(Foto: thinkstock)Jakarta, Pegawai negeri atau swasta di Indonesia sudah dipensiunkan di umur 55 tahun. Usia ini dinilai terlalu muda jika dibandingkan negara lain. Belum lagi ada program pensiun dini yang membuat penduduk berumur paruh baya makin tidak produktif seperti kebanyakan orang lanjut usia (lansia) padahal secara fisik dan mental masih mampu.
Bila dibandingkan dengan negara lain, India memiliki usia pensiun 62 tahun, Jepang 65 tahun dan supir taksi Singapura 71 tahun, sedangkan Indonesia pensiun pada usia 55 tahun.
Program pensiun dini besar-besaran yang sudah diwacanakan saat ini ada di lingkungan Kementerian Keuangan. Kemenkeu mengusulkan pensiun dini bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan memasuki usia pensiun. Hal ini sebagai langkah konkret untuk menekan jumlah PNS.
Namun menurut Prof. DR. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS (Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial), adanya pensiun dini makin membuat kelompok lansia muda tak produktif.
"Pensiun dini sebenarnya tidak akrab dengan perubahan struktur penduduk. Mestinya kalau ada pensiun dini, ada pelayanan untuk lansia karena jumlah lansia yang membengkak terutama lansia usia 55 sampai 70-an tahun. Itu membengkaknya luar biasa karena dulu kan muda mereka," ujar Prof Haryono disela-sela acar seminar 'Mempersiapkan Lanjut Usia Agar Bisa Menjadi Bonus Demografi Kedua dan Mengatasi Dampak Negatif Pertambahan Penduduk Lanjut Usia' di Auditorium BKKBN Pusat, Jakarta, Senin (11/7/2011).
Menurut data Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI), jumlah warga usia lanjut yang menerima uang pensiun hanya sekitar 4,5 juta orang, selebihnya yang sebagian besar harus mencari nafkah sepanjang hidupnya dengan penghasilan yang sangat minim.
"Pensiun dini itu sangat menusuk bagi calon-calon lansia. Kalau lansia tidak setuju, kasihan. Karena yang dipensiunkan biasanya bukan pejabatnya tapi pegawai biasa. Kalau pegawai biasa pensiun dini itu sengsara karena dia tidak punya kesempatan untuk second chances atau kesempatan karir kedua. Kalau yang pensiun kayak pejabat itu pasti sudah ada tabungan dan macam-macam," tutur Prof Haryono.
Tahun 2011 jumlah penduduk dunia telah mencapai angka 7 miliar jiwa dan 1 miliar diantaranya adalah penduduk lanjut usia (lansia). Indonesia sendiri menduduki ranking empat untuk jumlah lansia terbanyak di dunia setelah China, Amerika dan India, dengan jumlah lansia mencapai 10 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 24 juta jiwa.
Prof Haryono menjelaskan bahwa lansia sekarang berbeda dengan lansia tahun 70-an. Diperkirakan sekarang hanya ada 20 persen lansia yang sakit-sakitan, sedangkan sisanya yaitu 80 persen adalah lansia potensial yang masih bisa diberdayakan.
"Pemberdayaan lansia usia produktif sekarang sedang menjadi wacana besar-besaran. Makanya kita mulai gerak jalan segala macam itu untuk membuktikan kita (lansia) ini masih mampu. Nanti akan menjadi perhatian," lanjut Prof Haryono.
Menurut Prof Haryono, pensiun dini bagi pegawai biasa bisa menyengsarakan karena kegiatan ekonomi di masyarakat belum siap. "Jadi sebenarnya pensiun dini itu harus diberi kesempatan supaya mantan-mantan pegawai biasanya itu bisa diberdayakan secara ekonomi," tutur Prof Haryono.
Jika dibandingkan dengan China dan Amerika, Indonesia termasuk negara dengan jumlah lansia banyak namun kurang diberdayakan.
"Dibandingkan China dan Amerika, kita itu belakangan. Di China dan Amerika tidak ada yang namanya dipensiun karena lansia. Tidak ada kesempatan kerja karena lansia itu nggak ada. Jadi tidak ada diskriminasi karena lansia. Sampai 90 tahun kalau mau ngajar di Universitas silahkan saja. Jepang juga begitu. Selagi masih mampu," jelas Prof Haryono.
mer/ir)
detikhealth.com
-
Tuesday, July 12, 2011
Usia Pensiun di Indonesia Terlalu Muda
-
0 komentar:
Post a Comment