-
-

Monday, August 22, 2011

Wabah Kolera Merenggut Nyawa Ratusan Pengungsi Somalia


(Foto: thinkstock)Mogadishu, Somalia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah kolera di Somalia sangat mengkhawatirkan. Ribuan pengungsi yang kelaparan yang tinggal kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak di Mogadishu satu per satu meninggal karena kolera.

Kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak itu menyebabkan kondisi sanitasi yang buruk. Kondisi sanitasi yang buruk tersebut akhirnya menyebabkan berbagai penularan penyakit.

Kondisi kamp-kamp pengungsian di Somalia masih sangat mengkhawatirkan, setelah terserang wabah campak, kini berlangsung penyebaran wabah kolera. Seperti dilansir The New York Times, Selasa (12/8/2011), epidemi kolera melanda seluruh Somalia.

Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio cholerae. Infeksi ini biasanya ringan atau tanpa gejala, tetapi juga terkadang parah.

Kurang lebih 1 dari 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki. Penderita kolera yang telah kehilangan cairan tubuh secara cepat dapat mengakibatkan dehidrasi dan syok. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.

Data WHO mencatat ada 181 orang meninggal akibat kasus kolera di rumah sakit di Mogadishu dan ada beberapa lainnya dikonfirmasikan telah terjadi wabah kolera di seluruh Somalia.

"Selama terjadi interaksi banyak orang di tempat ramai dan menggunakan air yang terkontaminasi, kita akan melihat peningkatan kasus," kata Tarik Jasarevic, juru bicara WHO.

Selama penyebab kolera masih ada, akan terus terjadi penularan penyakit tersebut. Kondisi para pengungsi Somalia yang kelaparan juga menyebabkan daya tahan tubuh yang rendah dan rentan tertular berbagai penyakit.

Kompleksitas masalah pada kamp-kamp pengungsian antara lain, keterbatasan tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan oleh pemerintahan transisi Somalia, yang hanya menguasai sedikit modal dan itu telah lepas kontrol saat itu karena banyak dari negara ini kekuasaannya jatuh di tangan kelompok militan Islam.

PBB dan kelompok bantuan swasta berjuang untuk merespons semua kebutuhan kamp-kamp pengungsian. Meskipun beberapa kemajuan telah dibuat dalam beberapa pekan terakhir, daerah Shabab masih dalam kondisi yang serba terbatas. Lebih dari 100.000 orang baru-baru ini melarikan diri dari daerah kelaparan dan menetap di kamp-kamp darurat di Mogadishu. Mogadishu telah menampung begitu banyak pengungsi, sehingga daerah tersebut akhirnya menjadi tempat berkembangnya penyakit campak, kolera dan penyakit lainnya.

Pemerintah Amerika memperkirakan bahwa sejauh ini setidaknya 29.000 anak Somalia telah tewas dari kelaparan. Masih banyak lagi kemungkinan bertambahnya korban meninggal apabila makanan yang cukup dan tenaga medis terlatih tidak dapat mencapai daerah tersebut dengan segera.

Bantuan bahan pangan saja tidak cukup, kondisi kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak menyebabkan kondisi sanitasi yang buruk. Kondisi sanitasi yang buruk akan memfasilitasi berbagai penularan penyakit, khususnya penyakit yang penyebarannya melalui kontak dengan penderita dan air kotor. Kolera menyebar melalui air kotor.

Seseorang dapat terkena kolera bila minum air atau makan makanan yang telah terkontaminasi bakteria kolera. Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi menjadi sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang memadai.

Pengobatan Kolera secara mudah dilakukan dengan jalan segera mengganti cairan tubuh dan garam yang hilang akibat diare. Pasien dapat diobati dengan diberikan larutan rehidrasi, yang terdiri dari campuran garam dan gula tertentu yang sudah dikemas, yang harus diminum dalam jumlah banyak. Larutan ini dipakai di seluruh dunia untuk mengobati diare.

Di dalam kasus yang parah, pengobatan dilakukan melalui penggantian cairan dengan jalan infus. Dengan cara rehidrasi yang benar, maka kurang dari 1% penderita kolera meninggal. Antibiotik dapat meringankan dan memperpendek masa sakit, tetapi ini tidak sepenting rehidrasi. Orang yang mengalami diare parah dan muntah-muntah harus segera mendapatkan perhatian medis.

Namun, kamp-kamp pengungsian Somalia kekurangan bahan obat-obatan untuk mengatasi wabah kolera yang terus menelan korban.


ir/ir) detikhealth.com

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons