Kasus Terus Berulang, Kelangkaan Stok Darah di Bulan Puasa

foto: ThinkstockJakarta, Seperti tahun-tahun sebelumnya, menipisnya stok darah di bulan puasa baik di Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit kembali jadi masalah. Meski PMI membantah ada kelangkaan donor, beberapa dokter di sejumlah rumah sakit mengeluh sulit mendapat stok darah.

Dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, dokter penyakit lambung dan pencernaan di RS Cipto Mangunkusumo. Dalam beberapa hari ke depan, Dr Ari memperkirakan stok darah akan semakin turun akibat kekurangan donor selama Ramadan.

"Hari ini saya mendapatkan lagi kasus pasien yang perlu transfusi darah tetapi belum mendapatkan darah karena stok darah PMI berkurang. Darah yang dibutuhkan saat ini antara lain Packed Red Cell (PRC), darah yang dibutuhkan untuk menaikkan hemoglobin," tulis Dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, dokter penyakit lambung dan pencernaan di RS Cipto Mangunkusumo dalam emailnya yang diterima detikHealth.

Penurunan hemoglobin atau disebut juga anemia menurutnya terjadi karena berbagai sebab, misalnya trauma, perdarahan pada saluran cerna dan perdarahan dalam kasus kebidanan. Sedangkan pada kasus yang dihadapi Dr Ari, kebanyakan terjadi karena perdarahan saluran cerna baik pada usus besar maupun usus kecil.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh dr Lia Partakusuma, SpPK dari RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Di rumah sakit yang telah memiliki Unit Transfusi Darah (UTD) sendiri tersebut, kelangkaan stok darah terjadi pada golongan darah A yang memang sulit dicari donornya.

"UTD PMI dan RS memang telah cukup banyak mendatangi tempat-tempat yang memungkinkan ada pihak sukarelawan yang berkenan menyumbangkan darahnya, seperti kantor-kantor, mall, mesjid, gereja dan lain-lain tetapi mungkin masih belum mencukupi jumlahnya dibandingkan dengan pasien yang membutuhkan," tulis dr Lia.

Pengurus Pusat PMI, dr Linda Lukitasari mengatakan jika dilihat dari jumlah donornya, kelangkaan stok darah yang terjadi tahun ini tidak terlalu signifikan. Terlebih sekitar 2 minggu sebelum puasa, pihaknya telah mengupayakan peningkatan stok darah.

Kalaupun selama puasa terjadi penurunan donor yang beragama muslim, penambahan donor yang non-muslim telah diupayakan. Kegiatan donor darah di komunitas-komunitas agama lain ditingkatkan selama puasa, sedangkan untuk yang muslim diimbau untuk mendonorkan darahnya setelah berbuka.

Meski demikian ia mengakui, kelangkaan memang terjadi untuk komponen darah tertentu seperti trombosit, yang memang hanya bisa disimpan paling lama 6 hari. Untuk Packed Red Cell (PRC) relatif tidak ada masalah, karena stok sebelum puasa masih bisa disimpan hingga 30 hari.

"Stok darah untuk golongan darah tertentu misalnya AB juga mengalami penurunan, namun secara keseluruhan stok darah di PMI hanya turun 10 persen dan saya kira itu masih dikategorikan normal," ungkap dr Linda saat berbincang dengan detikHealth melalui telepon, Kamis (18/8/2011).

Untuk donor darah selama puasa sendiri, dr Linda mengatakan bahwa fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak melarang umat muslim yang berpuasa untuk mendonorkan darahnya. Satu-satunya kendala biasanya karena saat berpuasa tubuh menjadi lemas, sehingga dianjurkan untuk menunggu waktu berbuka jika ingin menjadi donor.

Sedangkan untuk mengatasi kelangkaan donor selama puasa, pakar kanker dari RS Medistra Jakarta, Dr Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP mengusulkan agar rumah sakit tidak terlalu mengandalkan PMI. Donor darah bisa dilakukan sendiri dengan melibatkan keluarga pasien dan karyawan rumah sakit.

"Rumah sakit tempat saya praktik mengadakan donor darah dengan tema 'Donor Darah Diperbolehkan Selama Puasa.' Pengambilan darah dimulai saat buka puasa. Saya tidak tahu berapa yang terjaring, tapi sudah lebih dari 80 donor dan itu baru jam 19.00, rencananya waktu itu selesai jam 22.00," tulis dr A
(up/ir) detikhealth.com

-