-
-

Saturday, September 24, 2011

Diabetes Gandakan Risiko Terkena Alzheimer


(Foto: thinkstock)Jakarta, Diabetes sudah lama dikenal mampu meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke pada usia dini. Tapi bukan hanya itu yang perlu dikhawatirkan. Diabetes juga secara signifikan meningkatkan risiko Alzheimer atau penyakit kehilangan memori yang sangat parah di kemudian hari.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology mengungkap hubungan tersebut. Peneliti menemukan bahwa penderita diabetes dua kali lebih besar berisiko mengidap penyakit Alzheimer dalam waktu 15 tahun.

Penderita diabetes juga 1,75 kali lebih lebih berisiko mengalami pikun atau demensia. Penelitian itu dilakukan terhadap lebih dari 1.000 pria dan wanita yang berusia di atas 60 tahun.

Para peneliti berpendapat, diabetes berkontribusi terhadap demensia (pikun) dalam beberapa cara. Resistensi insulin penyebab gula darah tinggi dan pemicu diabetes tipe 2 dapat mengganggu kemampuan tubuh memecah protein yang membentuk plak otak yang berhubungan dengan Alzheimer.

Tingginya gula darah (glukosa) juga menghasilkan oksigen dengan kandungan molekul tertentu yang dapat merusak sel-sel atau dikenal juga sebagai proses stres oksidatif.

Selain itu, tingginya gula darah dan kolesterol pada penderita diabetes menyebabakan pengerasan serta penyempitan pembuluh darah di otak. Kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis ini dapat menyebabkan demensia vaskular, yaitu demensia yang terjadi karena penyumbatan arteri (termasuk stroke) membunuh jaringan otak.

"Kadar glukosa yang tinggi memicu tekanan terhadap sistem saraf dan pembuluh darah. Beberapa informasi berkaitan penyakit Alzheimer dan kadar glukosa ini menunjukkan kepada kita bahwa kita perlu tetap mewaspadai kadar gula darah saat kita bertambah tua," kata David Geldmacher, MD, profesor neurologi di University of Alabama di Birmingham seperti dilansir dari CNN, Selasa (20/9/2011).

Penelitian yang dipimpin oleh Yutaka Kiyohara MD, peneliti kedokteran lingkungan dari Kyushu University di Fukuoka ini menggunakan standar emas diagnosis diabetes, yaitu tes toleransi glukosa oral.

Caranya adalah memberikan seseorang minuman gula setelah berpuasa setidaknya selama 12 jam. Kadar glukosa dalam darah mereka kemudian diukur dua jam kemudian.

Pada awal penelitian, tes menunjukkan bahwa 15% dari peserta memiliki diabetes, sedangkan 23% memiliki kondisi pradiabetes yang juga dikenal sebagai gangguan toleransi glukosa.

Para peserta tidak mengalami demensia sama sekali ketika tes dilakukan. Namun 15 tahun kemudian, 23% peserta mendapat diagnosis demensia. Hanya setengah dari kasus demensia tersebut yang dianggap sebagai penyakit Alzheimer.

Sedangkan sisanya adalah gabungan antara demensia vaskuler dan demensia karena penyebab lain. Diagnosis dikonfirmasi dengan scan otak pasien yang amsih hidup dan otopsi otak pada pasien yang sudah meninggal.


ir/ir) detikhealth.com

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons