-
-

Sunday, August 21, 2011

Jalan Kaki Selalu Lebih Lambat, Waspadai PPOK


foto: ThinkstockJakarta, Penyakit Paru Obstruksi Kronis atau PPOK seringkali sulit dibedakan dari asma, sehingga butuh pemeriksaan untuk memastikannya. Agar tidak terlambat, periksakan segera jika merasa selalu lebih lambat saat berjalan kaki dengan rekan sebaya.

Berbeda dengan asma, kerusakan paru-paru pada PPOK bersifat progresif atau terus memburuk jika tidak ditangani. Perkembangan penyakitnya relatif lambat, namun berlangsung terus menerus sehingga memicu kematian lebih awal dibandingkan pada kondisi normal.

Pakar kesehatan paru dari RS Persahabatan, Prof Dr Faisal Yoenoes, SpP(K) mengatakan salah satu ciri-ciri orang dengan gejala PPOK adalah cepat ngos-ngosan. Jika berjalan kaki bersama-sama dengan rekan seusia, kecepatannya selalu lebih lambat.

"Orang dengan PPOK akan lebih susah untuk beraktivitas seperti jalan, naik tangga atau berlari. Yang paling jelas ya jalan, kalau selalu lebih lambat kita bisa curiga itu PPOK," ungkap Prof Faisal usai diskusi Tingginya Angka Kematian Penyakit Tidak Menular di Indonesia di MRCCC Siloam, Semanggi, Senin (15/8/2011).

Perbedaan lainnya adalah soal pemicu, jika asma biasanya dipicu oleh hal-hal tertentu yang sudah diketahui maka PPOK pemicunya selalu tidak jelas. Sesak napas pada asma biasanya terjadi setelah makan makanan tertentu, atau berada dalam kondisi tertentu sementara PPOK tidak pernah jelas.

Pada penderita PPOK, sesak napas terjadi karena paru-parunya mengalami obstruksi atau kerusakan yang bersifat kronis. Ciri kerusakannya adalah paru-paru membesar, namun dari segi fungsi justru mengalami penurunan sehingga sulit memompa oksigen.

"Paru-parunya orang PPOK itu besar tapi 'bodoh'. Kalau normalnya kembang kempisnya itu cepat, pada PPOK mengembangnya lambar mengempisnya juga lambat sehingga cepat ngos-ngosan. Kalau naik tangga pasti harus berhenti ngumpulin napas," tambah Prof Faisal.

Pentingnya mendeteksi dini PPOK adalah karena penyakit ini sulit diobati dan bersifat progresif atau terus memburuk. Jika terlambat mendapat pengobatan, perkembangan penyakitnya makin cepat sehingga usia harapan hidupnya makin banyak berkurang.

Menurut Prof Faisal, pemicu utama PPOK adalah rokok baik pada perokok aktif maupun perokok pasif (2nd hand smoker). Pemicu lainnya adalah polusi selain rokok, termasuk asap kendaraan dan asap pembakaran di dapur misalnya pada ibu-ibu yang sering memasak dengan kayu bakar.

Meningkatnya jumlah perokok dan tingkat polusi di kota-kota besar diperkirakan akan membuat jumlah penderita PPOK juga mengalami peningkatan. Jika di tahun 1990 PPOK hanya menempati peringkat ke-6 penyebab kematian terbanyak di dunia, pada 2020 diperkirakan PPOK akan nauk ke peringkat ke-3.


up/ir) detikhealth.com

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons