dr Pandu (Foto: detikHealth)Selama 35 tahun lebih aktif menjadi psikiater atau dokter ahli kesehatan jiwa, dr. G. Pandu Setiawan, SpKJ paham betul bagaimana rasanya bergelut dengan pasien gangguan jiwa. Berpraktik di Rumah Sakit Jiwa membuat dr Pandu sering dicium bahkan dilempar oleh pasiennya sendiri.
Menghadapi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) setiap hari menuntut dr. G. Pandu Setiawan, SpKJ harus memiliki kesabaran yang ekstra. Namun dr Pandu mengaku tetap dengan sabar melayani dan tidak pernah marah.
"Saya pernah dilempar pasien, kalau dicium sering. Dilempar pakai balpoin sampai berdarah, waktu itu saya lagi praktik. Kacamatanya pas saya lepas dan balpoin saya taruh. Kan kadang-kadang pasien impulsif, ketawa-ketawa terus balpoin diambil dilempar. It's oke. Itu risiko. Risiko orang yang kerja di RSJ," tutur dr. G. Pandu Setiawan, SpKJ, psikiater yang kini menjabat sebagai Ketua Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa Indonesia (Jejak Jiwa), seperti ditulis detikHealth, Senin (12/9/2011).
Memiliki wajah tampan dan selalu ramah pada setiap pasien membuat dr Pandu juga sering diciumi pasien wanitanya. "Kalau dicium 100 persen sama cewek-lah. Ha ha ha..," tutur dr Pandu seraya tertawa.
Meski sering dicium bahkan dilempari pasien, dr Pandu tetap mencintai profesinya sebagai dokter bagi orang dengan gangguan jiwa. Baginya, pasien-pasien di RSJ adalah mitra kerjanya.
dr Pandu menuturkan RSJ tidaklah menyeramkan seperti yang dipikirkan banyak orang. Pasien di RSJ sangat senang bila diajak mengobrol, karena kebanyakan pasien sudah jarang dijenguk oleh keluarganya.
"Pasien kalau diajak ngomong, luar biasa senangnya. Apapun yang kita omongkan, misalnya wis sarapan, itu dia senang sekali. Apalagi kalau kita ngomong lebih banyak. Pernah Pak Taufik Kiemas (saat istrinya Megawati masih menjabat sebagai Presiden) berkunjung ke RSJ Lawang. Saya berpesan dia harus masuk ruangan dan ngobrol sama pasien. Terus ada pasien nepuk perutnya, 'Wah Pak Taufik perutnya gendut, makan enak terus,' Pak Taufik ketawa terus. Jadi berbeda dengan asumsi banyak orang, RSJ tidak menyeramkan. Makin sering kita datangi, makin senang dia, karena jarang ditengok dia. Ditengok pun jarang bawa pisang, karena ya itu, nggak ada yang jualan di depan RSJ," jelas dr Pandu.
Bahkan, setelah 40 tahun menjadi dokter dan 35 tahun lebih menjadi psikiater (dokter ahli kesehatan jiwa), dr Pandu mengaku banyak belajar dari pasien dan keluarganya.
Ia banyak belajar dari pasien dan keluarganya yang susah payah mengumpulkan uang. Menurut dr Pandu, pasien dan keluarganya mengajarkan banyak tentang ketahanan, tentang menerima, ketabahan dan kesabaran.
Sejak awal, psikiatri memang bidang yang dipilih dengan sadar oleh dr Pandu. Jarangnya jumlah psikiater dan banyaknya pasien gangguan jiwa yang membutuhkan bantuan, membuat dr Pandu dengan suka rela mendalami bidang ini.
"Dari awal ini pilihan sadar, saya bukan terdampar di kesehatan jiwa. Dulu saya disuruh milih mau jadi spesialis anak atau psikiatri, saya pilih psikiatri. Ada rekan-rekan yang memang terdampar, tapi saya tidak terdampar. Karena psikiater kurang sekali dan saya salah satu psikiater yang pertama kali dikirim ke luar Jawa dan mau," jelas dr Pandu.
Menurutnya, dulu banyak psikiater yang tidak mau ditempatkan di luar Jawa. Tapi pada tahun 1975 ia malah berangkat ke Aceh selama 5 bulan kemudian ke Banjarmasin selama 8 tahun.
"Waktu itu saya jadi psikiater satu-satunya di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Kok orang takut sih keluar Jawa, enak kok ke luar Jawa itu. Pertama statusnya psikiater, pasien saya banyak. Pengalaman saya luar biasa," lanjut mantan Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI.
Orang yang membuat dr Pandu tertarik dengan bidang psikiatri adalah dosennya saat kuliah di Universitas Indonesia. Menurutnya, psikiatri atau kesehatan jiwa tidak hanya dengan berorientasi dengan orang yang mengalami gangguan jiwa yang berat.
"Dia (sang dosen) bicara tentang masa depan. Lingkup kesehatan jiwa itu seperti apa sih. Betapa trennya akan meningkat. Yang masuk RSJ kan hanya orang yang beruntung, yang tidak mampu di jalanan kan banyak sekali," jelasnya.
Jumlah psikiater yang ada di Indonesia saat ini hanya sekitar 600 orang dengan kebutuhan 8000 orang. Kurangnya jumlah psikiater ini menurut dr Pandu karena psikiater kurang bisa 'menjual' bidangnya.
"Kemampuan kita untuk menjual ide kesehatan jiwa itu sangat menentukan untuk menarik orang. Psikiater itu kurang bisa menjual. Psikiater itu kadang mukanya cemberut. Jadi orang mau mendekat saja sudah wegah. Psikiatri bukan hanya soalnya orang sakit skizofrenia saja, kita main di hulu banyak yang bisa kita lakukan, main dihilir yang paling ujung banyak juga yang bisa kita lakukan. Jadi bukan cuma soalnya obat, injeksi sama orang ngamuk. Saya malah sudah sukses menjerumuskan 8 dokter Puskesmas di Kalimantan Selatan masuk perangkap saya supaya ambil psikiatri. Sebagian sekarang ke Depkes jadi direktur, ada yang di BPOM dan BNN. Kadang kita guyonan, wah ini korban penjerumusan dr Pandu nih, tapi jerumus enak kan," jelasnya.
Meski sudah pensiun sebagai Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, dr Pandu kini tetap aktif dalam berbagai organisasi dan tetap melayani pasien yang ingin berkonsultasi.
"Kalau ditanya sekarang saya praktik dimana, saya pasti menjawab praktik di Starbucks. Ya wong kalau ketemu pasiennya disitu. Yang penting kan tempatnya nyaman dan enak buat ngobrol. Pasien itu kalau diajak ketemu di rumah sakit malah bawaanya takut, malah nggak bisa konsultasi," jelas dr Pandu.
BIODATA
Nama
dr G Pandu Setiawan, SpKJ
Tempat dan Tanggal Lahir
Yogyakarta, 28 Desember 1946
Status perkawinan
Menikah dengan Ingrid Cynthiani dengan dikarunia 4 orang anak dan 3 cucu.
Hobi
Berorganisasi, olahraga basket, tenis, jogging, bermain teater dan bernyanyi.
Pendidikan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1971)
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (Psikiatri) UI (1976)
Pekerjaan
Dewan Penasihat Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI)
CSR untuk Pabrik Nikel
Sekretaris World Association for Psychosocial Rehabilitation untuk Indonesia
Ketua Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa Indonesia (Jejak Jiwa)
Ketua Dewan Direksi Asosiasi Psikogeriatri Indonesia
mer/ir) detikhealth.com
-
Thursday, September 15, 2011
dr Pandu, Psikiater yang Sering Dicium dan Dilempar Pasien RSJ
-
0 komentar:
Post a Comment