-
-

Wednesday, May 18, 2011

Banyak Obat Herbal Indonesia Dibuat dengan 'Tergesa-gesa'


foto: ThinkstockJakarta, Potensi pengembangan herbal asli Indonesia cukup besar, namun belum banyak yang bisa menggantikan obat kimia moderen. Salah satu kendalanya adalah banyak herbal yang dibuat dengan 'tergesa-gesa' sehingga tidak diminati para dokter.

"Tergesa-gesa artinya belum diketahui farmakologisnya, apalagi diuji klinis. Masih jarang dilakukan di Indonesia," ungkap peneliti herbal dari Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), Raymond R Tjandrawinata, PhD dalam peluncuran Vitafem Free Me di Hotel Sahid Jaya, Jl Sudirman, Rabu (18/5/2011).

Akibatnya herbal Indonesia banyak yang dikenal hanya sebagai jamu, bukan sebagai obat. Para dokter juga tidak mungkin serta merta menggunakannya sebagai pengganti obat kimia moderen sebelum ada uji klinis pada manusia untuk membuktikan khasiatnya.

Oleh karena itu Raymond menilai, kunci untuk mengembangkan herbal Indonesia agar lebih diterima di dunia medis adalah dengan menerapkan prinsip farmakologi moderen. Dengan prinsip ini, herbal tidak dipasarkan sebagai jamu melainkan sudah diidentifikasi dan diisolasi senyawa berkhasiatnya.

Salah satu metode yang duterapkan Raymond utnuk memenuhi prinsip farmakologi moderen adalah Tandem Chemistry Expression Bioassay System (TCEBS). Dengan cara ini, senyawa berkhasiat dalam suatu herbal diisolasi hingga diperoleh suatu zat yang disebut fraksi bioaktif.

Selain itu, uji klinis juga harus dilakukan sebagai syarat untuk bisa didaftarkan sebagai fitofarmaka yakni jamu-jamuan yang sudah terbukti khasiat dan keamanannya pada manusia. Namun tidak mudah untuk melakukannya karena biayanya tidak sedikit.

Raymond menambahkan, dukungan pemerintah terhadap industri farmasi sangat dibutuhkan untuk menunjang uji klinis terhadap obat-obat herbal. Ia menilai, selama ini pemerintah lebih memfokuskan dukungan untuk uji klinis yang dilakukan lembaga riset misalnya LIPI dan BPPT, padahal minat industri sebenarnya juga cukup besar.

"Caranya bisa dengan memfasilitasi agar hasil uji klinis yang dilakukan oleh industrial scientist seperti kami bisa menjadi produk yang dikonsumsi masyarakat. Tanpa hal itu, industri sulit menjalankan uji klinis," pungkas Raymond.
up/ir)

Redaksi: redaksi[at]detikhealth.com
Informasi pemasangan iklan
Ines - 7941177 ext.523
Elin - 7941177 ext.520
email : iklan@detikhealth.com

-

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons