(Foto: detikHealth)Jakarta, Tujuh anak perempuan berlenggak-lenggok di panggung dengan iringan musik Bali. Tidak sempurna memang, sesekali ada yang kehilangan irama. Tapi yang mengagumkan, ketujuh penari yang tampil di hadapan Wapres Boediono ini adalah penderita Down Syndrome.
Penampilan ketujuh penari yang dikoordinir oleh Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) ini merupakan bagian dari acara puncak peringatan Hari Anak Nasional yang digelar di Hall Rama Sinta, Ancol, Jakarta, Sabtu (23/7/2011). Acara tersebut dihadiri oleh Wapres Boediono beserta istri, dengan didampingi sejumlah menteri termasuk menteri kesehatan.
Meski disebut anak-anak Down Syndrome, sebenarnya para penari ini tidak semuanya berumur muda. Karena sebagian sudah berumur 30-an tahun, meski memang wajah dan perilakunya tetap polos dan canggung seperti anak-anak.
Bagi penderita Down Syndrome, menyelaraskan gerakan tari dengan irama musik bukanlah hal yang mudah. Kelainan genetik yang dialaminya, membuat pertumbuhan fisik dan mental mengalami gangguan, termasuk untuk mengkoordinasikan berbagai gerakan otot dengan pendengaran.
Di bawah dampingan ISDI, anak-anak Down Syndrome mendapat perhatian lebih agar keberadaannya tidak hanya menjadi beban bagi keluarga melainkan bisa ikut berprestasi. Dari 300-an anak dampingan ISDI, banyak yang sukses dan berprestasi di tingkat internasional.
Salah satu ajang internasional unjuk kebolehan bagi anak-anak Down Syndrome adalah special olympic, yakni olimpiade olahraga khusus untuk penderita Down Syndrome. Di ajang yang digelar tiap 4 tahun ini, ISDI sebagai wakil Indonesia selalu mengantongi sedikitnya 1 medali emas.
"Meski pertumbuhannya terganggu, hobi serta bakat anak-anak ini harus dibina," ungkap Aryanti R Yacub, ketua ISDI yang juga ibu dari Michael (20 tahun), pegolf satu-satunya di Asia Tenggara yang menderita Down Syndrome saat ditemui di Hall Rama Sinta, Ancol.
Banyak orangtua khawatir bahwa anaknya yang menderita Down Syndrome tak bisa berumur panjang, tak bisa berjalan, berbicara atau menjalani hidup dengan bermakna. Tapi anak-anak Down Syndrome membuktikan bahwa mereka juga bisa berkarya.
Menurut National Down Syndrome Society (NDSS), anak dengan Down Syndrome lahir dengan tiga bukan dua salinan kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki kemampuan kognitif yang bervariasi, yang sangat parah anak biasanya tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain.
Anak dengan Down Syndrome memiliki peningkatan risiko untuk cacat jantung, masalah pernapasan dan pendengaran, penyakit Alzheimer, leukimia dan kondisi tiroid. Tapi kondisi ini sekarang dapat diobati, sehingga dapat meningkatkan harapan hidup penderita Down Syndrome.
up/ir)
detikhealth.com
-
Saturday, July 23, 2011
Tarian Bali dari Anak-anak Down Syndrome yang Mengagumkan
-
0 komentar:
Post a Comment