seperti ini, most likely kumannya ini," ungkan Prof Iwan dalam peresmian Indonesian Clinical Epidemology and Evidence Based Medicine (ICE-EBM) Network di Gedung Kementerian Kesehatan, Selasa (19/4/2011).

Jika pemberian antibiotik hanya didasarkan pengalaman, maka resistensi baru akan diketahui jika terjadi prolonged hospitalization atau rawat inap berkepanjangan. Setelah penyakitnya tidak sembuh-sembuh, baru antibiotiknya diganti dengan yang lebih kuat meski kadang-kadang sudah terlambat.

Idealnya menurut Prof Iwan, setiap rumah sakit memiliki pola kuman dan resistensi yang dievaluasi setiap jangka waktu tertentu misalnya 3 bulan sekali. Jika dalam 3-6 bulan ditemukan ada kuman yang resisten terhadap antibiotik tertentu, penggunaannya di rumah sakit tersebut harus dihentikan.

Namun kendala utama untuk menyusun pola semacam itu tak lain adalah sarana yang kurang memadahi di beberapa rumah sakit. Menurut Prof Iwan, sebagian besar rumah sakit tipe A dan B sudah punya laboratorium mikrobiologi untuk keperluan tersebut sedangkan rumah sakit tipe C belum banyak yang punya.

Prof Iwan menambahkan, upaya lain yang bisa dilakukan untuk mencegah resistensi kuman adalah dengan menghindari penggunaan third line antibiotik atau antibiotik lini ketiga untuk indikasi yang tidak perlu. Kadang-kadang, antibiotik yang sebenarnya untuk kondisi gawat darurat pada cedera serius dipakai juga untuk infeksi ringan sehingga rawan memicu resistensi kuman.

Apabila tidak dicegah, resistensi kuman terhadap antibiotik diperkirakan akan menjadi pandemi global dalam waktu dekat dan menciptakan kondisi seperti pada masa sebelum antibiotik ditemukan. Jenis kuman yang resisten makin banyak, sementara riset antibiotik sudah tidak pernah menghasilkan penemuan baru sejak sekita
(up/ir)

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons