foto: ThinkstockDallas, Umumnya orang akan marah jika ada suara musik yang diputar terlalu kencang, atau alarm mobil yang meraung-raung tanpa sebab yang jelas di tempat parkir. Namun bagi penderita misophonia, suara orang mengunyah juga bisa memicu amarah.
Secara harfiah, misophonia mengandung makna kebencian terhadap suara. Dalam medis, kebencian tersebut lebih spesifik pada suara-suara lembut dan berulang yang sering dijumpai sehari-hari seperti suara orang mengunyah, air menetes di kamar mandi maupun orang sedang berdeham.
Kebencian atau lebih tepatnya sensitivitas berlebihan tersebut biasanya dapat memunculkan amarah atau minimal rasa geregetan terhadap sumber suara. Karena itu, istilah lain dari gangguan ini adalah Selective Sound Sensitivity Syndrome (4S) atau hyperacusis.
Umumnya, gangguan ini mulai muncul pada beberapa orang saat usianya menjelang remaja atau sekitar 10 tahun. Seiring bertambahnya usia, sensitivitas bisa makin memburuk dalam arti makin mudah terpancing amarahnya dan pemicunya juga semakin beragam.
Meski beragam, suara-suara keras dan berisik justru tidak memicu stres dan bangkitnya amarah pada penderita misophonia. Penderita justru tidak terganggu oleh suara musik yang terlalu kencang, suara mobil yang lalu lalang di jalanan maupun jeritan anak-anak yang sedang bermain.
Seorang penderita misophonia di Amerika Serikat, Adah Siganoff contohnya, hanya terganggu pada suara orang mengunyah makanan yang tentunya sangat pelan. Celakanya, suaminya sendiri punya kebiasaan buruk yakni tidak bisa makan tanpa menimbulkan suara berdecak di mulutnya.
"Setiap kali amarah saya memuncak, saya harus mulai bicara pada diri saya sendiri untuk tetap tenang," ungkap Siganoff yang akhirnya memilih berada di ruangan terpisah setiap kali makan, seperti dikutip dari Huffingtonpost, Senin (12/8/2011).
Sementara itu, ahli saraf dari University of Kansas di Dallas mengatakan tidak ada obat untuk menyembuhkan misophonia. Menurutnya, permasalahan pada gangguan ini tidak terletak pada pendengaran melainkan pada aktivitas otak saat merespons suara.
Satu-satunya cara untuk mencegah amarah pada penderita adalah dengan menghindari suara pemicunya, misalnya dengan menyingkir atau mengenakan earplug (penutup telinga). Terapi kejiwaan seperti cognitive behavior therapy dan hipnotherapy juga bisa membantu meredakan amarah.
up/ir) detikhealth.com
-
Thursday, September 15, 2011
Suara Orang Mengunyah Bisa Picu Amarah Penderita Misophonia
-
0 komentar:
Post a Comment