(Foto: thinkstock)Jakarta, Pemerintah melalui kementerian kesehatan belum memprioritaskan skrining hipotiroid kongenital dalam subsidi jaminan kesehatan. Subsidi untuk masalah lain seperti jaminan persalinan gratis (Jampersal) dinilai lebih mendesak.
Hipotiroid kongenital merupakan gangguan pada bayi yang kelak bisa menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Jika dideteksi sejak dini dampaknya bisa dicegah, sayang fasilitasnya masih terbatas dan tidak gratis.
Laboratorium klinik di Indonesia yang bisa mendeteksi kekurangan hormon tiroik penyebab hipotiroid kongenital hingga saat ini baru tersedia di 2 tempat. Keduanya bisa ditemukan di RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Di daerah lain, beberapa rumah sakit dan laboratorium juga bisa melakukan skrining serupa namun lebih mahal dan belum secanggih 2 laboratorium rintisan kementerian kesehatan (kemenkes) tersebut. Rata-rata sekali periksa butuh biaya Rp 100-200 ribu.
Sementara dengan teknologi mass tandem, 2 laboratorium di RSHS dan RSCM bisa melakukan skrining dengan biaya lebih ekonomis yakni sekitar Rp 30 ribu saja. Meski tidak gratis, diharapkan masyarakat tetap bisa mengakses jika harganya lebih terjangkau.
"Kita belum akan mewajibkan skrining hipotiroid kongenital karena konsekuensinya sangat besar. Namun kita akan pacu masyarakat agar menganggap ini sebagai kebutuhan," ungkap Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes, Dr Budihardja, DTMH, MPH dalam seminar Skrining Bayi Baru Lahir untuk Cegah Keterbelakangan Mental di Hotel Twin Plaza, Jl S Parman Jakarta Pusat, Rabu (25/5/2011).
Dampak terburuk jika hipertiroid kongenital terlambat dideteksi bukan hanya anak berisiko tumbuh jadi cebol, tapi juga terhambat kecerdasnnya sehingga menjadi idiot. Makin cepat terdeteksi, makin besar peluangnya untuk tumbuh cerdas.
Menurut sebuah penelitian tahun 1996, peluang penderita hipotiroid kongenital untuk memiliki Intekegence Quotient (IQ) di atas 85 dipengaruhi usia saat gangguan itu terdeteksi. Selengkapnya adalah sebagai berikut.
1. Bila didiagnosis usia 0-3 bulan peluangnya 78 persen
2. Bila didiagnosis usia 3-6 bulan peluangnya 19 persen
3. Bila didiagnosis lebih dari usia 7 bulan peluangnya 0 (nol) persen.
Berdasarkan statistik, hipotiroid kongenital dialami oleh 1 di antara 3.000 bayi baru lahir. Jika tiap tahun ada sekitar 4,9 juta kelahiran di Indonesia maka diperkirakan penderitanya mencapai 1.600-an/tahun.
up/ir)
Redaksi: redaksi[at]detikhealth.com
Informasi pemasangan iklan
Ines - 7941177 ext.523
Elin - 7941177 ext.520
email : iklan@detikhealth.com
-
Wednesday, May 25, 2011
Skrining Anak Keterbelakangan Mental Belum Jadi Prioritas
-
0 komentar:
Post a Comment