-
-

Thursday, August 11, 2011

Politik Kantor Bisa Mengganggu Kesehatan Karyawan


(Foto: thinkstock)Jakarta, Intrik atau persaingan di tempat kerja atau yang biasa disebut politik kantor sesungguhnya bisa mempengaruhi kondisi kesehatan karyawan. Karyawan yang gagal beradaptasi atau mengatasi politik kantor punya risiko kematian yang lebih tinggi.

Penelitian yang dilakukan Profesor Sharon Toker dari Tel Aviv University, seperti dilansir NewYorkTimes, Minggu (7/8/2011), menemukan bahwa karyawan yang mendapat dukungan dari rekan-rekan kerja dan memiliki interaksi sosial yang positif di tempat kerja memiliki peluang hidup 20 tahun lebih lama.

Sebaliknya karyawan yang terpinggirkan, hanya mendapat sedikit dukungan dari rekan kerja dan tidak memiliki ikatan emosional di tempat kerjanya berisiko 2,4 kali lebih cepat untuk meninggal.

Untuk mempelajari bagaimana politik kantor mempengaruhi kesehatan karyawan, peneliti merekrut 820 karyawan yang mengunjungi klinik kesehatan setempat untuk pemeriksaan rutin di tahun 1988.

Partisipan ini kemudian diwawancarai tentang pekerjaannya. Pertanyaan rinci diajukan pada partisipan untuk menyelidiki apakah atasan dan rekan kerjanya akrab dan bisa membantu. Partisipan rata-rata berusia 25 hingga 65 tahun dan bekerja di berbagai bidang yang berbeda seperti keuangan, asuransi kesehatan, perawatan dan manufaktur. Partsipan yang diduga memiliki masalah kesehatan fisik atau mental, tidak diikutsertakan dalam penelitian sejak awal.

Selama 20 tahun, peneliti memantau kesehatan partisipan melalui catatan medis. Peneliti juga menganalisis faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi hasil penelitian namun masih mungkin dikendalikan seperti tekanan darah, obesitas, kebiasaan minum, merokok, kecemasan dan depresi.

Pada saat penelitian berakhir di tahun 2008, tercatat 53 karyawan yang berpartisipasi meninggal. Karyawan yang meninggal ini hampir semuanya mendapat dukungan yang rendah dari rekan-rekan dan lingkungan kerjanya.

Meskipun korelasi sebab-akibat sulit untuk disimpulkan, para peneliti menemukan beberapa temuan yang mengejutkan. Satu hal yang diperhatikan adalah bahwa risiko itu hanya dipengaruhi oleh hubungan karyawan dengan sesama rekan-rekan kerjanya bukan dengan atasan. Cara orang memandang hubungan dengan atasan ternyata tidak berpengaruh banyak pada kematian. Namun hubungan yang buruk antar sesama karyawan membuat kesehatan karyawan ikut memburuk.

Peneliti juga menemukan tingkat kontrol yang dirasakan seseorang di tempat kerja ikut mempengaruhi risiko kesehatannya. Namun efek tersebut berbeda pada pria dan wanita. Pria yang mendapat kebebasan atas tugas hariannya dan dapat melakukan lebih banyak inisiatif di tempat kerja, memiliki risiko kematian yang lebih rendah. Namun pada perempuan ternyata memiliki hasil yang berlawanan, dimana risiko kematian selama penelitian naik 70 persen.

Di era saat ini, di mana banyak orang berinteraksi hanya melalui komunikasi elektronik, Profesor Toker yakin bahwa perusahaan masih bisa mendorong tempat kerja menjadi lebih suportif untuk interaksi sosial dengan cara melakukan pertemuan tatap muka.

Salah satu caranya yaitu melakukan liburan rutin bersama para karyawan, menyediakan tempat minum kopi di sudut ruangan di mana orang dapat berbincang ketika istirahat dan membuat program yang memungkinkan pekerja untuk membahas mssalah-masalah pekerjan atau masalah kepercayaan.


ir/ir) detikhealth.com

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons